Cantik Terlihat Jelek - Bab 190 Bahaya

Jalan sedikit licin sehingga Clover dan Devan sengaja memperlambat langkah kaki mereka, Devan selalu berdiri di depan Clover dan memegang tangannya dan itu membuat Clover merasa lebih tidak gelisah.

Air mata Clover baru mulai mengalir pada saat mereka sudah tidak bisa mendengar suara dari orang-orang tadi.

Devan melamun sejenak, dia mengira Clover menangis karena merasa sedih, Devan merasa sakit hati dan memeluk dia, "Clover...."

Clover mengangkat kepalanya dan melihat ke Devan, "Devan, maaf, aku membuat kamu merasa sedih, aku tidak tahu dia tahu begitu banyak, aku membuat kamu terlihat seperti itu, maaf....maaf... kamu pasti tidak pernah dihina begitu sejak kecil?"

Devan milik dia, pria yang begitu mulia, harus mengalami hal seperti ini karena dia.

Semakin berpikir, Clover merasa semakin sedih.

Devan menundukkan kepalanya dan melihat ke wajah Clover yang dibasahi dengan air mata, dia merasakan emosi yang kacau.

Devan benar-benar tidak pernah mengalami hal seperti ini sejak kecil.

Tetapi ini juga pertama kalinya Devan dilindungi oleh seorang wanita selain ibunya, tidak benar, ini adalah kedua kalinya, pertama kalinya adalah tahun ketika Devan mengalami luka parah saat hujan.

Bola mata Devan yang hitam memancarkan sebuah cahaya cerah.

Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Clover, kemudian Devan mencium air mata di bawah mata Clover dengan lembut, tenggorokannya bergerak dengan cepat sebelum berkata dengan suara kecil : "Clover, aku berjanji tidak akan melepaskan kamu dalam kehidupan ini"

Clover melamun sejenak sebelum mengangkat kepalanya dan melihat ke Devan, "Baik, aku akan ingat itu, kalau begitu, kita jadikan masalah ini sudah selesai saja ya? Lalu, tidak peduli orang lain berkata apa, semua itu tidak penting, asal kita sendiri mengerti saja, kita tidak boleh masukkan kata-kata orang lain dalam hati, oke?" Clover berkata dengan suara lembut, sudut mulutnya terangkat dan sebuah senyuman kecil terlihat di wajahnya.

Devan tidak menjawab dan memeluk Clover lebih erat.

Pada saat itu, angin bertiup semakin kencang dan salju juga yang turun juga semakin deras.

Tiba-tiba mereka mendengar suara yang aneh, suara itu sangat besar, tanah yang mereka injak juga bergetar.......

Tubuh Clover menjadi tegang, tentu saja Devan juga mendengar suara itu, alis Devan mengerut dan dia menyipitkan matanya : "Apakah ini salju longsor?"

Wajah Clover menjadi sangat pucat, Clover pernah mendengar tetangga tuanya berkata gunung ini pernah terjadi longsor salju dan menyebabkan banyak orang meninggal, tetapi, bencana ini jarang disaksikan atau dialami oleh orang-orang, berpikir sampai sini, Clover memaksakan sebuah senyuman dan berkata : "Seharusnya bukan" Bencana yang tidak pernah terjadi selama puluhan tahun, seharusnya tidak mungkin terjadi pada mereka?

Tetapi, suara Clover sedikit bergetar.

"Cepat lari" Devan bersuara dan memegang tangan Clover sambil berlari ke arah bawah gunung.

"Berlari di jalan licin seperti ini, kemungkinan jatuh ke bawah itu sangat besar, tetapi tidak bisa dibandingkan dengan kemungkinan kematian"

Mereka baru lari beberapa langkah dan tanah pun mulai bergetar dengan kuat, pohon yang besar dan kuat itu bahkan melepas dari tanah, suara bergetar dan batu jatuh terdengar di mana-mana.

Clover berdiri di tempat dan tidak bereaksi, tatapan dan otak dia menjadi kosong.

Sampai ada sebuah batu berguling ke arahnya pun Clover tidak sadar.

Yang bisa Clover rasakan adalah sebuah bayangan tubuh menekan ke tubuhnya, Clover baru sempat bereaksi setelah dia mendengar suara menahan rasa sakit Devan, dia menoleh ke Devan dan menyadari ekspresi Devan terlihat sangat sakit, setelah melihat ke belakang Devan, Clover baru menyadari Devan menekan tubuh Clover dengan tubuhnya sendiri dan sebuah batu yang besar menekan di atas kaki Devan,

Clover terkejut, "Devan...." Clover memanjat keluar dari tubuh Devan dengan susah, kemudian Clover berjongkok di depan Devan, mau mendorong batu itu, tetapi Devan malah menahan tangannya.

"Kamu tidak akan bisa dorong, pergi cari sebatang kayu" Karena rasa sakit, suara Devan menjadi sedikit bergetar, tetapi Devan tetap bersikap tenang.

Clover mengangguk dan berdiri, pada saat dia baru saja mau mencari kayu, lantai mulai bergetar lagi lebih kuat daripada tadi, tidak tahu harus senang atau sedih, batu yang berada di atas kaki Devan pun ikut terguling ke bawah karena getaran tanah yang kuat.

"Jangan terus melamun, disana ada satu lubang, kamu cepat masuk ke dalam" Sambil berkata, Devan mendorong Clover.

Clover melepaskan tangan Devan dan melirik dia, "Kamu mau apa?" Setelah itu, Clover berjongkok di depan Devan, "Kamu cepat pegang bahuku, kita masuk sama-sama"

Kedua kaki Devan terluka pada tingkat yang berbeda, salah satu kaki sudah tidak bisa dirasakan dan sama sekali tidak memiliki tenaga.

Mata Clover sudah merah, tetapi Clover tahu sekarang bukan waktunya menangis, dia memejamkan matanya dan mengeluarkan semua tenaga untuk membantu Devan.

Setelah itu, Clover menarik Devan ke dalam lubang dengan susah.

Mereka mendengar suara longsor yang menakutkan lagi pada saat mereka baru saja duduk di dalam lubang.

Lubang itu berada di bawah sebuah batu yang besar, jadi Clover melihat batu yang dicampur dengan salju berguling ke bawah dengan matanya sendiri.

Di tangah-tengah itu, Clover juga sepertinya melihat bayangan seseorang ikut berguling ke bawah.

Tatapan Clover diisi oleh ketakutan, jangan-jangan orang itu adalah salah satu temannya?

Devan menepuk bahunya, "Tidak ada bisa yang menyangka"

Clover menghirup sebuah nafas dan mengangguk, tiba-tiba Clover teringat dengan kaki Devan yang terluka, Clover langsung setengah berlutut di depan kaki Devan, "Kamu, kaki kamu, bagaimana?"

Devan menjilat bibirnya dan dahinya yang berkeringat, kemudian dia mencoba untuk menggerakan kakinya, kaki yang tidak bisa dirasakan tadi terasa sakit, Devan menghela sebuah nafas lega dan mencoba untuk mengangkat kaki itu ke depan menggunakan tangannya...

"si....." Devan tidak bisa menahan dan menghirup sebuah nafas dingin.

Bibir Clover bergetar, dia meletakkan kaki Devan di atas pahanya dengan lembut dan melepaskan tali sepatu Devan, kemudian Clover melepaskan sepatu memanjat gunung yang tebal itu dan menaikkan celana Devan dengan lembut, hari ini mereka sengaja pergi beli pakaian anti angin dan salju, pakaian yang begitu tebal saja sampai berlubang sekarang, Clover tidak berani berpikir kondisi luka Devan.

Clover menaikkan celana Devan dengan hati-hati dan kondisi darah dan daging yang kabur terlihat di depan mata Clover, walaupun Clover sudah memiliki perkiraan, dia tetap tidak bisa menahan rasa sakit hati itu dan mulai menangis.

"Tidak apa-apa, batu itu berguling ke bawah bukan jatuh langsung ke bawah, kakiku masih bergerak, berarti tidak putus, jangan risau"

"Devan!" Clover melirik dia, setelah itu Clover mengeluarkan ponselnya dari tas dan mau menelepon, tetapi ponsel Clover malah tidak memiliki sinyal, hati Clover tenggelam dan dia merasa sangat takut.

Di tempat seperti ini, ditambah luka kaki Devan yang begitu parah, kalau tidak ada yang bisa mencari mereka dalam waktu pendek, maka, akibatnya.....

Clover mengigit bibirnya yang bergetar.

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu