Cantik Terlihat Jelek - Bab 602 Hamil

Mendengar suara keras pintu tertutup, Hutu menghela napas dengan kuat, kedua tangannya yang sedang memegang seprai mulai meregang dan telapak tangannya penuh dengan keringat.

Di dalam hati, Hutu sangat jelas bahwa hubungannya dengan keluarga Ningga tidak bisa bisa lagi kembali membaik.

Setelah melewati tahun demi tahun, Hutu telah menjadi pendosa di keluarga Ningga.

Hutu tetap merasa bersalah di dalam hatinya saat memikirkan Ibu yang sudah menjaganya selama bertahun-tahun.

Tetapi bagi keluarga Ningga, tidak ada lagi hubungan perasaan seperti itu.

Di hari pemulangan Hutu dari rumah sakit.

Perusahaan Raven tiba-tiba ada hal yang mendesak dan harus pergi, jadi Raven menghubungi Vema dan Mimi.

"Mimi, kamu bantu Tutu turun dulu. Aku akan segera turun setelah selesai mengemas dan menunggu daftarnya keluar."

Vema berkata sambil menyerahkan kunci mobil kepada Mimi.

Hutu mengulurkan tangannya dan mengambil tas, "Tidak apa-apa, aku baik-baik saja, tidak perlu dibantu, aku akan membantu kalian membawa barang-barang turun ke bawah."

Tetapi Vema menghentikannya, "Jangan, jangan, jangan, biarkan aku saja, jika kamu merasa tidak enak, lain kali saat aku sakit, kamu bisa melayaniku kembali."

Mendengar kata-kata itu, keduanya tertawa, Mimi melangkah maju dan memegang lengan Hutu, "Sudah, ayo pergi, biarkan Nona besar ini melayanimu, kamu nikmati saja dengan tenang."

Setelah selesai berbicara, mereka berdua keluar dari bangsal dan menuju lift.

Setelah menunggu sekitar satu menit, lift berhenti di depan mereka.

Pintu terbuka, Mimi yang sedang memegang lengan Hutu tiba-tiba menegang.

Pegangan yang begitu kuat membuat Hutu mengerutkan keningnya, kemudian memalingkan kepalanya dan melihat Mimi. Hutu melihat Mimi sedang menundukkan kepalanya, wajahnya pucat dan memegang lengannya begitu erat.

Hutu sedikit bingung, lalu menoleh melihat ke arah lift.

Ada dua pria dan satu wanita berdiri di lift, pria itu berwajah dingin, meskipun jaraknya jauh, Hutu bisa merasakan ketakutan di hatinya.

Tidak seperti sikap dinginnya Raven, pria ini memberi sebuah kesan jahat dan menakutkan kepada orang-orang.

“Maaf, kami sedang menunggu orang, kalian turun dulu.” Hutu buru-buru berkata, dia bisa merasakan bahwa Mimi tidak ingin masuk.

Pintu lift tertutup lagi, kaki Mimi tiba-tiba lemas dan bersandar di tubuh Hutu, kemudian memaksakan diri untuk berdiri.

Hutu mengerutkan kening dan membantu Mimi berdiri, "Mimi, ada apa denganmu?"

Raut wajah Mimi tidak baik, setelah melihat Hutu sekilas, Mimi menyembunyikan kepanikan di matanya, kemudian bersandar di dinding samping dan perlahan-lahan berdiri,lalu menghela napas,

"Tidak apa-apa, aku tadi hanya merasa sedikit pusing, ayo jalan!"

Pusing? Sudah pasti bukan!

Namun, Hutu tidak bertanya lagi, semua orang memiliki rahasia yang tak bisa diceritakan.

Mungkin karena pertikaian dengan kakek, atau mungkin satu-satunya gangguan di dalam hatinya telah hilang, Hutu merasa sangat lega.

Bagaimanapun juga, meskipun mati, Hutu juga tidak akan menyerah. Apakah ada yang lebih mengerikan daripada mati?

Terserah saja!

Selanjutnya, kakek mencari berbagai alasan untuk mengirim berbagai wanita untuk Raven dan mengatur banyak pertemuan yang secara kebetulan, bahkan menjebak Hutu dengan pria ganteng.

Melakukan usaha apaun demi memisahkan mereka berdua.

Namun, jika cinta dapat dipisahkan, dirayu, dihancurkan dengan gampang, maka itu bukan lagi namanya cinta, dan kegigihan mereka telah menjadi sebuah lelucon.

Jadi, tahun ini telah menjadi saksi yang kuat untuk perasaan mereka terhadap satu sama lain.

Hutu mempercayai Raven dan Raven tidak pernah meragukan Hutu.

Ikatan batin di antara mereka berdua membuat kakek merasa sangat frustasi, dan satu tahun ini mereka berdua melewatinya dengan damai.

Dalam sekejap mata, Hutu sudah berusia 28 tahun dan Raven berusia 33 tahun.

Weni tiba-tiba kembali dari luar negeri, Vema dan Elias sudah menikah sesuai dengan harapan, tetapi terganggu dengan masalah anak tiri. Sedangkan Mimi dan Rambo bercerai karena perselingkuhan Rambo.

Nini Chen dan Ruli sudah memiliki seorang putra.

Banyak hal yang terjadi, satu demi satu, membuat Hutu merasakan bahwa nasib itu selalu tidak terduga.

Sama seperti halnya, suatu pagi, Hutu sangat terkejut saat dia menyadari bahwa dirinya hamil.

Hari ini, Raven melakukan perjalanan bisnis ke Kota Ciput.

Hutu hanya sendirian di rumah, ketika bangun pagi dan menyikat gigi, Hutu muntah sampai hampir pingsan.

Saat duduk di kereta bawah tanah, Hutu muntah lagi sepanjang perjalanan.

Hutu mengira karena masalah pencernaan, jadi dia turun dari kereta bawah tanah di tengah perjalanan dan pergi ke rumah sakit terdekat, ke departemen gastroenterologi.

Setelah dokter menanyakan serangkaian gejala, dokter menghentikan penanya, lalu menatap Hutu dan tersenyum, "Apakah kamu sedang hamil?"

Hutu hanya merasakan bahwa darah di otaknya melonjak dengan cepat.

Hutu dan Raven pergi liburan bersama bulan lalu, pernah sekali, Hutu tidak melakukan kontrasepsi. Saat itu, Hutu berpikir dirinya berada di masa keamanan, jadi, tidak mungkin begitu kebetulan. Setelah itu, Hutu tidak pernah mengkhawatirkannya.

Dalam hal ini, Raven juga sangat berhati-hati. Setelah bertahun-tahun, keduanya tidak pernah mengalami hal yang tidak terduga.

Dengan perasaan yang cemas, Hutu pergi ke ginekologi.

Dokter mengatur untuk mengambil darah dan melakukan tes urin. Ketika hasil akhirnya keluar, Hutu melihat beberapa kata di lembar tes dan tertegun.

Bahkan dokter memanggilnya berkali-kali, Hutu juga tidak menjawabnya.

"Kamu hamil, melihat nilai hcg, semuanya sangat normal, hanya saja siklus kehamilan terlalu pendek, kembalilah pada akhir bulan untuk melakukan b-ultrasound."

Dokter mengulangi perkataannya sekali lagi dengan sabar.

Hutu berdiri, karena gerakannya terlalu tiba-tiba, membuat dirinya mengalami penigkatan darah di otak.

Sambil memegang sudut meja, Hutu memaksakan diri untuk berdiri.

Pemikirannya terlalu banyak, membuat dirinya sulit untuk membedakan perasaannya sekarang, sukacita, ketakutan, khawatir, cemas, semua bercampur menjadi satu.

"Di awal kehamilan, kamu tidak boleh banyak bergerak, kamu harus memperhatikan emosimu."

Dokter mengira Hutu terlalu bersemangat setelah mengetahui dirinya hamil, kemudian tersenyum dan memberitahunya.

Hutu tertegun dan mengangguk, "Terima kasih!"

Setelah meninggalkan rumah sakit, hari masih siang, tetapi Hutu tidak berniat untuk pergi bekerja. Hutu duduk di dalam bus dan mengelilingi setengah kota, tetapi Hutu masih belum menemukan seseorang yang bisa mendiskusikan ke mana dia harus pergi.

Saat mendengar Raven meneleponnya, Hutu sudah tidak tahu dirinya berada di mana.

"Aku menelepommu berkali-kali, tetapi tidak dijawab."

Hutu melihat daftar panggilan, memang ada beberapa panggilan tidak terjawab. Hutu menutupi dahinya. Mungkin tadi karena terlalu fokus memikirkan hal ini, jadi tidak mendengarnya.

"Paman muda..."

Hutu berbicara dengan suara sedikit tercekat.

Raven sedang makan, setelah mendengar suara Hutu, ekspresi Raven menjadi serius, "Apa yang terjadi?"

"Paman muda, aku..."

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu