Cantik Terlihat Jelek - Bab 598 Keterlambatan Raven Yang Tidak Biasanya

"Paman muda, apakah sesuatu terjadi padamu? Jika kamu membaca pesanku, bisakah kamu membalasnya? Aku mengkhawatirkan dirimu!"

Setelah pesan dikirim, Hutu menatap ponselnya, setelah setengah jam kemudian, masih belum ada balasan.

Setelah dipikir-pikir, Hutu kemudian menelepon lagi. Kali ini panggilannya tidak dimatikan, tetapi teleponnya berdering cukup lama dan tidak ada yang menjawab.

Hutu menarik napas, kemudian mencari-cari daftar kontak. Hutu punya nomor ponsel Altius Timin, tapi dia masih ragu-ragu, apakah ingin meneleponnya atau tidak?

Hutu mengambil ponselnya, kemudian meletakkannya, lalu mengambil lagi...

Sampai jam 12 pagi, setelah panggilan Raven tidak terhubung lagi, Hutu benar-benar khawatir, kemudian dia menelepon Altius.

Baru saja berdering satu kali, sudah langsung dijawab.

"Halo……"

"Altius, aku Tutu, apakah kamu tahu Raven ada dimana?"

Hutu bertanya dengan cemas, setelah selesai bertanya, hatinya merasa tidak tenang, Hutu menggenggam pakaiannya dan gugup.

Altius terdiam sejenak, kemudian menjawab, "Oh, ada perangkat lunak yang perlu dia perbaiki hari ini. Aku sedang bersamanya, sebentar lagi sudah siap. Aku akan memberitahu dia untuk meneleponmu lagi nanti."

Hutu merasa lega dan tersenyum spontan, "Oh, baik, baik, aku kira sesuatu terjadi pada dirinya! Kalau begitu, kalian sibuk dulu, aku akan menutup telepon..."

Altius menatap panggilan yang sudah terputus dan terdiam. Raven sudah ditelepon, tetapi hanya berdering beberapa kali dan tidak ada yang menjawab. Setelah dipikir-pikir, Altius mengeluarkan ponselnya dan melihat sistem penentuan posisi.

Saat Altius melihat posisi Raven berada di sebuah hotel, Altius menarik napas dalam-dalam, kemudian mengerutkan keningnya.

Pemikiran bawah sadar Altius mengatakan bahwa situasi saat ini tidak seperti yang dikira, Altius kemudian bangkit dari tempat tidur, pakaiannya juga tidak diganti, lalu berlari keluar setelah mengambil kunci mobil.

Di sebuah kamar hotel di kota, seorang wanita melihat pria yang berbaring di tempat tidur.

Wajahnya tegang, telapak tangannya berkeringat, wanita itu tidak berhenti menelan air liurnya.

"Selama kamu memiliki cara untuk bersamanya, aku tidak keberatan dengan cara yang kamu gunakan."

Kata-kata orang itu terdengar di telinga.

Wanita itu menarik napas dalam-dalam, kemudian berusaha keras dan mulai melepaskan pakaian Raven.

Kemudian, wanita itu berbaring di sebelah Raven dan mengambil beberapa foto tanpa jeda. Saat wanita itu meletakkan ponselnya dan ingin melakukan gerakan yang lain, pintu kamar ditendang dari luar dan terbuka.

Altius berkeringat dan menerobos masuk ke dalam, dia diikuti oleh beberapa anggota staf.

"Kalian keluar lebih dulu!" Altius berteriak.

Beberapa orang kemudian mundur dan keluar.

Ruangan kamar itu redup, Altius berjalan beberapa langkah ke depan. Dengan penglihatan yang tidak begitu jelas, Altius melihat adegan di tempat tidur, dia sedikit tertegun.

Kemudian Altius berbalik badan, "Pakai pakaianmu!"

Seluruh tubuh wanita itu sudah menggigil sejak tadi, kemudian wanita itu memakai pakaiannya dengan tergesa-gesa dan berbaring di sudut ruangan kamar, lalu menangis tersedu-sedu.

Penampilan seperti itu, membuat siapapun yang melihatnya pasti akan memiliki beberapa pemikiran.

Namun, Altius bukan orang lain.

Altius telah bersama Raven selama lebih dari sepuluh tahun semenjak kuliah, keduanya telah hidup bersama dan bekerja bersama, bahkan waktu yang mereka habiskan bersama lebih banyak daripada bersama keluarganya.

Keduanya telah bersama melewati banyak hal. Orang lain mungkin tidak memahami kepribadian Raven, tetapi Altius sangat memahaminya dibanding siapapun.

Raven tidak mungkin melakukan kekacauan seperti ini. Dulu sebelum ada Tutu, Raven tidak pernah melakukan hal seperti ini, dan sekarang setelah memiliki Tutu, hal ini bahkan lebih mustahil lagi.

Kalau begitu, hanya ada satu kemungkinan.

"Kamu masuk ke dalam dulu!"

Altius menunjuk ke arah kamar mandi.

Wanita itu menundukkan kepalanya dan masuk ke dalam.

Setelah pintu ditutup, Altius menyalakan lampu, Raven yang ada di tempat tidur, matanya tertutup dan sedikit berkeringat di keningnya.

Altius mengeluarkan ponselnya dan membuat panggilan. Sekitar dua puluh menit kemudian, seorang pria mengetuk pintu dan memberi sebotol obat kepada Altius, kemudian membawa wanita itu keluar dari hotel.

Setelah minum obat dan butuh sekitar setengah jam, Raven mulai sadar perlahan-lahan. Saat melihat Altius, dia sangat terkejut.

"Altius? Kamu..."

Raven melihat sekelilingnya dan hanya berbicara separuh, kemudian berhenti.

Altius membungkuk dan berbisik di telinganya sejenak, lalu melihat Raven memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam.

"Jika ada sesuatu, kita bicarakan saja besok, Tutu telah meneleponmu berkali-kali!"

Raven menatap Altius dan mengangguk.

Di dalam ketidaksadarannya, Hutu merasakan hangat di sekitar pinggangnya, kemudian dia membalikkan badannya secara spontan dan memeluk pinggang Raven,

"Paman muda, mengapa kamu kembali begitu terlambat?"

Raven mengelus kepala Hutu, "Apakah kamu mengkhawatirkannya?"

"Tentu!"

Pria itu mengangkat sudut bibirnya dan menghela nafas dengan lega, untungnya, tidak ada yang terjadi!

"Kedepannya, jika aku terlambat pulang, kamu jangan menunggu!"

Hutu menjawab "Um"...

Pria itu membungkuk dan mencium bibirnya.

Malam ini, Hutu merasa Raven tampak sangat lelah...

Hutu bahkan tidak tahu kapan dirinya tertidur.

Saat Hutu terbangun lagi, hari sudah siang.

Hutu membuka matanya dan merasakan kosong di samping tubuhnya, lalu mengerutkan kening, kemudian Hutu menggerakkan tubuhnya dan merasa sakit, tiba-tiba dia membeku dan mengangkat sudut bibirnya.

Kemudian bangkit dan duduk, lalu turun dari tempat tidur dan keluar.

Kakinya lemas, mengingat kegilaan Raven tadi malam, telinga Hutu memerah.

Sambil memegang dinding, Hutu baru saja berjalan keluar ke ruang tamu utama dan langsung mendengar bunyi klik pintu dan melihat Raven masuk ke dalam.

Sambil membawa kotak makanan di tangannya.

Melihat Hutu berdiri di depan pintu dan menatap dirinya, Raven tertawa kecil dan berkata, "Mengapa kamu menatapku seperti itu?"

Wajah Hutu menempel di dinding, wajahnya memerah, "Aku... tadi malam, mengapa kamu

begitu terlambat? Dan juga..."

Hutu tiba-tiba berhenti.

Raven meletakkan kotak makanan di atas meja makan, kemudian berjalan kemari, lalu merangkul bahu Hutu dan berbisik di telinganya:

"Tadi malam, membuatmu kelelahan, aku... aku tidak bisa menahannya..."

Meskipun keduanya telah bersama selama bertahun-tahun, Hutu masih tidak bisa melepaskan hal itu. Mendengar Raven mengatakan ini, Hutu mencubit pinggangnya,

"Paman muda, jangan bicarakan ini..."

Mengetahui Hutu merasa malu, Raven tidak lagi menggodanya, kemudian mendorongnya ke kamar mandi, "Aku membelikanmu beberapa suplemen, pergilah membersihkan diri lalu makan."

"Su... suplemen? Baiklah, suplemen apa yang kamu beli?"

Raven menatapnya dan batuk ringan, "Untuk menjaga kondisi tubuhmu adar tidak lelah!"

Mulut Hutu sedikit terganga, menatap Raven yang terlihat serius dan tersenyum sedih.

Pada saat ini, ponsel Raven berdering dan Hutu berbalik, memasuki kamar mandi.

Raven melihat nama penelepon dan wajahnya tiba-tiba menjadi redup. Kemudian memilih tombol jawab dan meletakkan ponselnya di telinganya.

Hanya mendengar Raven berkata, "Bagaimana dengan fotonya?"

Tidak tahu apa dikatakan oleh pihak lain, Raven mencibir, "Coba saja kalau berani!"

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu