Cantik Terlihat Jelek - Bab 139 Rahasia Ayah Devan

Clover mendongak dan melihat tatapan mata Devan yang terlihat rumit.

"Jika punya pria lain, apakah kamu masih menginginkanku?" raut wajahnya tidak berubah, dia bertanya dengan serius.

Selanjutnya dia melihat kilasan rasa sakit di dalam mata Devan, lalu Devan mengulurkan kedua tangannya dan meletakkannya di bahunya, dia berkata dengan suara yang serak : "Apakah di waktu kemarin terjadi sesuatu denganmu?"

Clover menggelengkan kepalanya lalu hanya bertanya sekali lagi kepadanya : "Apakah kamu masih menginginkanku?"

Devan menelan ludahnya, merapatkan kedua bibirnya dan mengangguk.

"Masih!"

"Devan, sebesar apa cintamu kepadaku? Bahkan meskipun kamu tahu dia bukan anakmu, kamu tetap bersedia menerimaku!" Dia menahan tawanya dan menggodanya.

Devan menundukkan kepalanya lalu kedua tangannya memegang kedua pipinya, dahinya diletakkan diatas dahi Clover, suaranya terdengar serak saat berkata : "Dibandingkan dengan kehilanganmu, semua ini tidak penting, Sherin, tidak peduli hal apa yang nanti masih akan kita hadapi, bisakah kamu jangan pernah meninggalkanku lagi selamanya?"

"Hikss..." Clover yang merasa sangat terharu masih belum sempat meneteskan air matanya, tetapi Helena yang dari tadi berdiri tidak jauh dari mereka sudah menutup mulutnya dan menangis.

"Putraku, dia adalah putrimu, cepat kamu lihat dia, dia sangat mirip denganmu." Karena tidak tahan melihat anaknya begitu menderita, Helena tidak bisa menahan diri untuk tidak memberitahukan yang sebenarnya.

Tubuh Devan bergetar, dia segera melepaskan Clover lalu melihat mata Clover yang berkaca-kaca terlihat ingin tertawa.

Dia menundukkan kepalanya lalu melihat seorang gadis kecil yang bersembunyi di dalam pelukan Clover, matanya yang besar terus melihatnya dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Wajahnya, itu adalah anaknya, tidak salah lagi.

Dia sangat bahagia, dia mendongak dengan bersemangat dan menatap Clover, tiba-tiba dia teringat sesuatu, "Apakah karena malam itu?"

Clover berdeham pelan lalu mengangguk.

Devan mengangkat kepalanya dan menggigit bibirnya, dia tersenyum, dia sangat gembira, bagaikan seorang anak kecil, dia tidak berhenti menciumi wajah Clover....

Saat ini, Clover merasa kegigihannya selama 4 tahun ini membuahkan hasil, segala penderitaannya selama ini layak untuk dilakukan.

Selanjutnya Devan berjongkok dan menatap Momo "Panggil Papa."

Momo menjulurkan lidahnya kepada Devan lalu mengangkat kepalanya dengan sombong, "Pengkhianat, aku tidak mau memanggilmu papa."

Meskipun Momo tidak memiliki IQ setinggi Simon, tetapi dia tetap jauh lebih pintar dibandingkan dengan teman sebayanya, kemampuan berbahasanya sangat baik sampai-sampai membuat Clover merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka.

Devan mengerutkan alisnya lalu menoleh dan menatap Clover, "Pengkhianat?"

Clover mengusap hidungnya dan berjongkok, "Momo, orang ini adalah papamu, saat itu papa mempunyai alasannya sendiri, bukannya sengaja tidak menginginkan kita." Setelah itu dia menunjuk Simon yang sedang berdiri, "Yang ini adalah kakakmu."

Tetapi wajah kecil Momo tetap terlihat dingin, tangan kecilnya menunjuk Devan, matanya melihat ke arah Simon, "Kalian berdua adalah pengkhianat, semuanya jahat."

Dia menatap Devan, "Saat mamaku melahirkanku, dia hampir mati, kamu ada dimana? Demi membesarkanku, mamaku setiap hari bekerja keras, kamu ada dimana? Waktu itu aku juga melihatmu memarahinya, kamu sama sekali tidak bersikap baik kepadanya, lalu kamu masih menyuruhku memanggilmu papa, tidak mungkin." selesai bicara, dia menggandeng tangan Clover, "Ma, ayo, kita pergi makan, jangan pedulikan mereka, mereka semua orang jahat."

Tangan Devan yang ada di belakangnya terdiam di udara, dia mengerutkan alisnya dengan sangat dalam, setelah berlalu cukup lama, barulah dia menurunkan tangannya.

Saat dia melahirkan anak dia hampir mati? Demi membesarkan anak, dia bekerja dengan sangat keras? Dalam beberapa tahun ini, sudah berapa banyak penderitaan yang dia terima?

Setelah makan malam, ayah Devan memanggil Devan ke ruang baca.

Tidak lama setelah itu, terdengar suara pecahan barang dari dalamnya.

"Masalah ini, anggap saja karena dia pernah menyelamatkan nyawamu, maka kamu jangan menyelidikinya lagi." setelah itu ayah Devan menarik napas dalam-dalam.

Melihat pria di depannya yang sudah berumur lebih dari setengah abad ini berbicara dengan begitu mudahnya, tatapan Devan terlihat dingin, "Apakah di mata papa, hal ini adalah hal kecil?" dia memegang dahinya, jika pria yang berdiri di hadapannya saat ini bukanlah ayahnya, dia tidak tahu apa yang akan dilakukannya saat ini.

Segala sesuatu yang harus ditanggung mereka sekeluarga karena kebohongan Gabriel selama 4 tahun ini cukup untuk membuat Gabriel membayarnya dengan nyawanya.

Dia berjasa kepada hidupnya, tetapi saat ini, rasa balas budinya sudah habis tidak tersisa.

Ayah Devan menunjuknya dan menjawabnya dengan marah : "Apa yang ingin kamu lakukan? Apakah ini masih belum cukup?"

"Apakah papa tidak merasa ada yang janggal dengan hal ini?"

"Apanya yang janggal, aku sudah bilang jangan menyelidiki tentang hal ini lagi, apakah kamu tidak mengerti?" Ayah Devan jelas kehilangan kesabarannya.

Di dalam ruang baca, suasananya tiba-tiba menjadi kaku.

"Aku ingin bertanya kepadamu, pa, kenapa dia tidak bisa melahirkan anak, selama ini papa tidak pernah memberitahuku, malah terus membantu mereka? Apakah benar hanya karena balas budi?" Wajah Devan terlihat sedikit marah, aura yang dikeluarkan olehnya membuat orang merasa takut, menurut pemahamannya mengenai ayahnya, dia yakin tidak mungkin hanya karena ingin membalas budi saja.

Saat ayahnya masih muda, dia terbiasa menghalalkan segala cara saat melakukan sesuatu, meskipun dia berkata kalau dia berterima kasih kepada keluarga ayah Gabriel karena sudah menyelamatkannya, tetapi dengan karakter ayahnya, dia tidak akan mungkin menggunakan darah daging keluarganya untuk membalas budi.

"Devan, apakah kamu mau melawan ayah?" ayah Devan membanting peralatan untuk tinta yang ada di atas meja dengan sekuat tenaga ke atas lantai, mengeluarkan bunyi yang sangat kencang.

Selama ini mereka berdua sudah sangat jarang bertengkar sampai seperti ini

Suara ini membuat Helena yang dari tadi berada di depan pintu mendorong pintunya sampai terbuka dan masuk ke dalam.

Setelah ayah Devan melihatnya, ekspresinya jelas terlihat sedikit panik, tetapi segera setelahnya, dia kembali terlihat tenang, dia berjalan ke arah istrinya, "Helena, untuk apa kamu masuk kemari?"

"Sayang, kamu bicara baik-baik dengan putra kita, kenapa kamu marah-marah seperti ini?"

Ayah Devan memelototi Devan, "Jika kamu ingin bersama dengan Clover, maka jangan bertanya apapun lagi mengenai hal ini."

"Pa, kamu..." Devan menarik napas yang dalam, dadanya naik turun menahan amarah, meskipun dia masih tidak tahu alasan mengapa ayahnya menyetujui permintaan keluarga Gabriel, tetapi....

Saat dia berpikir ternyata Gabriel sudah menutupi hal ini darinya dan membuat keputusan yang sangat besar seperti ini, bahkan dulu dia menggunakan hal ini sebagai alasan untuk memaksa Sherin pergi meninggalkannya, seketika tatapanya terlihat sangat dingin.

Harus ada orang yang bertanggung jawab untuk hal ini, ternyata dia berani mempermainkan dirinya, apa dia mengira kalau Devan baik hati!

"Mulai saat ini kuharap papa jangan lagi mencampuri segala urusanku." Setelah itu dia berbalik dan keluar dari ruang baca.

Melihat punggungnya yang menjauh, ayah Devan terlihat menghela napas lega.

Di ruang tamu

"Paman, aku ingin bertanya, apakah paman mengenal ibuku?" dia mengetahui kalau semua hal ini dilakukan oleh Gabriel dan ayah Gabriel dari balik layar, setelahnya ayah Devan saat itu hanya mengakuinya dengan diam, Sherin menghela napas lega.

Tuhanpun tahu betapa takutnya dia jika hal ini ternyata ada kaitannya dengan ayah Devan, jika benar seperti itu maka bagaimana dengan masa depan dia dan Devan?

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu