Cantik Terlihat Jelek - Bab 441 Sang Pengacara yang Busuk

Mohan Mengambil Keputusan

"Mohan, ingat kamu masih punya Mia dan Rena yang setia menunggumu sekian tahun lamanya, jika kamu

bersikap seperti ini, apa yang akan kamu katakan pada mereka Mohan?"

Mohan menatap Ibunya. Ada kalanya, kita tidak akan bisa mengerti apa yang dirasakan orang lain jika tidak

mengalaminya sendiri. Mohan ingat dengan jelas, saat kecil dia pernah menemani Ibunya masuk ke sebuah ruangan gelap,

Ibunya menjambak rambutnya sendiri dan membenturkan kepalanya ke tembok. Dia juga tidak bisa melupakan saat Ibunya berbaring di lantai selama beberapa jam.

Saat beranjak dewasa, dia bertanya pada Ibunya mengapa tidak memberontak saja, Ibunya berkata itu karena

Ayahnya memiliki penyakit jiwa, Ibu tidak mau Ayah dan ke dua orang tuanya mengalami bahaya.

Tidak ada yang tahu pengorbanan Ibu selama ini, tapi Mohan sangat mengerti.

Pria itu memiliki kekuatan yang besar, tapi sayapnya kurang bertenanga.

Dia melihat sendiri perlakuan kasar pria itu kepada Ibunya dan dia tidak bisa melupakan tatapan pasrah Ibunya.

"Hutang kepadanya akan kubayarkan di kehidupan yang selanjutnya."

Pria itu meletakkan tangannya di atas meja, menekuknya perlahan kemudian menggenggamnya.

Hari itu, pria itu hadir di lokasi pemakaman dan polisi juga baru saja sampai.

Pria itu berjanji di hadapan orang banyak untuk memikul tanggung jawab atas semua kesalahan Ibunya. Dia

bukanlah anak yang hebat, dia hanya menjalankan tugasnya sebagai seorang anak.

Dia mencintai Mia, bahkan dia ingin sehidup semati dengannya. Akhirnya dia bisa lega setelah mengetahui

penderitaan Ibunya semasa hidupnya. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat Ibunya masuk penjara.

Mia berpikir keras dan akhirnya memutuskan untuk pergi menjenguk Mohan. Perkataan Mohan sudah terdengar

olehnya dari kejauhan.

Mia memegang bajunya dan menutup mulutnya. Dia yang tadinya merasa kehidupan ini manis, seketika

langsung merasa seperti di penjara.

Tapi masalah ini ibarat Ibu dan Istri yang jatuh bersama ke dalam sungai bersama, siapa yang akan terlebih

dahulu kamu tolong? Ini adalah sebuah prinsip. Sebagai istri Mohan, dia tidak bisa berbuat apa-apa, apa lagi

mengecamnya dan melarangnya berbuat demikian.

Apakah istri dan Ibu Mohan tersentuh atas pengorbanan Mohan?

Akhirnya amarah mereka berhenti. Wanita itu sesak nafas saat teringat Mohan akan di jatuhi hukuman.

Wanita itu berlari kecil menuju ke pintu utama setelah pos pengamanan.

Dia memanggil pengacara yang sebelumnya dan membuat janji untuk bertemu.

“Katakan padaku, bagaimana caranya agar dia tidak masuk penjara, siapa yang bisa membantunya? Asalkan

kamu memberitahuku, aku akan memikirkan caranya, baik?”Namun dia tidak berlutut di hadapan sang pengacara.

Semua orang pasti akan tergerak hatinya jika bertemu dengan wanita cantik.

Sang Pengacara mengerutkan kening, dia terlihat serba salah. Tatapan santai tersirat dari kedua bola matanya.

Mia merasa senang, "Apa kamu sudah menemukan caranya?"

"Nona Mia, coba datangi Pampam dan minta bantuan Ayahnya. Mungkin akan ada kesempatan.

"Pampam? Mia mengerutkan kening, Pampam adalah putri Walikota.

Tapi ... Mohan dan Pampam telah mengakhiri pernikahan mereka.

“Pampam dan Mohan sudah tidak memiliki hubungan lagi, apakah Ayahnya bersedia membantu?” Dia

bertanya kepada pengacara.

Sang Pengacara menganggukkan kepalanya, "Apakah beliau bisa membantu atau tidak, kupikir itu semua

tergantung dari Nona Mia, bukan?"

Apa yang bisa dimengerti oleh Mia dari tatapan matanya?

Dia menutup matanya dan menghirup nafas panjang, ini sama dengan menukarkan pernikahannya dan juga

Mohan, bukan? Belum terlintas apakah Pampam akan setuju atau tidak, Mohan juga tidak akan senang dengan

perbuatannya.

Dia menjatuhkan dirinya ke atas bangku dan menatap ke bawah dengan tatapan kosong, "Aku tidak mau

melakukan ini. Jika Mohan tahu yang sebenarnya, walaupun dia bisa bebas dari penjara, dia pasti tidak akan senang."

"Apakah Nona Mia enggan menjadi kaya, atau benar-benar memikirkan Mohan?"

Sikap pengacara ini sangat menjengkelkan bagi Mia.

“Kamu tidak berhak untuk mengomentari keputusanku.” Nada suaranya terdengar buruk.

“Tapi tidak ada jalan lain, bukan?” Pengacara itu duduk dihadapannya.

Mia mengerutkan keningnya, dia sangat membenci cara bicara sang pengacara. Katakan saja secara gamblang,

sudah tahu Mia sedang cemas, tapi dia masih tetap bicara berputar-putar.

“Mohan bisa menyelamatkan dirinya sendiri.” Dia awalnya ingin menguji wanita ini dan dia tadinyamerasa

bahwa dia telah memukul rata semua wanita.

“Apa katamu?” Mia segera berdiri dari kursinya.

"Lantas dia..."

"Dia menebus kesalahan Ibunya. Dia merasa jika dia yang di penjara maka Ibunya akan lebih tenang." Sang

Pengacara menatap Mia berkata demikian dan mengamati perubahan ekspresi wajahnya. "Dengan kemampuan dan

kekuatan keluarganya, Mohan sebenarnya dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Tapi ini tergantung dirinya sendiri, jika dia

tidak mau membantu dirinya sendiri, walaupun walikota bersedia membantunya, itu juga tidak akan ada gunanya."

Jawaban ini kembali mengejutkan Mia.

Dia memejamkan matanya, dia merasasakit kepala, kemudian mengambil tasnya di atas kursi. "Aku ada urusan.

Aku akan menghubungimu lagi, terima kasih."

Melihat dirinya berbalik, sang pengacara berbicara pada bayangannya: "Aku akan mencoba untuk menunda

waktu keputusan hukuman, tapi jika Mohan bersikap pasrah, aku takut dia malah akan mempercepat prosesnya. Kamu

harus bergerak cepat."

Mia menghentikan langkahnya, berpikir sejenak, kemudian berbalik dan mengeluarkan kartu "Belanja bahan

baku makanan" yang diberikan Mohan dari dalam tasnya, dan menepukkannya ke sang pengacara. "Katakan saja berapa

banyak uang yang kamu butuhkan untuk dapat membantuku. "

Sang Pengacara tentu saja adalah orang yang berpengalaman, cakap dan memiliki pendiriannya sendiri.

Mungkin dia bersikap demikian karena Mohan menahannya untuk menjalankan tugasnya, atau dia hanya ingin

mendapatkan keuntungan lebih banyak.

Sang Pengacara dengan tinggi badan 1,8m an itu berdiri dan membuat Mia merasa sedikit tertekan. Dia menatap

Mia dari atas ke bawah. Wajahnya yang putih memerah karena emosi amarah. Pantas saja Mohan menyukainya karena dia

sungguh sangat cantik.

“Aku ... adalah teman sekelasnya.” Setelah selesai mengatakan hal ini, dia mengambil kartu di atas meja dan

mengembalikannya ke tangan Mia. Kemudian mengambil cangkir yang ada di depannya dengan santai dan menyeruput

tehnya.

"Kamu teman sekelasnya? Lalu mengapa kamu hanya diam membisu melihat dia akan masuk penjara?"

Sang Pengacara tertawa kecil, "Hubungan kami kurang baik, tentu saja aku sangat senang jika dia dipenjara."

Mia ingin sekali menuangkah teh panas yang ada di atas meja kepada dirinya, tetapi dia berhasil menahannya.

Saat ini dia tidak ingin mencari masalah dengan orang yang mungkin bisa menyelamatkan Mohan.

"Apa yang sebenarnya harus aku lakukan agar kamu bersedia membantu?" Mia mengatakan hal ini sambil

mengangkat tangannya ke dahinya dan menutupi air mata yang jatuh dari matanya. Dia benar-benar cemas.

Pria itu memalingkan kepalanya, matanya menatap wajah wanita itu dalam-dalam, "Kupikir Mohan hanya

menyukai vas bunga, tapi tidak kusangka dia bertemu dengan cinta sejatinya."

Dalam nada bicaranya tersirat kecemburuan yang kuat.

"Bagaimana kalau kamu tidur denganku malam ini? Dan aku bantu kamu menyelamatkannya?"

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu