Cantik Terlihat Jelek - Bab 527 Kencan Buta

Pada hari ujian nasional, dia tidak meminta siapapun datang menemaninya, Shang meneleponnya, menyuruhnya jangan gugup dan menunggunya kembali.

Ayahnya agak lucu, pagi-pagi menyuruh orang memberikan satu gorengan 'cakwe’ dan dua biji telur untuknya.

Dia tidak tahu harus menangis atau tertawa, dan memakan semuanya ke dalam perut.

Mungkin nasibnya beruntung atau mungkin kerja kerasnya berguna, nilai ujian nasionalnya mendapat nilai tinggi.

Diantara seluruh tes di SMA kelas 3, kali ini dia mendapat nilai tertinggi.

Meskipun masih sedikit jarak untuk memasuki Universitas di Kota Ciput, tapi untuk nilai rata-rata sudah cukup.

Ketika nilai diumumkan, dia melihatnya beberapa kali, dia menyangka dirinya salah melihat.

Dan sengaja menelepon Pak Wang, dan Pak Wang memujinya di dalam telepon.

Tapi yang membuatnya segan adalah Ayah diam-diam membuatkan pesta untuknya.

Sedangkan dia, baru tahu pada hari itu.

“Ayah, bisakah membatalkannya? Ini.... ini agak memalukan.”

“Tidak tidak, aku juga ingin semuanya tahu, putriku sangat hebat, bukan semua orang dapat memasuki Universitas ini.”

Ayah sangat senang.

Hutu memiliki perasaan yang mendalam, setelah ibu sakit, ayah sepertinya berubah sepenuhnya.

Di masa lalu, kalau dia tahu nilai ujiannya bagus, ayah palingan menyuruh orang membelikan hadiah untuknya, sangat sederhana dan kasar.

Tidak mungkin akan seperti hari ini, merasa senang untuknya, dan penuh prihatin.

Kamu pergi mengganti pakaian, aku menyuruh orang menyiapkan gaun untukmu, nanti siang ada yang akan datang untuk mendadanimu, hari ini putriku harus menjadi yang paling cantik.”

Hutu membuka mulutnya, sangat kaget, tetapi menghadapi perhatian ayahnya, dia tidak dapat menolak.

“Terima kasih ayah.”

Dia berkata dengan tulus.

Ayah mengelus rambutnya, “Anak bodoh, dulu aku terlalu jarang memperhatikanmu, kamu jangan menyalahkan ayah!”

Hutu menggelengkan kepalanya, Shang bilang hatinya terlalu lemah, dia mengakuinya.

Dia adalah seseorang yang mudah melupakan kesuraman.

Hanya saja, dia lupa Raven juga akan datang malam ini.

“Nona Tutu, kamu benar-benar sangat cantik, bagaikan artis.” Ketika mengantar kue, Bibi Zeng melihat dirinya sesudah dandan, dia tidak berhenti memuji.

Hutu mengangkat kepala, melihat dirinya dalam cermin.

Ini adalah pertama kalinya dia berdandan, dan pertama kali menyadari ternyata dirinya juga lumayan cantik.

“Tiga puluh persen penampilan, tujuh puluh persen dari makeup.” Dia berkata dengan rendah hati.

Penata rias mengangkat dagunya, memandangnya sejenak, lalu menggelengkan kepala, “Kamu terlalu rendah hati, dengan fitur wajahmu ini, satu atau dua tahun kemudian, pasti akan menjadi sangat cantik.”

Hutu agak malu dipuji olehnya, tetapi meskipun dia belum pernah melihat seperti apa orang tua kandungnya, tetapi penampilan nenek dan ibunya serta beberapa paman ada di sana. Dia percaya ibunya tidak akan terlalu buruk.

Dia seharusnya tidak akan beda jauh.

“Terima kasih atas pujiannya.” Kedua pipinya memerah, agak malu-malu.

Malam jam 6.

Pesta diadakan di rumah kakeknya, karena halaman rumah kakek sangat besar, dan aula bisa memuat ratusan orang.

Ketika semua tamu hadir, ayah dan ibu menggandengnya turun.

Meskipun ibunya masih belum terlalu sadar, tapi dia menjadi sangat patuh pada ayahnya, dia akan melakukan apapun yang dikatakan ayahnya.

Gaun sabrina berwarna perak dengan desain mengikat pinggang, meskipun desainnya konservatif, namun dengan terampil memperlihatkan pinggangnya yang kecil, serta pinggul dan dada yang berkembang dengan baik.

Kedua kakinya yang lurus dan ramping, membuat sosok tubuhnya terlihat tinggi.

Dengan rambut hitam panjang, secara alami menggantung di belakang, dan telinganya mengenakan aksesoris mutiara, terlihat imut dan mempesona.

"Benar-benar sangat cantik!"

"Aku benar-benar tidak terduga keluarga Ningga masih ada mutiara secantik ini. Biasanya, aku tidak pernah mendengar ada yang mengatakannya!"

"Bukankah dunia luar mengatakan bahwa putri keluarga Ningga ini, biasa-biasa saja, tidak berguna dan terlihat jelek?"

"Bisakah rumor dipercaya?"

Hutu tidak pernah diperhatikan begitu banyak orang, tangannya berkeringatan, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, bahkan kakinya juga menjadi lemah tak berdaya.

“ Tutu, kamu sangat cantik hari ini.” Kakak sepupu Tifa memegang gelas dan menyapanya.

Usianya tidak jauh beda dari Tutu, dan dia juga merupakan kakak yang lumayan dikagumi Hutu. Namun karena dia terlalu hebat, jadi Hutu tidak terlalu dekat dengannya.

“Kakak Tifa, terima kasih atas pujianmu.” Dia menundukkan kepalanya, agak malu-malu.

“Selamat mendapat nilai bagus.” Dia menyerahkan segelas jus padanya dan menatapnya dengan tatapan tulus.

Kalau orang lain yang mengatakan ini, Hutu akan merasa dia sedang menyindirnya, tetapi kalau Tifa, dia tahu bukan.

“Tahun lalu kakak sepupu mendapat juara pertama dalam ujian nasional di kota ini, jadi kakak jangan menertawakanku lagi.”

Wajahnya terasa panas.

"Tidak, tidak, kamu tidak tahu, sebenarnya aku sangat mengagumimu, setidaknya kamu bisa hidup untuk dirimu dan hidup dengan santai."

Ini adalah kedua kalinya dia mendengar seseorang mengatakan seperti ini, Hutu tertegun, tanpa sadar dia teringat Raven, pria yang tidak berani dia ingat selama ini.

Dan kebetulan.....

“Paman muda, sini.” Tifa kebetulan mengangkat tangannya dan melambai ke arah belakang Hutu.

Hutu ingin melarikan diri, ketika dia baru saja berpikir menggunakan alasan apa yang lebih baik, langsung mendengar suara Raven berkata.

“ Tutu juga ada di sini, selamat.”

Dalam kesannya, ini sepertinya pertama kali dia memanggil Tutu.

Dia tidak bisa menahan diri menatap Raven, setelah beberapa saat tidak bertemu dengannya, dia tampaknya agak kurusan.

“Paman, apakah kamu agak kurusan?” Kata-kata di dalam pikiran, diucapkan tanpa terkendali.

Raven mengambil gelas di tangannya, menyentuh dengan lembut di gelasnya dan Tifa, lalu mengangkat kepala meminumnya.

“Akhir-akhir ini agak sibuk.” Kata-katanya sangat tenang.

Tifa malah tertawa, “Paman, apakah kamu dijerat bunga persik baru-baru ini, sehingga membuatmu sibuk dan kurus?”

Bunga...... persik?

Dia menatap Tifa, dan berharap dia melanjutkannya.

“Baru-baru ini, Kakek mengaturkan kencan buta untuk Paman, baik gendut maupun kurus, semuanya tersedia, Paman sepertinya kelelahan.” Melihatnya penasaran, Tifa berkata.

Kencan...... buta?

Novel Terkait

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu