Cantik Terlihat Jelek - Bab 364 Sedih

“Orang lain tidak dapat memberimu pesta pernikahan, Ayah dan Ibu mengasihanimu, jadi meminta paman dan kakek nenek mereka datang dan menganggap telah menikahkanmu.” Mira menyindir di samping.

Mia tertegun, menjilat bibirnya dan menatap pada ibunya, “Bu, ada apa?”

“Ayahmu memberitahu kakek-nenekmu tentang pernikahanmu dengan Mohan, bagaimanapun, ini merupakan peristiwa besar, seharusnya memberitahu orang tua dalam keluarga, Nenekmu salah berkata, sehingga kedua pamanmu juga mengetahuinya, dan mereka berdua merasa belas kasihan padamu, meminta kami sengaja untuk menyiapkan semeja hidangan untukmu, keluarga Mo tidak melakukan apapun, namun kamu adalah permata bagi keluarga kami, kami tidak boleh merugikanmu, awalnya aku tidak setuju, namun tidak dapat menentang Ayahmu, ngomong yang sejujurnya, kamu menikah seperti begini, aku dan ayahmu merasa sangat tidak nyaman, anak yang begitu kami sayangi, diperlakukan acuh tak acuh oleh orang lain.”

Ibunya berkata hingga air mata berlinang, berbalik dan pergi ke dapur, Mia terlihat dia menyeka air mata dengan lengan bajunya.

Tiba-tiba, dia hanya terasa ingin menangis, dia dapat merasakan belas kasihan dan ketidakberdayaan ibunya.

Ayahnya memiliki dua saudara laki-laki, sorang adik dan seorang kakak, sedangkan Ibu, kesehatan Kakek dan nenek agak buruk dalam beberapa tahun terakhir, dan telah meninggal dan dia adalah anak tunggal, jadi pihak keluarga ayah menjadi saudara dekat mereka.

Kedua paman sama-sama berbisnis di Kota A, mereka juga pernah menasehati ayah untuk melakukan bisnis, namun ayah tidak mau, memiliki ide pikiran yang berbeda, namin tidak mempengaruhi hubungan di antara mereka, kedua paman awalnya bekerja di unit dan masing-masing hanya memiliki satu putra, karena Ibu adalah anak tunggal, barulah memberikan kesemparan pada mereka untuk melahirkan satu anak lagi.

Oleh karena itu, dia menjadi satu-satunya gadis di keluarga Munir.

Hal-hal yang langka selalu berharga, sejak kecil dia selalu dimanjaksn oleh paman dan kakek-nenek, apa yang enak dan lezat selalu memberinya duluan, ketiga bocah laki-laki pada dasarnya selalu di sampingkan, meskipun keluarga Munir tidak kaya, namun dia hidup seperti seorang putri.

Dia menjilat bibir dan tidak mengatakan apapun.

Begitu kata-kata dikatakan, terdengar teriakan dari luar pintu, “Kakak ipar, buka pintu.” Itu adalah suara paman muda.

Mia tertegun ketika dia membuka pintu dan melihatnya, lorong yang tidak luas hampir dipenuhi orang-orang yang sedang berdiri, Paman muda sekeluarga bertiga, menambah seorang menantu dan seorang anak kecil, berlima lalu ditambahkan Kakek dan Nenek, totalnya menjadi sepuluh orang.

Mia tersenyum dan membiarkan mereka semua masuk

Ruangan suite sebesar 120 kaki persegi tiba-tiba menjadi sempit.

“Kakek, nenek, paman, bibi kalian duduk dulu, aku pergi menuangkan teh untukmu.”

“Jangan sibuk, kita sekeluarga, kalau ingin minum kami akan tuang sendiri, Mia, datang dan duduklah.”

Mia sudah begitu besar, namun di dalam mata para paman, dia selalu seperti anak kecil, tiba-tiba diperlakukan seperti orang dewasa, dia benar-benar tidak terbiasa, “Tidak, kalian duduk.”

“Mia, aku mendengar ayahmu mengatakan bahwa kamu telah menikah dengan keluarga Mo, mengapa keluarga Mo tidak mengadakan pesta pernikahan?”

Mia mencibir, dan menatap ke ibunya.

Ibunya menghela nafas, “Kakak, keluarga Mo mungkin melihat rendah pada Mia.”

Paman berdiri dari sofa, “Kalau melihat rendah, bercerai saja, Mia, kamu kembali langsung bercerai dengannya, mereka memiliki ambang batas yang tinggi, kita tidak mampu memanjat, kalau begitu kita jangan memanjat, kita memang miskin namun tidak miskin harga diri.

Karakter Paman agak impulsif, namun perkataannya tidak salah.

Paman dan kakek menyetujui, “Seperti begitulah.”

“Sudahlah, bukankah kamu mengatakan ingin merayakan pernikahan Mia, mengapa sekarang malah membicarakan tentang perceraian?” Nenek menegurnya.

“Bu, ini karena aku merasa sedih untuk Mia, lihatlah dia telah melahirkan seorang anak, Keluarga Mo sama sekali tidak menanggapi, ini jelas tidak menganggapnya serius.”

Bibi mengikuti ibunya masuk ke dapur dan membantu menyiapkan hidangan untuk makan siang.

Mia menundukkan kepalanya, tiba-tiba tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Kakek sepertinya masih ingin mengatakan sesuatu, Mira menggendong Morena berdiri di luar pintu kamar, “Kakak, Morena sepertinya lapar, tidak berhenti menangis.”

Mia berdiri, segera bergegas ke kamar, menggendong putrinya di ranjang, “Mira, pergi ke luar dan mengambil susu bubuk.....” Tatapannya jatuh pada botol susu di atas meja, kemudian menelan kembali kata-katanya, berdiri dan memeluk Mira, “Aku tahu kamu menyayangiku.”

Mira pasti terlihat ketidaknyamanannya, barulah nenipunya masuk.

Mengapa kamu menikah dengannya, kakak, aku tahu kamu pasti bukan karena uang, dengan kemampuanmu, uang yang kamu hasilkan cukup untuk pengeluaranmu.”

Mia merasa lega, dia tahu perkataan Mira sebelumnya hanyalah perkataan emosi, adiknya ini memiliki wajah yang lembut, meskipun tidak seindah fitur wajahnya, namun juga merupakan pria yang tampan, mulai sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi, surat cinta di rumah tidak pernah berhenti, namun dia selalu mengatakan memandangnya hingga terasa kelelahan visual dan wanita-wanita di luar terlalu jelek.

“Apakah Ayah tidak memberitahumu?”

Mira menatapnya, “Apa benar hanya karena menyumbangkan sumsum tulang? Tetapi mengapa kamu melibatkan dirimu ke dalam? Dan Morena.....” Kata-katanya tidak dilanjutkan.

“Haik, pokoknya semua ini kesalahpahaman, dan sulit untuk menjelaskannya, tetapi setelah Morena berusia setahun, aku rencana bercerai dengannya.” Dia dan Mira selalu saling curhat sejak kecil.

“Apa? Bercerai?” Pintu didorong terbuka, Paman segera masuk dan melihat Mia mengerutkan kening.

Dia menunjuk Morena dengan malu, “Kami ingin masuk dan melihat anak, yang jadi kebetulan mendengarnya.”

Kemudian, semuanya mendorong pintu dan masuk, lalu mengambil sebuah amplop merah besar dari saku mereka dan memberikannya kepada Morena, kedua paman masing-masing memberikan satu, begitu juga dengan kakek dan nenek.

Membiarkan mereka menghabiskan uang, Mia agak segan.

“Mia, tadi mendengarmu mengatakan perceraian, apa yang terjadi?” Suara kakek agak keras, alis Morena sedikit berkerut, Mia membungkukkan tubuh dan menepuknya dengan lembut.

Namun tiba-tiba tidak tahu bagaimana menjelaskannya, hanya tersenyum berkata, “Aku hanya merasa aku dan dia bukan orang sedunia, hidup bersama agak melelahkan, aku tidak terbiasa dengan kehidupan mereka.”

“Kalian anak-anak muda, tidak pernah mau percaya dengan perkataan orang tua bahwa menikah sebaiknya sesama keluarga yang sederajat, selalu harus menunggu jatuh berdarah barulah kalian berbalik.” Paman menghela nafas.

Mia menjilat bibirnya, menikah sesama keluarga sederajat benar-benar sangat penting.

Paman yang tidak berbicara, tiba-tiba berkata, “Mia, ada suatu hal, Paman berpikir dan seharusnya memberitahumu.”

Mia mengerutkan kening dan menatapnya, “Paman, ada apa?”

“Ayahmu tidak mengizinkanku memberitahumu, tetapi aku berpikir lebih baik memberitahumu.

Dia berkata dan memberi isyarat pada Mia untuk pergi ke ruang tamu.

“Kak, cepatlah katakan, ada apa sebenarnya? Begitu ragu-ragu.”

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu