Cantik Terlihat Jelek - Bab 625 Aderlan Memukulnya Dengan Keras

“Rambo, aku ingin berkata satu hal padamu, aku hanya mengambil contoh, kalau anggota keluargamu mengatur agar seorang gadis berkencan dengan mu, kamu sangat benci dia, lalu gadis ini, suatu hari berdandan menjadi seorang laki laki dan berkenalan denganmu, saling mengenal… …”

Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan lagi, “Menurutmu, jika gadis ini memberi tahumu, dia adalah laki laki yang kamu suka, apa kamu bisa memaafkan dia? Sebelumnya, kamu sangat membenci gadis ini.”

Seluruh tubuh Rambo menjadi dalam keadaan linglung, seperti tidak ada respon.

Beberapa waktu kemudian, baru berkata, “Kalau aku benci dia di masa lalu, berarti, dipengaruhi oleh pola pikir yang terbentuk sebelumnya, kemudian dia berkata kepadaku, dia adalah laki-laki itu, aku perkirakan bisa marah, bisa merasa bahwa semuanya itu adalah rencana gadis itu"

Sambil berkata, dia mengangguk dan dengan hati hati mengulangi: “Ya, aku juga berpikir seperti itu."

Saat dia menganggukkan kepalanya, hati Mimi, tenggelam sampai kedasar.

Rambo bukanlah orang itu, tetapi reaksi yang dipikirkannya seperti itu.

Aderlan yang adalah orang itu, apa yang akan dia pikirkan tentangnya?

Melihatnya diam seribu kata, Rambo mengamati situasi sekitar, dengan suara pelan bertanya padanya, “Mimi, jika orang ini adalah kamu, aku masih memilih untuk mempercayaimu, percaya kamu pasti memiliki penderitaan.”

Penampilan Rambo tidak terlalu tampan, tetapi kepribadiannya sangat baik, dan orangnya juga sangatlah jujur.

Mimi menganggapnya sebagai sahabat baik.

Dia menggelengkan kepalanya, ekspresinya kembali normal, menggumamkan sebuah kalimat, "Bukan aku..."

Rambo mengangguk, tersenyum dan tidak bertanya lagi.

Tiba tiba, ada suara berisik dari pintu kelas, Mimi mendengar suara itu.

Yesca Pei ?

Untuk apa dia datang kesini?

"Keluar kamu!" Jari rampingnya Yesca menunjuk kearahnya, pandangan yang mendominasi.

Mimi melihat dia, saat ingin membalas, setelah dipikir-pikir itu tidak benar. Rozi pernah bertemu Yesca, tetap Mimi tidak.

Ia mengerutkan kening, "Maaf, aku tidak mengenal kamu, jika ada masalah, sepulang sekolah baru kita bicarakan!"

Dia tidak menyukai gadis ini!

Tidak peduli karena Aderlan, ataupun karena diri sendiri.

Yesca mencibir, "Oh, bukankah kamu sudah menikah dengan orang kaya? Nyali mu sudah menjadi sebegitu besar, kalau kamu masuk kedalam dunia kekayaan, tidak bisa pergi ke surgakan?”

Setelah mendengar ini, Mimi berdiri dengan hentakan, dan "bang" bangku jatuh ke tanah.

Disekitarnya mulai ada banyak pembicaraan.

Dia menyeret Yesca keluar dan pergi ke lapangan di belakang kelas, setelah sampai ia baru melepaskannya.

"Sebenarnya siapa kamu, dan mengapa kamu mengatakan itu di depan begitu banyak orang?"

Karena dia bukan Rozi, jadi, dia bisa berpura-pura tidak mengenal Yesca !

Yesca menggosok pergelangan tangannya dan menatap Mimi dengan sengit, mulutnya datar dan air mata keluar, "Kamu beri tahu aku, apakah kamu orang yang akan menikah dengan Aderlan?"

Mimi melipat kedua tangannya dan bersandar di tiang ring basket, dia menghela nafas, dan berbicara dengan santai, "Lalu?"

Suasana hatinya sedang tidak baik, jadi, bicaranya menjadi sedikit tidak sabar.

“Aderlan bukan orang yang siapa yang menyukainya maka bisa langsung menikah dengannya, terutama kamu dengan latar belakangmu, kamu tidak bisa apa-apa, kamu..... bagaimana kamu dapat layak di sandingkan dengan Kak Mo ku?”

Latar belakang? Tidak bisa apa-apa?

Mimi mengambil nafas dalam, berdengus dengan dingin, perawakannya lebih tinggi sedikit di banding Yesca, jadi ada perasaan lebih berkuasa.

"Aku layak atau tidak layak, tidak perlu kamu yang mengatakannya, kakek Mo berkata bahwa aku layak, maka aku layak.”

Setelah selesai berbicara, menegakkan badan, lalu bersiap-siap untuk pergi.

Suasana hatinya buruk, dan bicaranya berubah jadi jauh lebih tajam, sebenarnya, dia tidak ingin banyak berbicara dengan orang seperti ini.

Walaupun tak ingin, kakinya tiba-tiba dipeluk oleh seseorang dari belakang.

Menutup mata, dengan penuh emosi, Mimi berteriak : "Lepaskan!"

Yesca menggelengkan kepalanya, "Kakak Mo karenamu, dia akhir-akhir ini terlihat tidak bahagia, apakah kamu tidak bisa sekali saja untuk tidak menganggunya? Kumohon, oke?"

Jantung Mimi berdetak, melompat sesaat, seperti ada rasa sakit dihatinya, namun setelah itu dia merasa dirinya terlalu emosional.

Kamu yang dimaksud oleh Yesca adalah Mimi, bukan Rozi.

Memikirkan hal ini, seluruh tubuhnya merasa lebih tertekan lagi.

"Dia tidak bahagia, bukan karena aku, lepaskan!"

Kenapa dia begitu bahagia? Semua sudah menjadi seperti ini, ini adalah hal terburuk yang bisa dia lakukan.

Yesca malah memeluknya lebih erat, “Tolong, berbicaralah dengan kakek Mo, jika kamu tidak menyukai kakak Mo, maka dia tidak akan memaksakan kalian lagi, oke?”

Jikalau dulu, Mimi pasti akan terus terang mengatakanya, tetapi saat ini, dia hanya menggelengkan kepalanya, “Siapa bilang aku tidak suka?”

Setelah bertanya kembali, dia memegangi dahinya, merasa bahwa semuanya benar benar berantakan.

“Apa yang kamu suka dari dia? Suka uangnya kah? Atau suka karena dia tampan? Atau karena identitasnya, kamu sama sekali tidak mengenalnya, kamu mengatakan kamu suka dengannya? Apa kamu bohong?”

Nada suara Yesca mengeras.

Mimi berbalik badan, menundukkan kepalanya, pandangannya menatap ketanah, bertanya balik pada gadis itu, hanya menganggapnya konyol.

Uangnya? Dia sangat tampan? Dia adalah bagian dari keluarga Mo?

Haha, jika dia sangat dangkal, bukankah itu sangat baik, maka dari awal dia tidak akan berpikir untuk bersembunyi, dan dia tidak akan menjadi Rozi, bagaimana mungkin ada begitu banyak masalah seperti ini?

Tetapi, tidak ada kata jika.

Apakah dimata orang-orang kaya ini, identitasnya, latar belakangnya, manusia seperti ini, apakah semua itu yang bisa dilihat?

Cinta? Semuanya hanyalah omong kosong.

Jadi, Aderlan lebih suka mengungkapkan dirinya yang sebernarnya kepada Rozi yang bodoh, juga tidak ingin melihat Mimi.

“Lepaskan!”

Dia tidak ingin berurusan dengan wanita itu lagi, lalu mengangkat kakinya dan bergegas pergi.

Dia hanya ingin menarik kakinya saja.

Tapi tidak terpikirkan, kakinya belum juga diangkat, Yesca tiba tiba meraih kakinya dan menginjakan ke mukanya sendiri.

Lalu, Mimi hanya merasa kekuatan yang kuat, jatuh pada punggung belakangnya, kemudian dia tidak punya waktu untuk beraksi, seluruh tubuhnya sudah tertendang.

Jika bukan karena nalurinya, menggunakan dua kaki untuk menginjak tanah, satu kaki ini, takutnya bisa menendangnya sampai terbang, kalau tidak mati maka akan terluka parah.

Karena kaki yang kuat ini, adalah perlawanan yang positif, dia diperkirakan sulit untuk dilawan.

Aderlan jelas sudah menggunakan banyak energi.

Apakah dia begitu membencinya? Sampai turun tangan dan menggunakan kekuatan yang begitu besar.

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu