Cantik Terlihat Jelek - Bab 27 Sia-Sia Saja Panik

Bab 27 Sia-Sia Saja Panik

Simon yang terkejut itu menyusut sebentar, sesaat kemudian, dia pun mengeluarkan suara berkata: “Mama!”

“Heh…..” Hanya saja, baru saja dia bersuara, Sherin sudah menangis tambah sedih lagi, wanita ini merasa dunia di hadapannya sudah terbalik.

Ia pun merosot ke bawah, lalu terduduk terdiam mati rasa di lantai.

Devan yang memandanginya terus itu lalu mengulurkan tangannya dan merangkul pinggangnya untuk memapahnya berdiri.

“Anak yang meninggal itu bukan Simon, dia masih hidup.” ujar Devan dengan nada kecil yang agak serak dan sedikit getar. Jujur, walaupun ini semua hanya lah sebuah ulah sandiwara, hanya sebuah kesalahpahaman, tapi, dia benar-benar melihat dengan mata kepalanya sendiri perasaan wanita itu terhadap Simon, membuatnya tersentuh sangat mendalam di hatinya.

Wanita yang tak dikenal, bisa karena mengasuh anak ini 1 bulan lebih sedih sampai pingsan, hati yang seperti apa yang sebenarnya terdapat di dalam hati wanita ini?

Membandingkan, saat dia menelpon ke wanita ini dan saat dia menelpon untuk hal yang sama ke Gabriel.

Yang hanya, walaupun dari suaranya terdengar khawatir, tapi dalam perjalanan, setelah dia menelpon menanyakan kondisi keseluruhan anak itu dan setelah mendengar jawaban itu datang ke rumah sakit pun tidak.

Simon sebenarnya hanya tersenggol jatuh oleh mobil seseorang saat mundur karena dia berdiri di sudut yang tidak bisa dilihat oleh pengemudi itu, dan karena kecepatan mobilnya lambat dan respon anak ini cepat, makanya saat mobil terus mundur dia juga sudah mengelindingkan badannya keluar, jadi baru lah tidak ada masalah besar.

Lalu, Simon pun mengajukan untuk menggunakan cara ini untuk membuat perbandingan. Ketika itu dia terlalu gegabah memutuskan hal ini.

Tapi, meski begitu dia saat ini juga sudah mempunyai sedikit pandangan yang berbeda terhadap wanita di hadapannya dan Gabriel.

Kalau dia adalah wanita yang tidak mementingkan nyawa anaknya, sebenarnya juga buat apa dia menikahinya?

“Bukan Simon?” Mata Sherin yang tidak berdaya itu lagi-lagi tidak dapat menahan air mata yang turun.

“Mama!” Simon saat ini sudah berdiri di depan ranjang Sherin, menarik tangannya untuk memegang mukanya sendiri, “Ma, aku Simon, aku belum mati.”

Kehangatan tubuhnya itu menyalur ke hati terdalamnya melalui tangannya. Sherin baru merapatkan mulutnya, dengan kuat menghapus air matanya, tapi apa daya semakin diusap semakin banyak.

Tangannya yang gemetar itu menarik Simon masuk ke dalam pelukkannya, berpikir-pikir, lalu mendorongnya keluar lagi, dan mencubit-cubit pipinya, Simon yang terkejut itu pun mengeluarkan suara “Aduh”, setelahnya dia baru kembali lagi memeluknya erat-erat dalam pelukkannya.

“Simon, kamu masih hidup, kamu masih hidup, bagus lah!”

“Mama, kamu sebelumnya pergi ke ruangan yang salah, dengar-dengar anak itu pagi hari sudah diantar ke sini, karena terus tidak bisa menghubungi orang tuanya, jadi dokter mendengar kamu mencari anak kecil pun mengira kamu adalah ibu dari anak itu, makanya baru membawamu ke ruangan yang salah. Aku tidak apa-apa, hanya terluka bagian luar saja sedikit. Saat itu sempat terkejut, makanya papa mengantarku ke rumah sakit.”

Mendengar penjelasan Simon, Sherin pun menyorotinya dari atas ke bawah beberapa kali, setelah itu, hatinya masih saja ada sedikit perasaan sedih, melihat bayangan yang terbaring di ranjang itu seharusnya tidak berbeda jauh dengan Simon, namun…….

“Setelah kamu pingsan tidak lama, orang tua anak itu datang menemuinya. Orang tuanya bilang anak ini punya IQ-nya rendah bawaan lahir, kemudian juga ada penyakit jantung bawaan, jadi kecelakaan ini juga bisa dibilang mengurangi kesusahan dia juga.” Devan yang sepertinya bisa melihat pemikiran wanita itu pun bersuara menjelaskan.

Sherin menghirup nafas, mengangguk-anggukkan kepala, memeluk Simon, dan tidak berbicara lagi.

Mendapatkan kembali setelah kehilangan, membuat perasaannya bercampur aduk.

Tiba-tiba teringat sesuatu, dia melepaskan Simon dari pelukannya, menoleh ke Devan yang ada di samping, “Simon, kamu dan papamu pulang dulu saja, udara di rumah sakit tidak bagus.”

“Bagaimana denganmu?”

“Sudah malam seperti ini, aku menginap di sini dulu malam ini, besok pagi aku langsung pergi kerja.”

“Mama, aku ingin menemanimu.”

Hal ini membuat perasaan Simon terhadap Sherin pun bertambah dan levelnya meningkat lagi.

Di dalam hatinya bukan hanya sekali pernah membayangkan, alangkah baiknya kalau wanita ini adalah ibunya, tapi, papanya mengatakan pasti tidak mungkin, karena anak laki-laki itu mirip seperti ibunya, oleh karenanya ibunya seharusnya memiliki kecantikan yang memukau.

“Simon ayo nurut!”

“Perlu tidak antar Sherin terlebih dahulu?” Devan yang terus tidak membuka mulut itu, tiba-tiba membuka mulut, tidak tahu apakah ini hanya perasaanya yang keliru saja, Sherin hanya merasa, nada suara laki-laki ini sepertinya tidak sama seperti dulu begitu keras dan dingin, saat ini lebih lembut banyak.

“Tidak perlu tidak perlu, sudah terlalu malam, kamu bawa Simon pulang saja, dan kamu seharusnya juga tidak membawa obat kan? Tetap di sini, juga tidak bisa tidur dengan baik.” Seusai mengatakan ini, dia pun menyesal, dia sebenarnya hanya tiba-tiba saja teringat akan hal ini, namun lupa akan hubungan di antara mereka, dia berbicara seperti ini, sangat jelas sedikit kurang cocok.

“Baik lah.” Devan memandangi Sherin mendalam, ujung bibirnya yang kaku itu secara tidak disadari pun melengkung ke bawah.

Saat pulang.

“Papa, apa kamu tidak merasa mama sangat baik hatinya?” Simon berdiri di belakang, tangan munggilnya diletakkan ke pundak Devan, menepuk-nepuk dengan ringan.

Devan sedikit tidak senang sesaat setelahnya baru perlahan menjawab, “Terhadap kamu, dia memang baik.” Terhadap laki-laki itu, hanya biasa-biasa saja, juga tidak peduli, ditambah lagi dengan beragam cueknya.

“Ayo kamu katakan, bagaimana dengan penolongku itu? Hari ini ada pemikiran apa terhadapnya?” tanya anak itu.

“Dia mendengar kamu kecelakaan, dia juga sangat khawatir.”

Simon melirik ke atas dengan gaya meremehkan, “Baik lah, dia terhadapmu memang baik.”

Terdiam sesaat, dia pun lanjut berkata, “Papa Devan, aku terakhir kali memberitahumu kalau kamu benar-benar tidak mau dengan mamaku, aku yah hanya bisa mengincar pasangan lain untuk mamaku.”

Jatuh lah beberapa garis hitam di dahi Devan, menjulurkan tangannya dan menepuk-nepuk tangan kecil di pundaknya itu, “Simon, kalau kamu sekali lagi tidak sopan seperti ini, percaya tidak, aku akan melempar kamu keluar?

Melototinya sejenak, kembali duduk di kursinya, kedua tangannya menyilang, memeluk lengannya, mulut Simon bergumam, “Kalau saja aku lahir 20 tahun lebih awal, kamu pikir masih ada bagianmu? Benar-benar tidak tahu bersyukur.”

Setelah ayah anak itu pergi, Sherin tidak mengantuk lagi, otaknya dipenuhi dengan kejadian-kejadian hari ini.

Ditambah lagi, dia sedang mempertimbangkan masalah pengunduran dirinya.

Walaupun bisa dibilang dia lumayan suka pekerjaan ini, tapi dia berpikir asal dia ada kemauan, seharusnya pekerjaan mudah untuk dicari.

Tempat ini ada Gabriel, ada manager Lupus, dia benar-benar tidak ada keinginan untuk meneruskannya.

Toh dia juga baru bekerja beberapa hari, mumpung masih belum ada perasaan, lebih baik pergi sedini mungkin.

Keesokkan harinya, dia menulis dengan pena sebuah surat pengunduran diri, dan pergi ke ruangan manager Lupus.

Tak disangka, saat dia mendorong pintu ruangan manager Lupus, dia pun melihat Gabriel sedang duduk di dalam.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu