Cantik Terlihat Jelek - Bab 20 Gimana Membuktikannya?

Bab 20 Gimana Membuktikannya?

Ruang baca yang sama seperti sebelumnya.

Mereka duduk berseberangan terpisah oleh sofa.

“Semalam…..” ujar Sherin, hanya mengatakan kata ini saja sudah membuatnya sulit untuk bernafas, aura laki-laki ini terlalu kuat, jelas-jelas sebelum dia menemuinya, dia sudah berulang kali latihan dalam hatinya, tapi saat berhadapan dengan laki-laki ini masih saja berantakan bicaranya.

Menghirup nafas dalam-dalam, dia baru lanjut berkata: “Aku boleh tidak mempermasalahkan hal ini.”

Devan melirik Sherin dari ujung matanya, sorotan mata yang sulit dipahami, tapi dia juga tidak menjawab, karena sangat jelas bahwa wanita ini belum selesai berbicara.

“Tapi, aku mungkin tidak bisa tinggal di sini lagi.” lanjut Sherin perlahan, dari matanya terlihat sangat tidak rela, pekerjaan ini dia dapatkan lagi dengan hampir kehilangannya nyawanya.

Tapi, dia juga sangat jelas setelah semua ini terjadi, dia sungguh tidak ada keberanian untuk hidup seatap lagi, walaupun, mereka melakukannya bukan karena disengaja, tapi bagaimana pun semua yang sudah terjadi ini pun adalah kenyataan.

Memikirkan pernikahan antara laki-laki itu dan Gabriel, dia secara tidak disengaja menjadi pihak ketiga di antara mereka, pemikirannya terhadap hal ini membuatnya sulit menerima semua ini, maka, setelah berpikir berulang kali, dia pun memutuskan untuk pergi.

Tidak disangka dia bisa tiba-tiba memilih untuk pergi, mengingat beberapa saat yang belum lama ini di ruangan ini, dia demi untuk tidak diusir dari rumah ini sampai berlutut memohon kepadanya, dan hari ini malah……

Mata Sherin mengintip Devan sejenak, terlihat raut wajah laki-laki itu seakan tidak peduli, seolah-olah yang melakukan hal itu dengan dirinya bukan lah dia, hati Sherin terasa pilu.

Bagi dirinya ini adalah masalah yang sangat besar, tapi mungkin saja di mata orang lain ini hanya sebatas one-night stand saja.

“Ayo, katakan saja apa syaratnya.” nada dingin itu pun terdengar, Sherin lega setelah mendengar ini, akhirnya yang ia ditunggu-tunggu datang.

Raut wajahnya tentu saja tidak luput dari sorotan mata Devan yang seolah meremehkannya.

Ekor rubahnya akhirnya muncul juga? Berpikir sampai di sini, tiba-tiba saja dia merasa kejadian semalam membuatnya mau muntah.

Sherin duduk tegap, pandangan matanya tidak berani melihat ke arah Devan, setelah membuka mulut ia pun langsung berkata: “Kalau kamu tidak ingin nona Gabriel tahu tetang kejadian ini, aku mau seterusnya aku bebas kapan saja boleh datang melihat Simon.”

Setelah mengeluarkan kata-kata itu, dia menghelakan nafas berat, tapi tetap tidak berani melihat raut wajah Devan, dia yang seperti ini langsung mengancam Devan, dia juga tidak berani memastikan, apakah laki-laki ini bisa menerima syarat itu, tapi, ini adalah jalan yang terbaik untuk pergi dari sini dan masih bisa bertemu dengan Simon, dia tidak ada pilihan lain lagi.

Devan mengangkat alisnya, wajahnya tidak senang.

Bertahun-tahun ini, di dunia bisnis dia selalu berhasil menerka semua orang walaupun tidak bisa dikatakan bisa sampai tingkat memahami keseluruhan, tapi secara garis besar bisa menebak dengan tepat, tapi, untuk pertama kali pada wanita ini, dia tidak hanya keliru satu kali, seakan pemikiran wanita ini dikeluar dari logika orang normal.

Dia tadinya berpikir, dia pasti akan seperti mulut singa yang lebar meminta uang padanya, ataupun meminta sesuatu yang secara berlebihan dari dirinya, tapi tidak disangka…… Simon lagi.

Tindakan Simon semalam, dia pun berpikir kalau saja wanita ini tidak terlalu bodoh, pasti bisa menebak, dia sebagai ayahnya, tidak akan mempermasalahkan hal ini, tapi bagaimana dengan wanita itu?

Dijerumuskan oleh anak orang lain, saat ini bukan seharusnya sangat marah karena dipermalukan? Tapi kenapa bukan hanya tidak membenci malah sebaliknya masih mengajukan syarat seperti ini.

“Kenapa?” Devan membuka mulut.

“Ah?” jawab Sherin yang jelas tidak tahu pertanyaan mana yang dipertanyakan Devan, sambil mengangkat kepala dan melihatnya, melihat Devan sedang melototinya, dia pun mengalihkan pandangannya ke tempat lain dan berkata “Aku tidak mengerti apa maksud dari pertanyaanmu?”

Tiba-tiba saja Devan tertawa-tawa, badannya bersadar ke sofa, menyilangkan kedua lengannya dan berkata “Nona Sherin apa kamu tidak merasa syarat yang kamu ajukan itu tidak masuk akal?”

Untuk pertama kalinya, dia memanggilnya dengan sebutan Nona Sherin.

Sherin menjawab um…, lalu terdiam sesaat, baru merespon kembali, iya yah, dia sendiri tahu bahwa Simon itu adalah anaknya, jadi memilih untuk tidak memperhitungkan hal ini, tapi, dia tidak pernah memikirkan di pandangan orang lain, setelah kejadian ini terjadi, masih mengajukan syarat ini, betapa anehnya.

Secara reflek lidahnya menyetuh bibirnya, otaknya berpikir mau bagaimana menjelaskannya ke laki-laki ini supaya bisa diterima.

Dia tidak mungkin memberitahu yang sebenarnya.

Lalu…….

“Dari awal tujuan anak itu adalah membuat kita bersatu, kemudian, dia pikir….. aku menyukai kamu.” ujar Sherin yang mukanya memerah setelah mengucapkannya.

Setelah batuk sedikit dia pun melanjutkan lagi “Pagi itu saat aku menyadarinya, aku sungguh marah, tapi setelah menenangkan diri dan berpikir lagi, sepintar apapun anak itu, dia baru berusia 5 tahun, terhadap masalah itu….. tentu saja tidak ada pengetahuan, dia hanya merasa asal kita berdua sudah tidur seranjang, kita pun bisa bersama, tujuan dia juga demi kebaikanku, aku tidak bisa membencinya.” Dia mengeluarkan semua kata-kata ini sekaligus, tapi tetap tidak berani melihat raut wajah Devan.

Sebelum Devan pulang, dia sudah bertanya jelas ke Simon, Simon mengatakan bahwa dia pikir hari itu Sherin menangis karena Devan dan Gabriel bertunangan, maka, dia mau membantunya, mendengar penjelasan ini, sejujurnya, hatinya hanya merasa sakit, tidak ada keluhan lagi.

Anak ini benar-benar baik terhadapnya.

Tapi, masalah perasaan, bagaimana mungkin dengan hanya “seranjang” begitu mudahnya.

Maka, setelah menangis di makam ibunya, dia memilih untuk menghadapinya dengan tegar.

Devan menggerakkan matanya memandangi Sherin, dia sungguh tidak memahami wanita ini.

“Sherin kamu merasa kejadian semalam, apa kamu sudah dirugikan?” Devan tiba-tiba berdiri dan berjalan ke depan mejanya, lalu mengambil kopi di atas meja dan menyicipi kopi itu.

Ada berapa banyak wanita yang menghalalkan segala cara naik ke atas ranjang dengan dirinya, tapi wanita ini merasa seakan dia lah yang memperkosa dirinya.

Hal ini membuatnya sangat tidak senang.

Sangat jelas, tidak pernah terpikir oleh Sherin, Devan bisa terus menerus mencari masalah dengannya karena persoalan seperti ini.

“Ini adalah yang pertama kali bagiku, tentu saja aku dirugikan.” jawab Sherin yang spontan menjawab. Lalu setelah menjawab, kembali menundukkan kepala lagi, menyesal sekali, ya ampun, apa yang sebenarnya ia katakan tadi?

Bibir Devan yang tipis itu merapat, sorotan kedua matanya menjadi gelap, dengan pandangan mata yang mendalam ia memandangi wanita di hadapannya itu dan menjawab “Oh ya? kebetulan sekali, ini juga adalah yang pertama bagiku.” Di dalam hatinya dia menambahkan untuk beberapa tahun ini yang pertama kali.

Setelah mendengar ini, Sherin kaget seakan mulutnya terbuka dari sarangnya, mengangkat kepalanya, matanya melototi Devan dengan sangat besar, dan kembali membuka mulutnya membalas “Mana, mana mungkin?”

Bukan kah laki-laki ini dan Gabriel sudah bertunangan? Zaman sekarang ini, mana mungkin sudah sampai bertunangan, mereka masih belum pernah melakukan apa-apa? baik lah, mungkin pemikirannya sedikit kotor, tapi…….

Walaupun dia tidak melakukannya dengan Gabriel, tapi…. dia yang kaya seperti itu, tampan seperti itu, mana mungkin?

Devan menyoroti Sherin dari atas ke bawah.

Tidak tahu apakah ini karena sudut penglihatannya, saat ini wanita ini terasa memiliki aura cantik dan memukau sampai-sampai membuat dirinya takjub.

Dia pun menyimpan perasaan itu, ujung bibirnya sedikit melengkung tersenyum seakan mau tersenyum dan tidak, lalu berkata “Sherin kamu bilang kamu yang pertama, aku percaya, tapi saat aku bilang aku juga yang pertama, kenapa kamu bisa tidak percaya?”

Sherin berdiri dengan gegabah dan berkata “Kamu… kamu gimana membuktikannya?”

Masalah ini berhubungan dengan apakah seterusnya dia bisa dengan bebas menjenguk Simon atau tidak, makanya Sherin baru bisa menanggapinya dengan serius.

Devan memandanginya, senyuman di ujung bibirnya semakin dalam lagi, maju beberapa langkah, membungkukan setengah badannya melototi Sherin dan berkata “Kamu mau aku bagaimana membuktikannya?” suasana mesra tapi status mereka berdua yang tidak jelas itu pun memenuhi ruangan tersebut.

Novel Terkait

My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu