Cantik Terlihat Jelek - Bab 597 Masa Lalu Clover dan Devan

Raven memakaikan mantel yang ada di tangannya pada Hutu : "Aku dan Devan masih ingin membicarakan sesuatu. Setelah itu, aku akan menunggu kalian di lantai 3."

Hutu mengangguk.

Keduanya pergi ke area pakaian di lantai lima sebelah pusat perbelanjaan. Clover menarik Hutu berkeliling ke beberapa toko, tetapi tidak membeli apapun. Hutu tidak berniat untuk membeli dan Clover tidak ingin membeli.

"Abangmu akan membelikannya untukku. Aku punya banyak pakaian di rumah. Aku hanya senang melihat-lihat." Clover menjelaskan sambil tersenyum, kebahagiaan di matanya terpancar dengan sangat jelas.

Hutu menekan bibirnya sambil menatap Clover, kemudian menghela nafas, "Aku tidak menyangka abang sepupuku begitu perhatian."

"Aku juga tidak menyangka paman muda jenius itu juga bisa tergila-gila pada cinta."

Clover menjawab.

Hutu menyembunyikan senyumnya sambil menatap Clover, kemudian merenung sejenak sebelum berbicara, "Kakak ipar, apakah kamu ingin menjadi pelobi?"

Hutu bertanya secara terus terang, tatapan mata Clover terus menatapnya dan tidak langsung menjawab pertanyaannya, kemudian menarik Hutu dan duduk di area istirahat.

Clover bercerita kepada Hutu tentang hubungan dia dengan Devan.

"Devan telah banyak berubah demi diriku dan sudah banyak berkorban untukku. Tutu, apakah menurutmu semua pria dari keluarga Ningga begitu tergila-gila pada cinta!"

Tergila-gila pada cinta? Pria keluarga Ningga? Hutu tiba-tiba teringat pada Sako Ningga, dia menaikkan sudut bibirnya dan tidak mengatakan apapun.

"Aku memang telah berjanji pada kakek. Dia ingin aku membujukmu, tetapi setelah mengobrol denganmu, aku mulai menyadari bahwa kamu bukan orang yang tidak dewasa seperti yang mereka katakan."

Tidak dewasa? Ternyata mereka mendefinisikan dirinya seperti ini.

Hutu menarik napas, jika benar-benar tidak dewasa, dia merasa lega.

Kalau begitu, Hutu tidak perlu lagi memikirkan hal yang lain. Mengenai pertemuan tahunan sebelumnya, dia juga tidak perlu menghentikan Raven. Dia ingin rusuh, ingin dimanjakan dan menjadi arogan, dia sudah tidak peduli begitu banyak lagi.

Tidak dewasa, benar, satu-satunya hal yang tidak dewasa tentang dirinya adalah hidup bersama dengan Raven.

"Kakak ipar, jika itu kamu, apa yang akan kamu lakukan?"

Hutu bertanya balik kepada Clover.

Clover bangkit, berjalan ke pagar, kemudian melihat ke bawah, tidak memihak siapapun, kebetulan melihat Devan dan Raven berdiri di pintu masuk lantai tiga, keduanya berdiri tegak membelakangi mereka dan bersandar pada pagar.

Mereka berdua memang selalu terlihat luar biasa, penampilan mereka juga bagus, apalagi mereka berdiri bersama, orang-orang yang sedang lalu lalang semuanya memandang mereka, ada juga gadis yang pemberani mengambil foto mereka dengan ponselnya.

"Saat aku bertemu dengan abang sepupumu, aku tidak pernah berharap bahwa suatu hari aku bisa menikah dengannya ataupun jatuh cinta padanya. Pada saat itu, sesuatu terjadi di antara kami, hal yang berkaitan dengan pergi atau melanjutkan."

Clover terperangkap dalam pertemuan itu, wajahnya yang cantik terlihat sedikit sedih. "Aku memilih untuk pergi. Aku mengira kepergianku akan membuat hidup satu sama lain menjadi lebih baik, tapi..."

Clover menghela napas, meskipun sudah lewat beberapa tahun, tetapi perasaan waktu itu masih teringat dengan sangat jelas.

Setelah terdiam beberapa saat, Clover berbicara lagi, "Tapi aku salah. Setelah pergi, kami berdua merasa tersiksa dan sedih, jadi pada saat itulah aku mengerti bahwa uang dan kekuasaan tidak bisa dibandingkan dengan seseorang yang mencintaimu dan menyayangimu. "

Setelah selesai berbicara, Clover berbalik dan melihat Hutu "Aku pernah mendengar dari Devan tentang masalah kamu dengan Raven, Tutu, jika perpisahan membuat kalian saling menyakiti, maka pertahankanlah hubungan ini, kakak ipar akan berada di pihakmu dan mendukungmu."

Hutu kaget bahwa Clover akan berkata seperti itu, seketika matanya langsung memerah.

"Kakak ipar, terima kasih. Hanya saja situasi kamu dan abang sepupu berbeda dengan situasi kami berdua. Kakek itu merasa bahwa aku yang seperti ini akan menyakiti paman muda... Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan?"

Hutu merasa frustasi!

Di lantai bawah.

"Orang ini, mungkin bisa menggunakan sedikit waktumu untuk menyelidikinya."

Devan berkata sambil menyerahkan selembar kertas pada Raven.

Setelah buka, itu adalah data pribadi seseorang yang sangat terperinci.

"Satu bulan sebelum ibu Tutu hamil, keduanya tinggal di hotel bersama-sama. Jika dia adalah ayah kandung Tutu, maka masalah kalian akan terselesaikan."

Raven melihat dua kata, wajahnya sedikit tertegun dan terkejut, " Ahmad Ahmad ?"

Ahmad, tokoh terkenal di real estate domestik, ayah kandungnya Tutu ?

Ini……

"Di mana kamu mengetahui hal ini?"

"Secara kebetulan."

Devan tidak ingin Raven merasa tertekan. Dia tidak memberitahu Raven bahwa dia sengaja meminta seseorang untuk menyelidiki masalah ini, karena masalah ini sudah lewat begitu lama dan juga sudah menghabiskan banyak tenaga dan uang.

Raven mengangguk. Di antara pria dengan pria, banyak perkataan yang tidak akan dikatakan, tetapi dalam hati mereka saling mengerti.

"Paman muda..."

Tiba-tiba, terdengar suara Hutu dari belakang. Raven dan Devan saling melirik, "Bantu aku sembunyikan masalah ini dulu!"

Devan mengangguk.

"Mengapa kamu tidak membeli sesuatu?"

Melihat tangan Hutu tidak memegang apa-apa, Raven kemudian bertanya.

Hutu menoleh dan menatap Clover, saling tersenyum, "Kami hanya melihat-lihat."

Tidak tahu apakah Clover dan Raven telah mengatakan sesuatu yang baik di depan kakek, Kehidupan Hutu dengan Raven kembali damai.

Clover sering datang mencari Hutu.

Tapi Hutu tidak pernah mengatakan apapun tentang masalah dirinya dengan Raven.

Hari ini, Hutu menemani Clover pergi ke pameran rias dan kembali.

Setelah jam sepuluh, rumah itu masih gelap.

"Paman muda, mengapa kamu masih belum kembali?"

Hutu menelepon Raven.

"Kamu tidur dulu, masih ada yang harus aku lakukan lagi di sini... aku akan pulang lebih lambat!"

Setelah selesai berbicara, Raven langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban dari Hutu.

Hutu melihat ponselnya, seketika merasa sedikit linglung, Raven tidak pernah seperti ini sebelumnya, tidak peduli seberapa sibuknya Raven, biasanya Raven akan menjelaskan padanya.

Setelah duduk di sofa dan merenung sebentar, barulah Hutu bereaksi.

Kemudian Hutu bangkit, pergi untuk membersihkan diri, setelah selesai, Hutu mencuci pakaiannya lagi. Setelah mengemas kamar tidur, kemudian baru berbaring. Saat itu sudah jam 11 malam dan Raven belum juga kembali.

Entah mengapa hati Hutu sedikit gelisah, kemudian berpikir lagi dan menelepon Raven, ponselnya berdering dua kali, kemudian dimatikan.

Setelah beberapa saat, tidak ada juga pesan yang masuk.

Hal ini membuat hati Hutu tiba-tiba menjadi sedih.

Dulu waktu Raven sedang rapat, saat Raven tidak bisa menjawab panggilan masuk dari Hutu. Raven akan mengirimkan pesan dan memberitahu Hutu bahwa dirinya sedang rapat dan tidak bisa mengangkatnya.

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu