Cantik Terlihat Jelek - Bab 557 Kamu Siapa?

Ketika mereka tiba di rumah, itu sudah tengah malam. Untungnya, baik Weni dan maupun Vema tadi minum lumayan banyak, Kalau sampai mereka melihat hal ini, tentu saja sangat memalukan.

Berbaring di tempat tidur, Hutu enggan tidur, karena takut kalau nanti bangun, semuanya hanyalah mimpi.

Kemudian, saat menjelang subuh Hutu baru tertidur dengan sendirinya.

Ketika bangun, Hutu tidak bisa melihat waktu karena kamar masih sangat gelap.

Hutu mengambil telepon seluler di ujung tempat tidur dan melihatnya. Dia tertegun sejenak, ternyata sudah jam 10 lebih.

Tanpa memakai sepatu, Hutu berlari keluar ruangan.

Ruangan sangat sunyi, dan Hutu mengerutkan kening, "Paman Muda…...."

Tidak ada yang menjawab, Hutu pergi ke lantai dua, juga tidak melihat Weni dan Vema.

Ketika Hutu keluarkan ponsel, bersiap untuk menelepon Raven, pintu terbuka dari luar.

Raven masuk.

Tiba-tiba, perubahan status ini membuat Hutu menjadi canggung dalam menghadapi Raven, Hutu sedikit gugup dan tidak enak, tidak tahu harus bagaimana bersikap.

"Sudah bangun ya? Makan sedikit dulu untuk mengisi perut, nanti kita makan lagi diluar."

Raven terlihat sangat tenang, sepertinya tidak ada yang istimewa.

Hutu baru melihat kalau Raven membawakan sesuatu untuk dimakan.

Raven melihat Hutu berdiri diam, meletakkan makanan di tangannya di atas meja makan, menoleh, sedikit berkerut, "Kamu pergi bersih-bersih dulu."

Hutu mengangguk, berbalik, berjalan dua langkah, terpikir sesuatu, berbalik, memandang Raven, "paman muda, teman sekamarku dimana sekarang?"

"Aku sudah membawa mereka kembali ke sekolah."

"Oh!" Hutu ingin bertanya kenapa tidak memanggilnya?

Setelah dipikir-pikir, Hutu tidak jadi buka mulut. Bagaimanapun juga, kebetulan dia memang mau tinggal disini lebih lama.

Setelah bersih-bersih, Raven pergi ke ruang kerja dan sibuk mengetik di depan komputer, Dia terlihat sangat sibuk.

Hutu menikmati sarapannya dan membereskan semuanya sampai bersih.

Hutu berdiri di pintu ruang kerja, menatap Raven yang sedang sibuk bekerja, semuanya tampak sama seperti sebelumnya.

Jari Hutu menyentuh bibirnya, kejadian semalam terlintas di pikirannya.

"Paman Muda..."

Hutu menyapa pelan.

Mata Raven bergerak dari komputer dan menatap Hutu sekilas, dan segera pindah kembali ke layar komputer, "ada apa?"

Hutu menggelengkan kepalanya, kata-kata sudah sampai ke mulut, tapi akhirnya ditelan kembali, "tidak ada apa-apa."

Berbalik badan, keluar dari ruang kerja, duduk di sofa di ruang tamu, Hutu mengerutkan kening, tidak bisa menjelaskan perasaannya sekarang.

Apakah dia benar-benar bermimpi tadi malam?

Kalau tidak, sikap Raven tampaknya tidak berbeda dari sebelumnya.

Atau pacaran memang seperti itu?

Tidak, ketika Nini sedang berpacaran, Hutu pernah melihat mereka, mereka berdua sangat lengket.

"Raven, hari ini ada upgrade program yang sangat penting, kamu mau pantau dari jauh saja?ada hal penting apa yang membuat kamu tidak bisa datang?"

Altius sedang mengeluh di sana.

Mulut Raven sedikit terangkat, Setelah selesai mengetik, dia mengirim pesan kepada Altius, "Aku sudah menyelesaikan program utama, dan sisanya kamu yang atur saja."

Altius mengucapkan sumpah serapah, ditambah ekspresi emoji pisau yang tak terhitung jumlahnya.

Raven mengabaikannya, bangkit, keluar dari ruang kerja, melihat tidak ada orang di ruang makan, berbalik dan melihat Hutu sedang mencuci pakaian di balkon.

Hutu sedang mencuci bajunya Raven.

"Perut kamu masih sakit?"

Hutu benar-benar sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri, karena Raven membuat suara tiba-tiba dam membuat Hutu kaget, karena tangannya yang gemetaran dan sabun di tangannya langsung jatuh ke dalam baskom, badannya terciprat air busa.

"Paman Muda!"

Raven menarik tisu di sofa di belakangnya dan menyeka noda air sabun di wajah dan tubuhnya.

"Baju taruh saja disana, aku bisa mencuci pakaian sendiri."

Nada suaranya Raven sangat tenang dan biasa, Hutu tidak bisa mendengar suasana hatinya Raven seperti apa.

Hutu menatapnya, Wajahnya sangat panas, Hutu pikir Raven tidak ingin dia menyentuh pakaiannya. Namun, bukankah orang yang pacaran selalu begitu?

Untuk sementara, tangan-tangan Hutu membeku di sana, merasa malu, bingung, dan sedikit sedih.

"Paman Muda…...."

Raven baru sadar kalau Hutu salah paham.

Alis Raven sedikit berkerut, menarik tangannya Hutu , meletakkan di bawah keran air, setelah bersih, lalu mengambil tisu dan mengelap tangan Hutu sampai kering.

Kemudian, Raven meraih Hutu ke dalam pelukannya dan memeluknya dengan lembut.

"Badan kamu masih sakit, Jangan kerjakan apa-apa dulu."

Sebelumnya, Hutu sedang dalam suasana hati yang tidak nyaman, Karena pelukan ini, kalimat ini, langsung membangkitkan semangatnya kembali.

Raven menarik Hutu untuk duduk di sofa.

Raven berjongkok di depannya, mengulurkan tangannya untuk membuka tepi pakaiannya, memandang perutnya, dan ternyata masih lebam, Raven mengerutkan kening, "duduk di sini dan jangan bergerak, Aku akan menyemprotkan obat."

Hutu hanya mengangguk, tidak berani melihatnya, sangat malu.

Kemudian, ketika Raven sedang menemani Hutu makan, telepon dari Altius terus menerus masuk, Pada saat itu, Raven sedang pergi ke kamar kecil, karena berdering banyak kali dan lama. Hutu takut kalau ada sesuatu yang sangat mendesak, jadi Hutu menerima telepon itu, Sebelum Hutu mengeluarkan suara, langsung terdengar keluhan dari ujung telepon yang lain:

"Bos, kamu sebaiknya datang sendiri, Pihak Klien tidak mau aku yang urus, mereka maunya kamu yang urus, mereka lebih percaya pada kamu. Tidak ada cara lain lagi, kamu ada urusan penting apa? Mohon kesampingkan dulu, oke? Ini sangat mendesak!"

Hutu mengerutkan kening. Ternyata paman muda ada pekerjaan yang mendesak hari ini, Hutu sangat menyalahkan dirinya sendiri karena sikap kekanak-kanakannya.

Setelah berpikir, dan menjawab, "Halo, dia pergi ke kamar mandi, aku nanti akan memintanya untuk menelepon kembali."

Awalnya Altius sangat terkejut, lalu, nada suaranya tiba-tiba naik, dengan sedikit bersemangat, "kamu, kamu siapa?"

Hutu menggaruk kepalanya sendiri, Hutu tidak mungkin mengatakan kalau dia adalah pacar pamannya, bukan? Apalagi hubungan mereka baru saja terjalin.

Apalagi ini menyangkut nama keluarga Ningga, Hutu tidak bisa mengatakan terus terang saat ini.

Dia adalah pamanku

Ujung telepon lain menjawab "Oh", "Kalau begitu, keponakan kecil, nanti tolong pesan pamanmu untuk menelepon kembali ya."

Setelah itu, menutup telepon.

Hutu menatap ponselnya Raven, bengong, keponakan kecil? Paman….. kenapa kalau mendengar dari mulut orang lain terasa sangat aneh ya?

Melihat ke luar jendela, Hutu mengaitkan bibirnya dan berkata dalam hatinya bahwa itu baik-baik saja. Ketika dia lebih dewasa nanti, dia akan mengaku terus terang kepada orang tuanya. Lagi pula, Hutu bukan anak kandung mereka juga, seharusnya tidak ada masalah.

Hanya saja, di masa depan, ketika keluarga Ningga menjadi kacau dan ribut karena masalah ini, Hutu baru bisa mengerti betapa naifnya dia sekarang.

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu