Cantik Terlihat Jelek - Bab 106 Siapa Yang Menggantikannya

Seketika hati Devan terasa seperti ada lubang, membuatnya sakit hingga gemetar, tubuhnya sempoyongan kebelakang.

Memegang tangan Dylan, lalu melepasnya.

Karena kedua orang tua Sherin meninggal, juga tidak memiliki sanak saudara, sehingga ketika jasadnya ditemukan, langsung dibawa ke dinas keamanan.

Ketika Devan tiba, dia juga melihat Yuta didepan dinas keamanan.

Ekspresi wajah keduanya sangat buruk.

“Aku yang memberitahunya.” Dylan yang berada disampingnya menjelaskan.

Yuta menatap Devan dengan mata memerah, jarinya menunjuk kearahnya, lalu dengan langkah lebar menyerangnya, sebelum ia menyadari apa yang terjadi, sebuah pukulan mendarat di wajahnya.

“Yuta, kamu tenanglah sedikit.” Dylan disampingnya segera melerainya.

Wajah Yuta terlihat sangat menakutkan, “Tenang? Jika dia tidak bisa membuatnya bahagia lalu kenapa mengusiknya?”

Setelah mengatakannya, ia berbalik lalu lari masuk kedalam dinas keamanan.

“Devan, bibirmu berdarah.”

Devan mengangkat tangan untuk membersihkan darahnya, berbalik lalu menyusul kedalam dengan cepat.

Ketika masuk, Yuta sedang diantar masuk ke ruang jenasah oleh petugas, melihat kedatangannya, beberapa petugas terlihat sangat terkejut, membungkuk dan memberi hormat padanya.

Setelah berjalan masuk kedalam, dua orang di kanan dan kiri, melihat jenasah yang terbaring di depan yang tertutup kain putih, tidak ada seorangpun yang memiliki keberanian untuk membuka kain putih itu.

Seorang petugas yang mengenakan seragam, mengira mereka tidak ingin melakukannya sendiri, maju untuk membuka kain putih jenasah.

Tubuh Devan yang tinggi dan gagah seketika membeku, hatinya seperti disumbat oleh sesuatu yang kuat, Dylan melihat kedua tangan yang terkulai lemas di kedua sisi tubuhnya, tangannya mengepal erat, darah segar menetes keluar setetes demi setetes.

Dan mata Yuta yang berdiri disampingnya sudah memerah menahan airmata.

Ketika matanya melihat kearah telinganya, ada rasa curiga, telinga Clover sangat kecil, namun telinga wanita ini berdaging, dan juga tahi lalatnya tidak ada.

Dia terkejut, instingnya mengatakan kalau wanita yang meninggal ini bukan Clover, dia mendekati jasad itu, menunduk untuk melihat lebih jelas, Sherin adalah seorang wanita yang selalu berdandan tebal, melihat dari dekat, sedikit banyak akan terlihat bekas make up diwajahnya, namun di wajah wanita ini bahkan foundation wajah saja tidak ada.

Setelah penemuan ini, bulu kuduknya berdiri, siapa ini? Kenapa harus menyamar menjadi Sherin dan mati disini?

Namun bagaimanapun ia merasa lega, dia sudah tahu, berdasarkan sifat Clover bagaimana mungkin memilih jalan bunuh diri?

Namun situasi didepannya membuatnya sangat marah, dia menurunkan papan nama dihadapannya lalu menaruhnya diatas jenasah.

Dia melihat kearah Devan dan membentaknya, “Apakah ini hasil yang kau inginkan? Kamu memintaku untuk jangan menyentuhnya, tapi kamu sendiri? Apa yang kau lakukan?”

Namun Devan hanya berdiri tegak disana tidak bergeming, seolah tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Bagaimana bisa meninggal? Tidak … Tidak mungkin!

Dia baru saja meninggalkan jejak yang tidak terlupakan dalam hatinya, bagaimana bisa ia pergi begitu saja?

Orang dari rumah duka datang, ingin membawa jenasah untuk dikremasi, namun Devan tetap berdiri disamping jenasah, siapapun yang datang pasti ditendang olehnya untuk menjauh, dan setiap tendangannya menggunakan tenaga penuh.

Petugas di departemen keamanan merupakan orang-orang terlatih, namun menghadapi Devan mereka tidak berani melawan.

Hari ketiga, petugas di departemen keamanan benar-benar sudah kehabisan akal, sehingga menelepon Yuta.

“Manager Yuta, tolonglah anda nasehati, suasana semakin memanas, kasihan jenasahnya, sebaiknya dikremasi secepatnya.” Bagaimanapun ini bukan tempat untuk menyimpan jenasah, sebuah jenasah teronggok disini benar-benar menyulitkan mereka, namun tidak ada yang berani menasihati Devan, hanya bisa meminta bantuan kepada Yuta.

Ketika Yuta tiba, ruangan yang sama, Devan masih mengenakan pakaian yang sama, mata yang sudah beberapa hari tidak dipejamkan, penuh dengan urat merah, tatapan matanya kosong lurus kedepan.

“Orang yang sudah mati tidak bisa hidup kembali, meskipun kamu begadang sampai mati disini, dia juga tidak akan hidup kembali.” Melihat Devan yang seperti ini, Yuta ingin sekali mengatakan yang sebenarnya, namun beberapa hari ini ia mengerti beberapa hal dari Dylan, menurutnya, jika Sherin memilih untuk pergi, tentu saja ia sudah memutuskan untuk membuat Devan tidak dapat menemukannya.

Kalau begitu, akhir seperti inilah yang terbaik.

“Yuta kamu, bagaimana bisa kamu mencari sampai sini?” melihat Yuta yang berdiri didepan pintu, Clover sangat terkejut.

Yuta menatap kamar apartemen di depannya sesaat, menghela nafas pelan, maju kedepan, memeluk Herin kedalam pelukannya, “Aku sudah tahu tebakanku tidak salah.”

Setelah mengatakannya, ia melepaskannya, lalu mengeluarkan handphone dari dalam kantongnya dan menyerahkannya pada Clover, “Clover, Sherin sudah meninggal.”

Clover mengangkat alis, menatap Yuta dengan tatapan bingung, menerima handphone yang ada ditangannya, melihat gambar didalamnya, Devan berdiri didalam sebuah kamar, disampingnya ada sebuah ranjang, diatas ranjang terbaring seseorang yang tertutup kain putih.

“Ada apa?”

“Wanita yang berbaring diatas ranjang memiliki wajah yang mirip dengan Sherin.”

“Kau.. apa yang kau katakan?” awalnya Clover setengah bersandar pada bangku, mendengar apa yang Yuta katakan, Clover tersentak kaget sehingga kursi dibelakangnya terjatuh.

“Kebetulan wanita ini meninggal di toilet kereta yang kamu naiki, ia bunuh diri dengan memotong urat nadinya.” Yuta sengaja berkata dengan nada tenang, masalah ini tidak mudah, namun ia tidak ingin membuat Clover merasa terlalu bersalah.

Ia berbalik, melihat ke sekeliling rumah, berjalan masuk kedapur untuk mengambilkan segelas air untuk Clover, memungut kursi yang jatuh dibelakangnya, mendudukkannya disana.

“Sudahlah, sebaiknya aku menelepon kakak sepupu untuk membicarakan hal berikutnya, memintanya untuk lebih berhati-hati pada orang yang berada disampingnya, dan beberapa hari ini, dia benar-benar sangat menderita!”

Tiba-tiba Clover tersadar, berdiri lalu merebut kembali handphone di tangannya, “Jangan beritahu dia, lebih baik menderita sekarang, biarkan ia mengira aku telah mati, ada baiknya juga! Paling tidak kelak dia tidak akan terus mengingat, lama kelamaan, …” dia menghentikan ucapannya, menggigit bibirnya, “Lama kelamaan dia akan lupa.”

Mengenai orang yang dijebak itu, mungkin ini adalah satu-satunya harapannya, dia mengira dirinya telah mati juga ada baiknya, biarkanlah demikian.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu