Cantik Terlihat Jelek - Bab 340 Awal Mula yang Baik

Langit terang, sang wanita sedang menatap pria yang terduduk di pinggir ranjang, "Eren, mengapa kamu bangun begitu pagi?"

Pria itu menatap mata sang wanita, sinar matanya dipenuhi kepahitan, "Istriku, aku tidak tidur semalaman."

Suya teringat sesuatu, ia terbatuk ringan, membuka selimut dan bangun.

Karena Mia ingin bertemu Mohan, jadi, mereka terlebih dahulu berangkat ke kota tempat Mohan berada, kota A.

Yang menyambut mereka adalah asisten rumah tangga keluarga Mo, yang juga adalah asisten pribadi Mohan, Misao.

Akan mereka, Suya memiliki sedikit memori, belum lama ini baru saja mereka bertemu, sama seperti Mohan, ia tidak memiliki memori baik tentang orang di hadapannya sekarang.

"Komandan Eren, Direktur Mo menyampaikan untuk makan siang bersama, apakah Anda ada waktu?" Ia memanggil Eren dengan sebutan Anda, yang membuat Suya cukup terkejut.

Eren membalikan badan dan menatap Suya, "Istriku, bagaimana menurutmu?"

Misao mengenali Suya, ia mengedipkan matanya, "Komandan Eren, ini adalah?"

"Istriku, Suya."

"Oh oh, Nyonya Suya, maaf, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

Akan basa basi yang diucapkannya, Suya malas menggubris, ia tersenyum, lalu menoleh memandang Mia, "Mia, apa yang kamu inginkan untuk makan siang?"

Mia terkejut Suya bertanya padaya, ia menggeleng, "Kalian saja yang menentukan, aku tidak ada napsu makan."

Selesai berbicara, ia duduk pada kursi di samping, dirinya terlihat sangat buruk.

Pandangan Misao sejenak terhenti pada Mia, sebelum ia menariknya kembali.

Saat berbicara, pintu ruang tamu terbuka, bersamaan dengan itu, Mohan berjalan keluar sembari dikelilingi orang, sebelah tangannya dimasukan ke kantong, tingginya 187cm, tubuhnya semampai, mengenakan jas buatan tangan berwarna abu-abu dan celana jeans, memakai topi rajut, jelas bukan penampilan yang cocok, namun ketika dikenakannya, justru menghasilkan tampilan yang berbeda.

Berbeda dengan pertemuan sebelumnya yang dingin, ketika ia melihat Eren, bibirnya tersenyum, "Kakak Eren."

Eren melihatnya dari atas ke bawah, menepuk pundaknya, "Sepertinya, keadaanmu tidak buruk."

Tatapan mata Mohan mengarah ke kanan, mendarat pada Suya, "Ini, apakah Kakak Ipar?"

"Ingatan Kakak Iparmu akan dirimu tidak begitu baik, ia bilang kamu terlalu arogan."

Suya tidak menyangka Eren akan mengucapkannya dengan begitu terang-terangan, ia menarik baju Eren.

Mohan mengerutkan alisnya, "Kakak Ipar, bagaimana maksudnya?"

"Direktur Mo, itu adalah masa lalu, tidak usah diungkit, hari ini, kami datang membawa Mia, ia ada urusan dan mencarimu." Sejak Mohan masuk, ia tidak menatap baik-baik Mia yang duduk di samping, membuat Suya tidak nyaman.

Bagaimana pun juga, Mia akan menjadi penolong hidupnya, sikap yang seperti ini, benar-benar membuat orang tidak senang.

Sambil berbicara, Suya berbalik, menatap Mia, "Mia, aku dan Eren menunggumu di luar, kamu berbicaralah dahulu dengan Direktur Mo."

Selesai berbicara, ia menarik keluar Eren dari ruang tamu, melihat Misao tidak bergerak, ia terbatuk kecil, "Asisten Misao, bagaimana kalau membawa kami melihat kediaman Mo?"

Perusahaan Mo terletak di pinggir pantai, dibangun berbentuk kapal, dengan kemegahannya, akan membuat orang terkesima.

Mia duduk di kursi, tidak berdiri sama sekali, ia bisa merasakan karisma besar dari pria di depannya, juga bisa merasakan pria ini sedang mengamatinya.

Mia tidak berbicara, ia sedang berpikir, bagaimana memulai pembicaraan yang baik dengannya.

Sedangkan Mohan melihat wanita yang diam saja di hadapannya, mengedipkan mata, sebelah tangannya dimasukkan ke kantong, "Permintaan apa yang kamu butuhkan, katakan saja, tidak ada yang aku, Mohan tidak bisa lakukan."

Kegilaannya, kesombongannya, membuat Mia seketika bereaksi.

Ia menengadah, menatap Mohan,bibirnya tersenyum dingin, kalimatnya membawa cemooh, "Benarkah? Direktur Mo bisa melakukan segalanya, lalu mengappa tidak bisa menyembuhkan penyakitnya sendiri?"

Satu kalimat saja, mampu membuat wajah pria itu berubah dingin, matanya menatap dingin Mia, Mia juga tidak berkutik, keduanya bertatap mata.

"Apakah kamu sedang melawanku?" Suara pria itu dingin dan tidak lembut sama sekali.

Mia berdiri, berbalik, melihat lautan di luar jendela, ia menghela napas, "Direktur Mo membuatku mendonasikan sumsum tulangku, aku tidak keberatan, tapi aku memiliki syarat."

"Katakanlah."

"Menikah denganku."

Jemari lentik pria itu mengetuk-ngetuk meja berirama, ketika mendengar ini, jarinya sedikit mengepal, lalu ia tertawa dingin, ia menengadah dan menatap Mia, "Kamu katakan sekali lagi?"

Mia berbalik, langsung menatap lurus pada Mohan, "Menikah denganku."

Pria itu seperti mendengar candaan, menaikan alisnya, lalu menimbang-nimbang wanita itu, Seli mengatakan bahwa wanita ini mirip dengannya, memang ada beberapa kemiripan jika diperhatikan baik-baik, hanya saja, Mohan melihat Seli cantik, sedangkan jijik melihat wanita ini, masih memikirkan menikah dengan Mia, sungguh bermimpi.

"Kamu ingin menggunakan donor sumsum sebagai ancaman bagiku? Haha, kamu percaya? Aku punya cara tak terhingga untuk membuatmu mendonorkannya dengan patuh?" Ketika mengucapkannya, ia menatap Mia dengan meremehkannya.

"Aku percaya Direktur Mo mampu melakukan apapun, tapi, jika yang aku gunakan bukanlah tentang sumsum tulang belakang?"

Tatapan pria itu penuh keyakinan, "Kalu begitu tidak ada apapun yang bisa mengancamku."

Kepercayaan dirinya membuat sang wanita menggertakkan giginya, sungguh tidak mengerti pria seperti ini, para wanita yang terpesona padanya, apakah mereka buta? Selain tas kulit dan baunya yang seperti tembaga, Mia benar-benar tidak paham, dimana letak nilai positif pria ini?

"Bagaimana dengan anak?" Bibir Mia tersenyum, melihat pria yang raut wajahnya jelas berubah, dari mata Mia terpancar keangkuhan.

Tatapan pria itu tertuju pada perut Mia, ia berkata dengan terbata-bata: "Kamu bicaralah dengan jelas, anak apa?"

Mia menghela napas, tersenyum, "Tentu saja anak Direktur Mo." Selesai berbicara, ia berbalik menatap jendela, perasaannya membaik.

Pria itu duduk di atas kursi, tangannya memegangi senderan kursi, menatap Mia, panik, "Anakku? Kamu kira aku akan membiarkanmu memiliki kesempatan untuk mengandung anakku? Kamu wanita seperti ini, telanjang bulat pun, aku tidak akan melihatmu barang sejenak."

Penghinaannya membuat raut wajah Mia sedikit padam, ia memandang Mohan, dengan tegas berkata, "Melihat atau tidak, aku tidak tahu, tapi yang kukandung dalam perutku ini, memang adalah anakmu, jika kamu tidak percaya, aku tidak keberatan untuk aborsi." selesai berbicara, Mia mengelus perutnya, di dalam hati ia berkata, hanya seonggok daging, masih belum bisa mendenger, tidak terdengar.

"Brak," suara kursi terjatuh, seumur hidup Mohan, belum pernah ia diancam, saat ini, dadanya kembang kempis, mengangkat tangan ingin memukul Mia, tapi cepat-cepat menurunkannya.

"Katakanlah, bagaimana bisa ada anak ini?"

Mia melihatnya meledak-ledak, hatinya justru malah merasa tenang, akhirnya, yang takdirnya berubah tidak lagi hanya dia seorang.

Ia membuka mulut, baru saja akan mengucapkan sesuatu, pintu terbuka, Seli muncul di hadapan mereka berdua.

Mia terpaku sejenak, ia memandang Mohan.

Selanjutnya, ia hanya merasa ada bayangan yang datang dengan cepat menghampirinya, belum sempat ia bereaksi, "Plak." Mendarat sebuah tamparan pada wajahnya.

Novel Terkait

Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu