Cantik Terlihat Jelek - Bab 640 Dodo Sudah Meninggal

"Aku tidak peduli dengan penilaian orang lain terhadap diriku, tetapi, aku tidak akan menarik kembali perkataan yang telah aku ucapkan. Keluarga Han tidak mungkin akan menikahi seorang akuntan kecil, tidak perlu mengatakan seberapa hebat dirinya, setidaknya harus memiliki latar belakang keluarga yang sepadan. Apakah kamu tahu seberapa hebat putraku Stephen? Dia tidak lulus dari pendidikannya di luar negeri dan banyak rumah sakit paling terkenal di dalam negeri ini ingin mempekerjakannya dengan gaji tinggi ... "

“Velve, jangan dengarkan lagi, ayo pergi!” Tanpa menunggu Ibu Han selesai berbicara, Stephen langsung membawa Velve keluar.

Velve menggelengkan kepalanya dan menarik nafas, kemudian memandang ke sisi lain, jari tangannya mengarah ke Aderlan, "Itu adalah adikku, apakah mau menyapanya dulu?"

Selesai bicara, Velve melambaikan tangannya, "Adik keempat"

Aderlan melihat Mimi sekilas, "Kamu tunggu aku di sini, aku ke sana sebentar."

Mimi menggangguk, sebenarnya Mimi ingin ikut ke sana, hanya saja saat memikirkan identitasnya, Mimi melepaskan keinginannya.

Tidak seperti Velve yang rendah hati dan pendiam, Aderlan memiliki aura alami seperti raja.

Memang terlihat muda, tapi temperamennya luar biasa.

Sampai di sana, Aderlan berdiri di depan Velve. Aderlan mendongak dan menatap Stephen, "Ini adalah calon abang ipar kan? Maaf, kakakku benar-benar takut dirinya tidak bisa menjadi keluarga yang sepadan dengan keluargamu. Jadi menurutku, lebih baik putuskan saja hubungan ini!"

"Adik keempat!"

Velve yang berdiri di samping merasa cemas.

Mimi duduk tegak.

"Kakak Kedua, apa yang kamu cemaskan? Orang-orang yang ingin menikahi dirimu itu sangat banyak dan bukan hal yang sulit. Apakah kamu masih takut tidak ada yang akan menikahimu? Orang lain meremehkan kamu, tidak masalah, banyak orang yang sedang mengantri ingin menikahimu."

Velve melongo, kemudian menarik lengan baju Aderlan dengan kuat, "Adik keempat, jangan bicara lagi."

Aderlan meliriknya sekilas dan nada suaranya seketika menurun. "Jika tidak mengatakannya, jika tidak mengatakannya maka membiarkan orang lain menganggapmu sebagai orang rendahan dan sembarangan? Jika Jared tahu cucu kesayangannya ditindas orang lain seperti ini, pernahkah kamu berpikir betapa hancurnya hati dia?"

Sambil berkata, Aderlan menyeret Velve ke belakang tubuhnya, semua pandangan tertuju pada dua suami istri yang wajahnya sudah mulai berubah.

Jika menyebut orang kaya yang lainnya, mereka mungkin belum tentu kenal.

Namun, siapa itu Jared Mo, orang-orang di kota A, siapapun pasti tahu dan mengenalnya dengan jelas.

Selain itu, beberapa bisnis dalam kKeluarga Han berkaitan dengan Perusahaan Mo.

Wanita paruh baya itu benar-benar panik, "Bagaimana ... Bagaimana mungkin ... Velve ... Mo , kamu adalah cucu Jared Mo? Lalu, Teigen Mo itu siapanya kamu?"

Velve memelototi Aderlan dan menekan bibirnya, kemudian berbisik, "Itu adalah ayahku."

Setelah selesai berbicara, wanita paruh baya tercengang beberapa saat lalu kemudian pingsan.

Situasi menjadi sangat kacau.

Stephen langsung melangkah maju dan mendukung Ibu Han yang sedang pingsan, kemudian berbalik dan menatap Velve, pandangan matanya terasa sangat asing.

"Stephen, aku bukan sengaja ingin membohongimu, aku ..."

Merasa bahwa Stephen mungkin akan marah, Velve bergegas ingin menjelaskannya.

"Kamu pulanglah bersama adikmu dulu, aku akan mengantar ibuku ke rumah sakit."

Stephen menyela pembicaraannya.

Velve sangat cemas dan ingin melangkah maju, tetapi ditarik kembali oleh Aderlan, "Kakak kedua, jika milikmu maka tidak mungkin akan lari, Jika bukan milikimu, meskipun kamu paksa juga tidak akan bisa."

Melihat mereka sekelompok orang keluar dari pintu, Velve seketika terduduk di atas sofa dan menangis.

Kemudian saat mereka belum bereaksi, Velve tiba-tiba berdiri dan berlari keluar.

Aderlan ingin mengejar, Mimi kemudian berdiri dan berteriak padanya, "Aderlan, biarkan kakak keduamu menenangkan dirinya?"

Terkadang ada beberapa hal yang orang luar tidak bisa membantu.

Terutama hal-hal yang menyangkut hubungan perasaan.

Aderlan baru saja mengekspos identitas Velve. Melihat pandangan mata dan ekspresi calon ibu mertuanya, dia pasti tidak akan mempersulit Velve lagi.

Hanya saja, sikap pria yang tadi itu terlihat tidak terlalu baik.

Masalah ini, meskipun Aderlan pergi, juga tidak bisa membantu apa-apa.

Jadi, setelah dipikir-pikir, Mimi kemudian menghentikan Aderlan.

Karena masalah ini, Aderlan tampaknya kehilangan selera makan.

Karena Mimi melihat reaksi pria itu, kemudian teringat dengan Aderlan dan dirinya, Mimi tiba-tiba juga kehilangan selera makan.

Setelah hidangan disajikan, keduanya hanya makan sedikit, kemudian berdiri dan meninggalkan restoran.

"Lalu aku mengantarmu ke sekolah?"

Mimi berjalan dua langkah, kemudian mendengar kata-kata Aderlan, lalu berhenti dan menatap Aderlan. Setelah berpikir, Mimi berkata, "Aku ingin melihat Dodo, apakah kamu ingin ikut bersama?"

Mengetahui niat baik Aderlan, Mimi juga segan jika harus menolak secara langsung, setelah berpikir, Mimi mencari alasan yang lebih masuk akal.

Benar juga, Mimi sebenarnya ingin pergi melihat Dodo.

Pada saat itu, Mimi mengira bisa menangani Aderlan dengan identitasnya sebagai Mimi.

Mimi tidak pernah menyangka suatu hari dirinya berubah menjadi Rozi.

Rozi mengangguk.

"Aku sudah melihat navigasi, naik kereta bawah tanah lebih kurang tiga puluh menit lebih, apakah kamu ... bisa duduk?"

Mimi mengakui bahwa dirinya bertanya seperti itu dengan sengaja.

Tuan muda keempat menemani dirinya naik kereta bawah tanah, ini juga merupakan kenangan yang indah untuk diingat di kemudian hari.

Aderlan mengerutkan kening, tanpa ragu-ragu dan mengangguk, "Ayo jalan!"

Kereta bawah tanah sangat ramai, tapi Mimi merasa sangat hangat.

Aderlan yang biasanya terlihat sangat arogan, pada saat ini, menjadi sangat perhatian.

Karena tadi malam tidak tidur, setelah masuk ke dalam kereta, Mimi bersandar di bahu Aderlan dan tertidur.

Saat bangun, kereta bawah tanah telah melewati beberapa terminal.

"Mengapa kamu tidak memanggilku?"

"Aku terpana melihatmu dan lupa."

Seseorang menjawabnya dengan tanpa ragu-ragu.

Mimi menarik napas dalam-dalam dan berbalik melihat sekeliling, untungnya, sesampai di terminal, tidak begitu ramai orang.

Karena sudah lewat dari tempat tujuan, mereka berdua tiba di Tuman sudah hampir sore.

Jauh di sana, terdengar suara suona dan terlihat karangan bunga putih di depan pintu.

Hati Mimi tenggelam dalam suasana.

Aderlan menoleh dan melihat Rozi, langkah kakinya melambat.

"Apakah salah jalan?"

Aderlan bertanya pada Mimi.

Mimi menelan air liur dan menarik napas dalam-dalam, "Mungkin dia sudah pindah rumah, rumah ini adalah rumah sewaan."

Setelah selesai berbicara, Mimi berlari maju ke depan.

Kecepatannya sangat cepat sehingga saat dirinya tiba, langkah kakinya sedikit terhuyung.

Sambil memegang kusen pintu yang lusuh, Mimi melihat ke arah halaman. Dalam bingkai hitam dan latar belakang putih, ada seorang gadis kecil yang tersenyum lebar.

"Bagaimana bisa begini?"

Mimi bergumam pada dirinya sendiri.

Bukankah operasinya berhasil? Bukankah semuanya sudah baik-baik saja?

Bagaimana bisa? Bagaimana bisa kamu meninggal?

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu