Cantik Terlihat Jelek - Bab 188 Gelisah

Clover mengangkat telpon, "Halo, Mimi......iya, di rumah, memanjat gunung salju? bersama beberapa teman SMA? itu.... apakah boleh tidak pergi? oh... baik, tunggu bentar ya, aku tanya dulu......."

Clover menutupi ponselnya dan bertanya kepada Devan dengan suara kecil, "Devan, aku... teman SMA ku mau mengajak kita berdua pergi memanjat gunung, kamu... mau pergi?"

Seolah-olah sedang memikirkan sesuatu, Devan menutup bukunya, "Kamu membuat keputusan sendiri, aku ikut keputusanmu" Setelah berpikir, Devan berkata lagi, "Pergi saja!"

Meskipun Devan tidak menyukai acara seperti ini, teman Clover jelas sudah mengetahui identitas mereka semalam, pertemuan hari ini hanya untuk mendekatkan hubungan, tetapi Devan jarang-jarang bisa melihat senyuman Clover yang begitu bahagia seperti semalam.

Pada tahun sewaktu kembali ke daerah Ciput, Devan menyadari kehidupan Clover hanya tersisa anaknya, kerjaan dan dia, meskipun Clover juga terus berkata dia merasa sangat bahagia, Devan tidak pernah melihat Clover tertawa seperti semalam.

Orang-orang itu terlalu suka pamer, tetapi tidak bisa disangkal, mereka juga membawa kebahagiaan untuk Clover.

Clover merasa sedikit kaget, berdasarkan pengalaman dia terhadap Devan, Devan bukan orang yang suka menghadiri acara reuni seperti ini.

Clover duduk di samping Devan, "Kalau tidak jangan pergi saja, kamu pasti tidak akan senang" Clover sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

"Em, jawab telepon dulu"

Mimi masih sedang menunggu jawaban Clover, Clover melepaskan tangannya yang menutupi layar ponsel dan berkata, "Halo, Mimi, kamu kirim alamat dan waktu ke aku, kami akan pergi nanti, iya, baik"

Setelah mematikan telpon dari Mimi, Clover memegang lengan Devan dan menyandar di bahunya, "Devan, bisakah kamu jangan begitu baik terhadapku?"

Devan menepuk tangannya, "Pergi siap-siap, kita sudah bisa berangkat, kalau tidak malah membuat temanmu menunggu nanti"

Tempat yang dikatakan Mimi adalah sebuah gunung besar yang sangat terkenal di negeri ini, pada musim dingin, gunung ini seperti dirias oleh riasan yang elegan, es yang membeku dan salju yang bertaburan, seolah-olah ditutup oleh perak yang sangat cantik.

Clover merasa mabuk melihat pemandangan yang berada di depannya, dia sudah pernah datang tempat ini beberapa kali, tetapi datang pada saat musim dingin itu pertama kalinya.

Karena takut licin, Clover dan Devan menggunakan waktu yang sangat panjang untuk jalan tempat yang dikatakan Mimi, pada saat mereka sampai ada belasan orang sudah menunggu di sana.

Selain orang semalam, Clover tidak terlalu mengenal yang lain, perubahan mereka tidak kecil.

"Clover, ....tuan...tuan Devan, kalian sudah datang?" Karena Mimi agak kenal dengan mereka, Mimi pun di dorong keluar untuk menyapa mereka.

Clover mengangguk, "Mimi"

Sisanya hanya berdiri di jarak jauh, jelas, mereka tidak terlalu nyaman di depan Devan, malahan merasa sedikit tidak berdaya.

Pada saat itu, terdengar suara mobil dari belakang.

Clover menoleh ke belakang dan melihat sebuah mobil besar parkir di jarak beberapa meter dari mereka, setelah itu seorang pria turun dari mobil, Clover melihat ke Mimi, "Siapa dia?" Dalam ingatan Clover, dia tidak mengingat memiliki teman SMA seperti pria itu.

Pada saat Mimi belum sempat menjawab pertanyaan Clover, pria itu bergerak seperti sebuah panah ke sisi Clover dan langsung memeluk Clover, gerakan yang sangat cepat membuat semua orang termasuk Devan tidak sempat bereaksi.

Melihat wanita sendiri dipeluk pria lain, kegelapan di wajah Devan itu membuat orang merasa takut.

Mimi mendekati mereka dan menarik pria itu dari Clover, "Ali, kamu cepat lepas, kamu membuat Clover merasa takut"

Pria yang bernama Ali itu mendengar kata-kata Mimi dan segera melepaskan Clover, kemudian dia memegang kedua bahu Clover, "Clover, dalam waktu berapa tahun ini, kamu kemana, mengapa sama sekali tidak ada kabar?" Pria itu merasa terkejut dan gugup, tetapi yang dirasakan Clover hanya ketakutan.

Clover secara refleks menoleh ke Devan dan tebakan dia tidak salah, ekspresi Devan bahkan sudah tidak bisa dijelaskan hanya menggunakan kata jelek.

Clover dengan cepat melepaskan pegangan pria itu di bahunya dan bergerak beberapa langkah ke arah kanan sebelum memegang lengan Devan, kemudian Clover mengangkat kepalanya dan melihat ke Ali "Ali, perubahan kamu benar-benar banyak, aku bahkan tidak mengenal kamu tadi"

Setelah itu, Clover mengangkat tangannya dan menunjuk ke Devan, "Kenalkan kepadamu, ini adalah.... ayah anakku, Devan"

Clover mengira setelah mendengar nama Devan, Ali akan tahu identitas Devan dan kemudian menyerah.

Tetapi tidak menyangka, Ali hanya mengangkat sudut mulutnya, dia bahkan tidak memiliki maksud untuk menyapa, kemudian Ali melihat ke Mimi : "Mimi, salju turun begitu besar masih mau panjant gunung apa? Kamu tidak berpikir orang yang berstatus tinggi seperti direktur Devan mana bisa menanggung bahaya sebesar ini?"

Mimi terlihat sedikit malu.

Clover tidak berbicara dan hanya saling menatap dengan Devan kemudian tersenyum, orang luar semuanya mengira orang seperti Devan pasti menjalani kehidupan yang enak dan kelas tinggi, tetapi Clover tahu bahwa orang itu jelas salah.

"Kalau tidak kita mengadakan lomba saja? Lihat siapa bisa sampai ke situ duluan?" Mimi menunjuk ke tempat bangku di puncak gunung.

Clover melihat ke Devan yang mengangguk dengan ringan, berarti dia setuju.

Semua orang berdiskusi dan memutuskan dua orang satu tim agar bisa saling jaga di perjalanan.

Tentu saja Clover satu tim dengan Devan.

Meskipun salju sudah berhenti turun, tetapi tumpukan salju menutupi seluruh jalan, Clover takut Devan tidak terbiasa dengan jalan yang begitu licin, Clover tinggal di daerah sini sejak kecil dan dia sering memanjat gunung salju, meskipun tidak bisa berbanding dengan gunung besar ini, tetapi Clover juga termasuk lebih familiar dengan gunung salju.

Jangankan gunung salju, Devan yang tinggal di bagian Selatan sejak kecil mungkin saja tidak pernah melihat salju yang deras.

Tetapi.... Clover tahu dia terlalu memandang rendah pria ini lagi ketika dia melihat Devan terus memegang tangan Clover dan berjalan di depannya.

Pada saat memanjat sampai setengah, mulai turun salju lagi dan sepertinya akan turun semakin besar, alis Clover mengerut dan dia menarik lengan baju Devan, "Devan, kalau tidak kita menyerah saja, salju ini turun terlalu besar, aku takut........"

Devan mengangkat kepalanya, mereka sekarang berada di posisi kedua, yang berada di depan mereka adalah sepasang suami istri, bisa dilihat mereka mempunyai banyak pengalaman mengenai panjat gunung salju, yang berada di belakang mereka adalah Mimi dan Ali, "Iya, kita panjat sampai tempat di depan itu dan tunggu sebentar, kalau salju masih turun nanti, kita berhenti saja, bagaimana?"

Clover melihat ke arah yang ditunjuk Devan, tidak terlihat jauh, kira-kira hanya berjarak beberapa puluh meter dari posisi mereka berdiri sekarang.

Clover mengangguk dan memegang tangan Devan yang besar, Clover merasa sangat gelisah di dalam hatinya.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu