Cantik Terlihat Jelek - Bab 701 Kamu Tidak Ingin Menikah Denganku?

"Siapa kamu? Apa hubunganmu dengannya? Apakah kamu tahu dia di mana?"

Mimi mengerutkan kening, berpikir sejenak sebelum membalas, "Apakah ini kamu, Fisi?"

Pesan dibalas kembali dalam waktu singkat, "Aku Kenbo, ini nomor kantor."

"Dia ... bukankah dia bekerja sebagai asistenmu?"

Sebelum Mimi pergi ke Kota B, dia makan bersama Fisi.

Pada saat itu, Fisi bilang dirinya sudah bekerja penuh waktu sebagai asisten Kenbo, kondisinya kelihatan cukup baik.

"Dia sudah berhenti!"

Berhenti? Seluruh tubuh Mimi gemetaran secara tidak sadar.

Orang lain tidak tahu pentingnya Kenbo bagi Fisi, tetapi dia sangat tahu. Bagaimana mungkin Fisi berhenti?

Fisi memberi semua waktu luang selama kuliah kepada Kenbo, bagaimana mungkin Fisi berhenti kerja?

Pasti terjadi sesuatu?

Mimi ingin membalas kenapa?

Setelah berpikir, dia menghapus teks tersebut. Bimbang sejenak, Mimi lalu masuk ke akun QQ. Fisi agak suka bernostalgia. Meskipun mereka mempunyai WeChat satu sama lain, Fisi mengatakan bahwa itu adalah akun kerja, jadi Fisi jarang menggunakan WeChat untuk menghubunginya. Dia selalu menggunakan QQ.

Saat online, "TING TONG TING TONG" banyak pesan yang belum dibaca.

Mimi membuka pesan. Ternyata Fisi benar-benar pernah mencarinya. Ada pesan yang mengatakan dia sedang dalam suasana hati yang buruk, ada yang bertanya di mana keberadaannya?

Ada ekspresi menangis.

Melihat tanggal pesan terakhir, itu dikirim bulan lalu, "Mimi, aku mau meninggalkan Kota A. Aku enggan dan tidak puas, tetapi aku tidak punya pilihan. Sampai berjumpa lagi."

Enggan dan tidak puas, tetapi tidak punya pilihan?

Mimi tenggelam dalam pemikiran dalam.

Mungkin karena dia tidur terlalu lama di siang hari, mungkin juga karena masalah Fisi. Mimi berbaring di tempat tidur, tidak henti berbalik badan sampai subuh, dia tidak tidur.

Dia mengirim pesan suara kepada Fisi, melakukan panggilan video, tetapi tidak ada yang angkat.

Jelas kali, Fisi tidak online.

Ketika Aderlan masuk, Mimi menatap ponsel hingga melamun.

"Kamu bangun sepagi ini?"

Mimi tidak memberitahu Aderlan bahwa dia tidak tidur sepanjang malam. Dia mengangkat kepala untuk melihat Aderlan yang berpakaian formal, lalu mendudukkan diri.

"Mengapa kamu berpakaian begitu formal?"

Aderlan menatap Mimi, sudut mulut terangkat, "Mengurus surat."

“Mengurus surut apa?”

“Surat nikah!” Jawab pria itu dengan santai, mendekatkan tangan Mimi ke mulut dan menciumnya.

Barulah Mimi tanggap. Dia memandang Aderlan, membuka mulut, menunjuk dirinya sendiri, "Maksudmu, surat nikah denganku?"

Usai bertanya, Mimi merasa pertanyaan ini benar-benar konyol.

Dia mengesampingkan selimut, bangkit, "Tidakkah ini terlalu tergesa-gesa? Aku baru saja pulang."

“Daripada muncul masalah lain. Aku keluar dulu dan menunggumu di luar. Kamu ganti baju.” Sambil berkata, Aderlan berjalan keluar.

Mimi linglung sekejap saat melihat sosok Aderlan yang menjauh.

Dari bertemu, mengenal satu sama lain, sampai sekarang.

Bagai drama.

Melihat kartu keluarga di tangan. Pada masa kuliah, alamatnya di kartu keluarga dipindahkan ke sekolah. Kemudian, dia menikah dengan Rambo, alamat berpindah ke rumah Rambo lagi.

Setelah cerai, dia belum sempat menggantinya.

"Kamu yang memindahkan alamat ini?"

“Iya!”

"Apakah perlu beri tahu kakek ... paman dan bibi?"

Mimi tidak memiliki orang tua, jadi dia tidak perlu memberi tahu siapa pun, tetapi kerabat Aderlan tidak boleh diabaikan.

"Mereka semua sudah tahu. Kakek bilang kamu yang memiliki tanggal pernikahan kita."

Pernikahan?

Benak Mimi langsung berputar adegan di mana dia menikah dengan Rambo. Hal-hal di dunia ini sungguh sulit diprediksi, bagaimana mungkin Mimi dapat menyangka bahwa dirinya bisa menikah untuk kedua kalinya, apalagi menikah dengan Aderlan.

Semalam dia mengirim pesan kepada Rambo dan mengetahui bahwa anak Rambo akan segera lahir. Setelah mengetahui bahwa Mimi dan Aderlan sudah baikan, meskipun Rambo menyindir beberapa kata, tapi kata-katanya jelas penuh sukacita.

Mimi akhirnya merasa sangat lega.

Melihat foto kedua orang diberi cap, dalam hati Mimi memiliki perasaan campur aduk yang tak terkatakan.

Dia seharusnya merasa bahagia, tetapi entah kenapa dia malah merasa terlalu tergesa-gesa, dia sangat tidak tenang.

Aderlan meraih tangan Mimi saat melihat raut mukanya tampak aneh, berkata dengan prihatin, "Ada apa?"

“Aderlan, kita seharusnya saling mengenal lebih dalam dulu.” Semua orang mengatakan bahwa pernikahan adalah kuburan cinta.

Pernikahan Mimi dan Rambo adalah pernikahan palsu, mental saat itu berbeda dengan sekarang, dia tidak pernah memikirkan hal ini.

Mimi ingin pernikahan dengan Aderlan berlangsung seumur hidup.

Tapi entah kenapa dia sangat tidak tenang, perjalanan cinta mereka berliku-liku, apakah mereka dapat melalui setiap hambatan selanjutnya?

Di kantor, banyak wanita yang sudah menikah, tidak ada satu pun dari mereka yang tidak pernah mengeluk kehidupan setelah menikah.

“Apa maksudmu?” Tangan Aderlan yang menggandeng tangan Mimi mengencang, tampak sangat gugup.

"Maksudku, bagaimana jika sifat kita tidak cocok? Bagaimana jika setelah hidup bersama, kamu mendapati aku tidak seperti yang kamu pikirkan? Aku mendengar rintangan-rintangan kehidupan akan mengasah cinta hingga habis. Menurutmu, akankah kita bertengkar? "

Memikirkan KungFu mereka berdua, adegan pertengkaran bermain tayang di otak Mimi, dia mengerutkan kening.

“Apakah kamu pikir kamu harus khawatir tentang rintangan hidup ketika bersamaku?” Aderlan jelas tidak mengerti kekhawatiran Mimi, dia tampak tidak memandang penting hal tersebut.

"Maksudku ..." Mimi mengucapkan beberapa kata, kemudian dia terdiam lagi, karena dia melihat raut muka Aderlan berubah. Aderlan berbalik dan berhenti di depan Mimi, kelihatan gelisah.

"Apakah kamu menyesal?"

Bulu mata Mimi berkedut, dia merasa dia benar-benar sakit jiwa, mengurus surat nikah adalah peristiwa yang sangat menggembirakan, dia malah mencari masalah dan membuat suasana menjadi seperti ini.

Berpikir sampai di sini, Mimi sekadar tersenyum, lalu merangkul tangan Aderlan, "Aku tidak menyesal, aku khawatir setelah kamu hidup bersamaku, kamu merasa aku berbeda dari apa yang kamu pikirkan, aku takut kamu akan menyesal."

"Walau istri sendiri tidak baik, suami tetap harus menerimanya apa adanya."

Melihat bibir Aderlan melengkung. Mimi menyipitkan mata, menghela napas lega, dia memutuskan untuk menekan semua kegelisahannya, menghibur dirinya sendiri bahwa dia mungkin hanya mengalami fobia pranikah, "Oke!"

"Kamu ma uke mana? Aku akan menemanimu hari ini."

Setelah meninggalkan Biro Administrasi Sipil, Aderlan bertanya pada Mimi.

Kegembiraan yang tidak bisa disembunyikan di wajah Aderlan membuat Mimi merasa bahwa kekhawatirannya barusan sungguh terlalu berlebihan.

Orang lain adalah orang lain, suami orang lain adalah orang biasa, sedangkan suaminya adalah Aderlan, berbeda.

Baru saja mau bilang makan untuk merayakan, Mimi tiba-tiba teringat urusan Fisi, dia menarik Aderlan dan bertanya:

"Aderlan, kamu kenal Kenbo, bukan?"

“Iya, Kenapa?”

"Bisakah kamu membantuku untuk mengajaknya keluar?"

Aderlan berhenti menlangkah, berbalik dan menatap Mimi, “Untuk apa kamu mau bertemu dengannya?” Nadanya agak meninggi, kecemburuan dapat terdengar jelas.

Mimi ingin memberi tahu Aderlan tentang Fisi, tetapi dia tidak tahu bagaimana menyampaikannya, apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Bagaimanapun itu adalah masalah orang lain, tidak peduli seberapa baik hubungan mereka, dia merasa dia tetap tidak boleh menceritakan terlalu banyak urusan orang lain kepada pihak lain.

"Kalau aku bilang bahwa aku adalah pengagumnya dan menyukainya, apakah kamu percaya?"

Seusai ucap kata-kata itu, terlihat raut muka pria di depan sontak memuram, "Aku percaya, tetapi kamu tidak boleh menyukainya."

Setelah berbicara, Aderlan menarik Mimi naik ke mobil.

Mimi terhibur dengan Aderlan yang bersikap seperti ini. Mimi duduk di kursi sebelah pengemudi, meraih tangan Aderlan, "Aku hanya bercanda denganmu. Aku mencarinya karena ada sedikit masalah. Sepertinya terjadi sesuatu pada temanku yang merupakan asistennya."

Aderlan mengernyit, tepat di lampu lalu lintas, Aderlan menoleh pada Mimi, "Maksudmu Fisi? Apakah kamu kenal dia?"

Mimi sangat terkejut karena Aderlan mengenal Fisi.

Mimi duduk tegak, mengencangkan sabuk pengaman, berbalik untuk melihat Aderlan, "Kamu kenal Fisi?”

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu