Cantik Terlihat Jelek - Bab 70 Menghadiri Acara Tahunan Perusahaan

Bab 70 Menghadiri Acara Tahunan Perusahaan

Sherin tidak pernah tahu, ternyata sebagai karyawan Simba, juga harus menghadiri Acara Tahunan perusahaan Devan.

Teringat akan perkataan Devan ketika pergi saat itu, tanpa dikehendaki hati wanita itu menjadi tegang.

Setelah hari itu, Devan tidak pernah mencarinya lagi, mengirim pesan ke wanita itu, wanita itu pada dasarnya juga hanya membalas dengan sepatah kata yang sama: “Sebelum kamu membereskan masalahmu, tolong jangan menghubungi aku lagi.”

Jadi, wanita itu juga tidak bisa menebak perkataan Devan hari itu ada berapa yang benar dan palsu.

Suasana hati yang tidak tenang dan cemas seperti ini, terus berkelanjutan sampai pagi hari di hari Acara Tahunan.

Karena jarak tahun baru sudah tidak bersisa beberapa hari lagi, jadi selain beberapa pelanggan penting, perusahaan pada dasarnya tidak menerima orderan lagi, Sherin orang baru seperti ini, di tangannya juga tidak ada pelanggan besar, jadi dua hari ini, pada dasarnya dia tidak pergi ke kantor, setelah makan pagi, Sherin yang baru saja mencuci bersih kain pel dan membawa ke teras untuk mengerikan airnya pun mendengar suara ketukan pintu.

Tidak berpikir banyak, membuka pintu, melihat yang berdiri di luar adalah Yuta, wanita itu agak kaget.

“Yuta, kamu kok bisa datang?” Yuta yang melihat pintu terbuka dengan cepat masuk ke dalam rumah, mengusap-usap kedua tangan, mengganti sepatu, saat melihat di tempat ganti sepatu ada sandal laki-laki, alisnya terangkat melihat Sherin, “Kenapa bisa ada sandal laki-laki?”

Sherin tidak menjelaskan dulu, tapi mengikuti sorotan mata laki-laki itu melihat sandal laki-laki di rak sepatu, seharusnya dulu Devan menyuruh orang membelinya.

Dengan takut-takut merapat-rapatkan bibir, “Mungkin itu punya pemilik rumah.” Wanita itu sedikit kaku menyentuh sebentar telinga, membelokkan badan, menyalakan lampu ruang tamu.

Devan adalah pemilik rumah, wanita itu tidak membohonginya, wanita itu menjelaskan seperti ini di dalam hati.

Menuangkan segelas air untuk Yuta, memberikan ke pria itu, “Yuta, ada apa kamu datang?” selanjutnya menuangkan air untuk dirinya sendiri, mencicipi seteguk, menoleh bertanya ke Yuta.

Kedua tangan Yuta memeluk gelas, bolak balik mengosok-gosok, menyoroti keseluruhan rumah ini, membelokkan topik, “Rumah ini lumayan, uang kontraknya tidak murah ya?”

“Masih oke lah….”

“Kelihatannya gaji yang diberikan perusahaan Simba lumayan.”

Sherin tidak menjawab laki-laki itu, wanita itu melambai-lambaikan tangan, “Silahkan duduk, aku pergi ke kamar mandi sebentar.”

Wanita itu baru pergi, handphone yang diletakkan di atas meja pun berdering.

Yuta awalnya mau memanggil wanita itu, saat melihat nama di atas layar, kata-kata yang sudah berada di ujung mulut pun ditelan kembali, “Ayah Simon.”

Muka pria itu menjadi hitam, mengangkat, dengan sengaja berkata: “Halo, siapa ya? Sherin sedang pergi ke kamar mandi.”

Devan meletakkan dokumen di tangannya, menyandarkan punggungnya, mendengar suara laki-laki dari dalam telepon, mengerutkan alis, dengan seksama mendengar lagi, muka menjadi berat, “Yuta?”

“Oh… Kakak yah? Kamu ada apa? Sherin, pergi ke kamar mandi.”

Devan mengecilkan mata, dengan suara aga berat sepatah demi sepatah memperingati: “Jangan berpikiran apapun terhadap wanita itu, jelas belum?”

Alis Yuta mengangkat dan menatap ke arah kamar mandi, setelah sesaat agak berpikir mendalam, berkata: “Kak, kamu jangan salah paham, aku tidak berminat dengan yang lebih tua dariku, aku hanya menganggap wanita itu sebagai teman, teman saja.” Laki-laki itu sengaja fokus pada arti “kakak perempuan” dua kata ini, dia tidak berminat dengan kakak perempuan, dia hanya menginginkan wanita bernama Clover.

Suara Devan dingin, “Begitu paling baik.”

“Kak, kamu ada apa yah?”

“Kamu beritahu dia, aku sebentar lagi mengutus orang untuk mengantar pakaiannya untuk menghadiri Acara Tahunan malam ini.” Setelah mengatakan, lalu menutup telpon.

Saat ini, Sherin membuka pintu keluar dari dalam.

“Kakak sepupuku menelponmu.” Laki-laki itu mengoyang-goyangkan handphone di tangannya, berkata ke Sherin.

“Dia bilang apa?” Sherin menarik tisue mengusap bercak air di tangannya, berpura-pura tidak peduli namun bertanya.

“Dia bilang, sebentar lagi mengutus orang mengantarkan bajumu untuk Acara Tahunan malam ini.”

Sherin terdiam sejenak, Devan mengantar baju, dia…. mana berani memakainya, menundukkan kepala, diam-diam minum.

“Clover……”

“Panggil Sherin saja deh.” Sherin menghentikan laki-laki itu, ada beberapa kebiasaan lebih baik tidak ada yang punya.

Yuta menganggukkan kepala, “Sherin, kamu suka kakakku?”

Sherin tidak menyangka dia bisa menanyakan pertanyaan ini, bertanya begitu langsung lagi, tangan yang menggenggam gelas, terlihat jelas tersentak, wanita itu membelokkan badan, duduk kembali di atas sofa, meletakkan gelas ke atas meja tamu, mengambil remote, menyalakan TV, pandangan matanya tidak berfokus melihat ke atas, dia suka Devan kah?

Em, suka, dari pertama kali di pulau itu, saat laki-laki itu tiba-tiba muncul, dia langsung jatuh cinta, tapi….. suka juga mau bagaimana? Dia adalah calon suami orang lain, mereka bisa tidak bersatu, masih belum diketahui!

Jadi dia menoleh melihat Yuta, perkataannya pun terhenti….. “Aku……”

“Sudah, kamu tidak perlu bilang, aku…. tidak mau tahu,” Laki-laki itu memotong perkataan wanita itu, mengarahkan penglihatannya ke TV, mata kecewa itu membuat hati Sherin terbesit perasaan tidak tega.

Tapi, cinta, bukan mengasihani, bukan tersentuh.

“Acara Tahunan malam nanti, kamu mau pergi?” Laki-laki itu mendapat info bahwa wanita itu mau menghadiri Acara Tahunan, tidak tenang, karena itu tidak bisa menahan diri menemuinya.

Sherin menghelakan nafas, kemudian mengangguk, “Em.” Manager Lupus setiap hari mengingatkan, wanita itu mau melupakan pun sulit.

Yuta menoleh, memandang wanita itu lama sekali, mau berkata pun tidak jadi.

Orang itu harusnya juga bisa pergi, semoga, mereka tidak bertemu.

Acara Tahunan ini diadakan tiga tahun sekali, selain karyawan-karyawan utama perusahaan, juga mengundang supplier-supplier besar, pelanggan, dan lain-lain…..

Dan dengan dana besar membooking satu hotel termewah di daerah Ciput….

Sherin terakhir memilih mengenakan seragam kerja, baju yang diantar Devan tadi sore, terlihat laki-laki itu sudah dengan sengaja memilih yang sederhana, tapi, jahitan yang begitu bagus, juga tidak bisa ditanggung oleh kalangan pegawai seperti dia, Yuta juga ada usulan, namun yang laki-laki ini berikan ke dirinya, juga ditolak oleh wanita itu.

“Yah, Sherin, kamu… kamu kenapa memakai seragam kerja ke sini?” Manager Lupus meminta mereka berkumpul di kantor, baru bersama-sama pergi ke hotel, setelah melihat Sherin datang dengan memakai seragam kerja, alis mata mengerut menjadi satu.

“Jangan-jangan dress terusan pun tidak ada yah?” Debora yang dari awal menertawakan sampai punggungnya membungkuk itu.

Gadis bontet saat itu juga berjalan ke depan, menarik tangan Sherin, “Sherin, Acara Tahunan perusahaan 3 tahun sekali, yang datang semua adalah orang-orang hebat di perusahaan dan beberapa orang kalangan atas, kamu juga tidak ada pacar, apa tidak mau di sana mencari satu?”

Sherin saat ini baru memperhatikan, beberapa teman kantor, meski di luarnya memakai jaket, tapi di dalamnya memakai beragam gaun, riasannya juga lebih bagus lagi dari biasanya.

Wanita itu menunduk melihat penampilannya sendiri, memang benar agak tidak cocok, menggigit-gigit bibir, menggeleng

“Tidak ada cara lagi.”

Devan ada di sana, dia bisa ada pemikiran ke siapa?

Berkata lagi, Devan ada di sana, dia masih bisa ada pemikirian ke siapa?

“Kalau tidak memakai gaun, apa tidak boleh pergi?” Wanita itu melihat Manager Lupus sedari melihatnya muncul terus saja mengerutkan alis, tidak bisa menahan diri mengeluarkan suara bertanya.

Manager Lupus mengedipkan mata ke wanita itu, “Juga bukan begitu, tapi….. kamu pergi seperti ini, kalau orang tidak tahu bisa menganggapmu sebagai pelayan loh?”

“Huahaha” Beberapa teman kerja, mengeluarkan suara tawa.

Sherin mengangguk, “Kalau begitu bagus, asal bisa pergi saja, kalau Manager merasa aku memalukan, aku juga boleh tidak pergi.” Pokoknya, wanita itu itu juga tidak ada keinginan antusias terhadap pertemuan seperti itu.

Manager Lupus terus menerus menggeleng, “Pergi, harus pergi, ayo jalan…. Jalan…. waktu sudah mepet.” Juga tidak tahu adik sepupu perempuannya itu berpikir apa, terus-menerus berpesan, menyuruhnya harus membawa Sherin pergi bersama.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu