Cantik Terlihat Jelek - Bab 335 Memberikan Permen, Kasih Sayang Eren

Yang Suya bisa pastikan adalah Eren ingin membawa Mia pergi.

Berpikir tentang wanita jahat itu di bandara kemarin, Suya berputar balik badannya dan melihat ke Eren, "Kamu mengenal pria itu? Kalau kamu mengenalnya, kamu seharusnya tahu, memaksa seorang wanita yang tidak bersalah menikah dengan orang yang sudah mau mati itu bukanlah hal yang patut dilakukan oleh seorang tentara" Setelah berkata, Suya mengulurkan tangannya dan menghalang di depan Mia.

Eren menatap ke Suya, dia meletakkan Moe di atas lantai, kemudian menarik lengan Suya, "Suya, jangan sembarang bertingkah, hal ini berhubungan dengan nyawa orang"

Nada suara kalimat pertamanya sangat lembut, tetapi kalimat keduanya memiliki nada suara mendidik.

Bima kebetulan pulang dari luar, melihat Eren, tatapannya menjadi lebih dingin, dia menghampiri mereka dan memegang Suya ke sisinya, "Kamu datang buat apa? Suya tidak akan pergi denganmu"

Kata-kata Bima membuat Suya terasa sangat malu sampai ingin masuk ke dalam lubang, Suya melirik ke Bima, "Mengapa kamu bisa pulang begitu awal hari ini?"

Bima menatap ke Suya dengan ekspresi senang, "Penelitian sudah berakhir, aku sudah bisa membawa kamu dan Moe pergi main keluar"

Melihat interaksi Suya dan Bima, tatapan Eren sudah bisa membunuh.

"Aku memberi kamu waktu tiga hari, setelah tiga hari aku harus membawa kamu pergi, tanpa terkecuali" Setelah berkata, Eren berjalan ke dalam rumah Bima.

"Hei, kamu buat apa? Siapa menyetujui kamu tinggal di sini?"

Eren menoleh ke Suya, kemudian melihat ke Bima, akhirnya tatapan dia jatuh di Mia, "Berarti aku sudah boleh membawa dia pergi sekarang?"

Suya melirik Eren, sebelum memengang lengan Mia, pada saat berjalan melewati Eren, Suya bersuara, "Licik"

Setelah masuk ke dalam rumah, Mia tidak mau berkata banyak, personalitas Eren yang diam itu pun tidak bersuara lagi, setelah berpikir, Suya pun malas mau mengurus lagi.

Kumunculan Eren yang mendadak itu membuat hati Suya terasa frustrasi dan sedikit gugup.

Malam hari, mungkin karena telah menyelesaikan penelitiannya, suasana hati Bima sangat bagus, dia menarik Suya dan meminta Suya untuk menemani dia nonton.

Yang mereka tonton itu film horror, pada saat merasa takut, Suya memeluk Bima dan memukulnya, "Kamu tahu aku takut, tetapi masih menyuruh aku nonton"

Bima berbisik di telinga Suya, "Jangan tidak tahu bersyukur, menonton film horror bisa melegakan kegugupan"

Suya tertawa dengan dingin, "Siapa bilang aku merasa gugup?"

Bima mendorong kepala Suya, "Jangan berpura-pura lagi, kamu mengira aku tidak cukup mengenal kamu?"

Bima menyipitkan matanya ketika dia melihat Eren yang berada di jarak tidak jauh dari mereka.

Suara mereka berdua sangat rendah dan tingkah laku mereka juga sangat masrah, di mata orang luar, mereka terlihat seperti sepasang pasangan yang sedang bermain.

Eren ingin pergi, tetapi kakinya tidak mau mendengar, hatinya terasa sangat frustrasi sampai seolah-olah bisa memancarkan api saja.

"Mantan suamimu sedang melihat di belakang? Atau tidak kita bermain yang lebih asyik untuk mencoba dia saja?"

Suya melamun sejenak, setelah itu dia senyum : "Pergi ke kamarmu atau kamarku?"

Bima mengerutkan alisnya, "Kamarku saja....."

Bima mematikan televisi, kemudian sebuah baynangan hitam menyembunyi dirinya ke dalam kegelapan.

Eren melihat Suya dan Bima masuk ke dalam kamar Bima.

Pada saat pintu kamar tertutup, suara tinju Eren mengerat berdering di ruang tamu yang sunyi.

Tanpa sadar Eren berjalan ke depan kamar BIma, tangannya terangkat secara refleks, dia inign mengetuk pintu, tetapi setelah beberapa saat Eren merasa tidak sesuai, mereka sudah bercerai, Suya memiliki kebebasan sekarang.

Tetapi, rasa frustrasi dan sakit hati membuat Eren sudah mau meledak.

Pada saat melihat Suya bersama pria lain, Eren baru saja tahu, ternyata yang tidak bisa melepaskan itu dia sendiri, mungkin dia jatuh cinta kepada Suya? karena kalau dia menganggap Suya sebagai keluarga, dia akan merasa bahagia dan mengucapkan selamat ketika dia melihat keluarganya mendapat pasangan, dia tidak akan merasa marah dan mengila.

Tiba-tiba pintu terbuka, Suya mengangkat kepalanya dan saling menatap dengan Eren.

Suya memasang senyuman yang ringan, "Masih belum tidur?" Suya berusaha menyembunyikan rasa bahagia di dalam hatinya.

Eren menghela nafas lega tanpa alasan, dia menunjuk ke arah dalam, "Kamu dan dia......" tenggorokannya bergerak naik turun, "Maksudku adalah, kalian...... tinggal bersama?"

Suya mengerutkan alisnya dan mengelus alis Eren dengan lembut, "Kamu tidak mencintaiku, apakah kamu peduli aku bersama dengan siapa?"

Setelah berkata, Suya menarik kembali tangannya dan berjalan melewati Eren, "Aku datang meminjam barang"

Kata-kata yang sederhana itu seperti sedang menjelaskan, seperti sedang mengomel sendiri juga.

Bagaimanapun, hal ini membuat Eren merasa sangat senang.

Jadi, pada saat Suya tiba-tiba berputar bailk badannya, dia melihat ekspresi senang Eren yang tidak sempat disembunyikan.

Eren menyimpan ekspresi bahagianya secara perlahan dan kembali ke dirinya yang dingin.

Suya menatap pria yang di depannya dengan dalam, apa yang disebut merajuk secara diam, sepertinya pria ini merupakan contoh dari sifat itu.

Kemudian Suya pun meninggalkan tempat.

Pada saat melihat ketidakpedulian di wajah Suya, hati Eren terasa seperti ditusuk oleh sebuah lubang.

Kembali ke kamarnya, Eren mandi dan berbaring di atas tempat tidurnya, otaknya dipenuhi oleh Suya, kangen dia terhadap Suya tidak sekuat sekarang karena Suya tidak berada di sisinya.

Sementara di kamar sebelah, Suya sedang mencuci wajah, Suya menjadikan susu pembersih wajah sebagai odol, kemudian menjadikan sabun pembersih wajah sebagai susu pembersih wajah, kemudian Suya memejamkan matanya dan mengambil gaun mandi di atas rak handuk dan memakainya, kemudian Suya meninggalkan kamarnya.

Tanpa memberikan dirinya waktu untuk berpikir, Suya langsung membuka pintu kamar sebelah.

Dengan cahaya yang redup, Suya berjalan lurus ke tempat tidur dan masuk ke dalam selimut.

Suya mengelus pinggang Eren yang kuat, Suya tahu berdasarkan tingkat waspada Eren yang tinggi, dia tidak mungkin tidak tahu Suya masuk ke dalam kamar.

Wangi tubuh yang familier membuat Eren sudah mau meledak.

"Aku ingin, kalau kamu tidak mau memberi aku, aku akan pergi mencari Bima" Kata-kata yang tidak tahu malu berdering dari belakang Eren.

Kemarahan membungkus seluruh tubuhnya, Eren berputar balik badannya dan menekan leher Suya, "Kamu pernah berkata seperti itu dengan siapa saja?"

Suya memasang sebuah senyum, "Apakah kamu berhak mengurus? Aku sudah dewasa, apakah tidak normal kalau aku meminta ketika aku perlu?"

Kemarahan Eren meningkat, dia melepaskan pegangannya di leher Suya dan menarik gaun mandi yang membungkus tubuh Suya.

Seperti sedang balas dendam, seperti sedang merasa sakit hati, tetapi yang lebih mirip adalah sedang marah.

Hanya saja, ketika rasa ketat yang jelas itu datang, tubuh Eren tiba-tiba bergetar, melihat air mata dan ekspresi menahan sakit wanita di depannya, Eren memejamkan matanya kemudian membuka lagi, gerakan dia juga menjadi lebih lembut.

Pertama kali Suya terjadi di beberapa tahun lalu, jadi rasa sakit yang dialami Suya saat ini tidak kalah dengan pertama kali.

Suya adalah orang yang sangat sensitif dengan rasa sakit, walaupun Eren sudah bersikap lebih lembut, dahi Suya tetap dibasahi oleh keringat.

Eren merasa sakit hati, dia ingin menarik keluar tetapi Suya menekan pinggangnya, "Aku mau!"

Orang lain tidak mengerti satu kalimat itu mencakup seberapa banyak perasaan, tetapi mereka berdua mengerti.

Setelah selesai, Eren menggendong Suya ke kamar mandi dan membantu dia mandi dengan lembut, sampai kembali lagi ke tempat tidur, mereka berdua sama sekali tidak ada yang berbicara.

Mungkin karena terlalu capek, atau mungkin karena terlalu gembira, atau mungkin karena terlalu gugup.....

Suya tertidur dengan nyenyak.

Pada saat bangun lagi, sebelah tempat tidurnya sudah kosong, Suya melihat ke sekelilingnya dan menyadari dia sedang berada di kamarnya sendiri.

Ingatan semalam terlalu mendalam, Suya menggerakan kakinya dan rasa sakit membuat dia menarik sebuah nafas kemudian menghembusnya, untungnya bukan mimpi.

Pintu terdorong terbuka, langkah yang familiar berjalan masuk ke dalam.

Melihat Suya sudah bangun, langkah kakinya pun berhenti.

Dia duduk di sisi tempat tidur dan menarik selimut Suya.

Novel Terkait

Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu