Cantik Terlihat Jelek - Bab 549 Berbaikan

"Kalau begitu saya bertanya kepada kamu, program yang saya rancang, apakah bisa hanya dengan sembarangan memanggil seseorang, kemudian dapat dihentikan begitu saja?"

Sebuah ucapan, bagaikan kebijaksanaan yang membuatnya tersadar, membuat Hutu dalam sekejap duduk dengan menegakkan tubuhnya, dia melihat Raven, setelah ia melamun beberapa saat, ia pun mulai menangis sambil tertawa.

Betul juga, kenapa hal yang begitu sederhana, malah tidak terpikirkan olehnya?

Dia kenapa bisa lupa apa yang telah diciptakan oleh Raven?

Dia dalam bidang ini, adalah seorang yang ahli, oleh karena itu, perangkat lunak yang dirancang olehnya, begitu banyak hacker yang ingin mencari cela darinya, semuanya pun tak tahu harus memulai mencarinya dari mana.

Pekerjaannya ini, tidak memiliki keterbatasan tempat, tidak memiliki keterbatasan waktu, asalkan ia memiliki ide, dan seperangkat komputer, dimana pun dia dapat menyelesaikannya.

Pekerjaan semacam ini, meskipun Keluarga Ningga memiliki niatan untuk menghentikannya, takutnya juga tidak dapat diselesaikan dengan uang.

Dia ternyata malah dengan bodohnya tidak dapat terpikirkan hal ini.

"Wuu .. kalau begitu bukankah usaha saya selama beberapa tahun ini sia-sia?" dia pun melipat bibirnya, semakin dipikirkan semakin membuat murung.

Raven pun menghembuskan nafas lega, ia pun kembali memeluk dia kedalam pelukannya, "Sebenarnya juga tidak akan menjadi sia-sia."

Hutu menaikkan alisnya, "Apa maksudmu?"

Raven dengan suara yang pelan membisikkan sebuah kalimat di telinga Hutu .

Hutu awalnya tertegun, kemudian setelah ia kembali sadar, ia pun merasa malu hingga wajahnya memerah, lalu ia memukul ringan dada Ravenn, " paman muda, kamu ... kamu kenapa berubah menjadi begitu nakal?"

Dia pun membalikkan badannya, membelakangi Raven.

Pria itu pun melekat padanya, ia merangkul pinggangnya, kemudian menggenggam tangannya dengan erat, sebaliknya ia malah tidak membantah perkataannya barusan, hanya berkata dengan suara rendah : "aku merindukanmu hingga hampir menjadi gila, apakah masih bisa tidak menjadi nakal?"

Sekujur tubuh Hutu dalam sekejap terasa seperti tersengat listrik, ini adalah pertama kalinya Raven dengan begitu berterus terang mengucapkan hal semacam itu.

Dia pun mengatupkan bibirnya, "Saya juga."

Nini karena mengkhawatirkan dia, pada keesokan paginya pun dengan segera datang ke tempatnya.

Saat melihat yang membukakan pintu adalah Raven, hampir saja dagunya terjatuh ke bawah.

"Kamu ... Ning .. Paman muda, kamu bukankah sudah pulang ke negerimu?"

Dia berbicara dengan terbata-bata.

Raven mempersilahkannya untuk masuk, ketika melihat Nini, dia pun teringat kemarin ia saat menelepon, diluar dugaan ingin menjodohkan Hutu dengan Saki, tanpa dapat dicegah selama beberapa waktu ia menatapnya dengan tatapan yang mendalam.

Saat Hutu keluar, Nini pun segera menariknya, mereka masuk ke dalam dapur, "Apa yang terjadi? Kamu paman muda ... kalian ..."

"Sudah berbaikan."

Hutu sambil merapikan mangkuk yang ada di dalam lemari, ia menatap Nini dengan tatapan yang tersipu-sipu, tiga kata yang begitu sederhana, menjelaskan semua permasalahan yang ada.

"Kalau begitu bagaimana dengan kakekmu?"

"Paman muda berkata, dia akan menanganinya, Nini, saya memutuskan untuk mempercayai dia, tidak peduli di kemudian hari akan mengalami apa, saya ingin menghadapinya bersama dengan dia, berpisah, itu sungguh terlalu menyakitkan."

Nini memandang Hutu , ia membuka mulutnya, ingin berbicara namun ia mengurungkan niatnya.

permasalahan mengenai perasaan, orang luar mana mungkin paham dengan jelas, dia memeluk Hutu kemudian menciumnya, : "keputusan apa pun yang kamu ambil, saya akan mendukung kamu."

"Nini, saya benar-benar berterima kasih kepadamu, sungguh!"

Nini memutar bola matanya ke arah atas, kemudian mendekati telinga Hutu , "Kamu berterima kasih kepada saya, tetapi kenapa saya malah merasa paman mudamu memandang saya dengan tatapan yang tak biasa?"

Hutu pun menutup mulut nya dan tertawa, "Saya nanti akan menjelaskan kepadanya, dia sepertinya mengira kamu adalah kaki tangan musuh."

Setelah Nini pergi, Raven pun memulai konferensi video di ruang baca, dia berdiri di luar pintu, melihat ke arah layar yang ada di hadapannya, timbul perasaan seperti bahwa mereka berdua berada di dunia yang berbeda.

"Masuk."

Raven melambai-lambaikan tangan ke arah Hutu .

Hutu pun berdiri di depan meja, menatap Raven, berusia 29 tahun, itulah dia saat ini, ditambah lagi ia dewasa dan stabil, membuat orang tak bisa berpaling darinya.

"Apakah ada yang ingin dibicarakan?"

Raven menjulurkan tangan dan menariknya kemari, menariknya ke dalam pelukkannya.

"Nini sangat baik terhadap saya, ketika datang ke Negeri D, kalau tidak ada dia, saya tidak berani membayangkan akan hidup seperti apa?"

Hidup sendirian diluar sana, menginginkan uang namun tak ada uang, menginginkan tempat tinggal namun tak ada tempat tinggal.

Perkataannya membuat tatapan Raven terbesit sebuah perasaan menyesal, dengan menggenggam tangan Hutu , ia mengucapkan " hmm", kemudian berhenti sejenak, barulah ia melanjutkan perkataannya : "Ayo kembali ke dalam negeri dengan aku?"

Tubuh Hutu tiba-tiba terasa kaku, ia bersandar pada bahu Raven, perlahan-lahan ia mendekap dengan erat, "Paman muda ... kakekk .. "

"Setelah kembali, kamu bersama dengan aku pergi untuk menjumpainya,, biar saya membujuk dia, bagaimana?"

"Tidak bagaimana, tidak pergi, tidak bisa!" Hutu menggelengkan kepalanya, membiarkan dirinya untuk pergi menemui kakek, sungguh tidak mungkin.

Melihat ia begitu menentangnya, Raven pun tak lagi memaksakannya, ia pun mengecup keningnya, "Kalau begitu kita tunggu lagi, kapanpun, ketika kamu sudah siap, kapanpun, kita baru akan pergi menemuinya."

Hutu berkata dalam hatinya : " Bagaimana kalau selamanya tidak siap?"

Akan tetapi ia sama sekali tidak mengucapkan kalimat ini, ia hanya tertawa kecil, kemudian meringkuk dalam pelukan Raven.

Raven sangat sibuk, waktu ia menetap di Negeri D sama sekali tidak banyak , akan tetapi pendidikan Hutu disini masih memerlukan waktu tiga bulan lagi barulah dapat selesai.

Tak ada pilihan lain, Raven harus pulang terlebih dahulu.

Baru saja berjumpa tak lama, kemudian sudah harus berpisah, keduanya pun sangat jelas terlihat tak rela.

"kedua orang tua saya saat mengetahui kita berdua telah berpisah, sudah dua tahun mereka tak membiarkan saya pulang ke rumah, mereka mengatakan jika tak membawa mu, maka tidak boleh masuk ke dalam pagar rumah."

Di bandara, ketika Raven melihat Hutu begitu diam ia pun mengucapkan kata-kata yang dapat membuatnya terharu.

Kedua orang tua yang dimaksud adalah kakek dan neneknya yang berasal dari pihak ibu, Hutu mengerti, tanpa dapat dicegah perasaan hangat pun mengalir masuk ke dalam hatinya, Hutu pun memeluk Raven, kemudian melepaskannya, "Paman muda, pada saat tahun baru, saya akan menemani kamu untuk pulang, nenek apakah tubuhnya masih sehat?"

Keduanya telah membuat sertifikat pernikahan, Mai lah satu-satunya orang yang mengetahuinya.

Raven menganggukkan kepalanya, "Baik-baik saja, juga selalu menyebutkan dirimu, semalam sewaktu mengirimkan pesan kepadanya, ia masih berkata akan membuatkan kimbab kesukaan mu setelah kamu kembali."

Hutu tersenyum, dalam hati nya ada rasa penyesalan.

Sebenarnya, pernikahan ini, selain Keluargga Ning yang tak merestuinya, juga bukannya seluruh orang tak menyetujuinya.

Tiga bulan kemudian, pada bulan ke dua belas tahun itu.

Bandara di kota A.

Hutu melihat-lihat pemandangan sekitar yang familiar, ia pun menarik nafas dalam-dalam, ia masih mengira, seumur hidupnya, ia tidak akan kembali lagi kesini.

Setelah melihat waktu, pesawat akan tiba lebih terlambat tiga puluh lima menit dari yang dijadwalkan.

Di dalam kerumunan orang yang menjemput penumpang pesawat, ia melihat ke sekeliling, ia malah sama sekali tidak melihat sosok Raven.

Ia membuka ponselnya, juga tidak ada panggilan masuk dan pesan dari Raven.

Dia mengira bahwa Raven sibuk hingga lupa, setelah dipikir-pikir, ia pun menelepon Raven, terdengar bunyi panggilan tersambung beberapa kali, akan tetapi malah tidak ada orang yang mengangkatnya.

Setelah mengerutkan alisnya, ia pun berjalan keluar dari bandara dengan mendorong kopernya, kemudian memanggil sebuah mobil, supirnya pun menanyakan ia ingin pergi kemana, dia pun menjawab menuju rumah Raven.

Akan tetapi, ia tak pernah menduga, yang menyambutnya , adalah sebuah acara pemakaman.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
3 tahun yang lalu