Cantik Terlihat Jelek - Bab 339 Kasih Sayang Eren

Di dalam video, Suya sedang berdiri di pinggir jalan, karena ada motor kendaraan melewatinya, Suya terdorong ke jalur jalan tol, pada saat itu juga sebuah mobil sedang mengemudi dengan kecepatan tinggi ke arah Suya, mobil itu sudah mau menabrak Suya.

Tiba-tiba seorang pria yang tidak tahu muncul dari mana mendorong Suya ke jalur pejalan kaki, seiring dengan suara rem mobil, tubuh pria itu naik turun, pada saat Suya berdiri, pria itu sudah meninggalkan tempat.

Tenggorokan Suya terasa erat, seberapa kabur pun dia tetap bisa mengenal bayangan belakang itu, kalau bukan Eren siapa lagi?

"Kakinya tertabrak sampai putus, dia takut kamu tahu, sehingga melarikan diri dengan kakinya yang putus, aku dengarnya dia hampir menjadi cacat"

Bima menceritakan kepada Suya dengan sekedar, sementara Suya merasa sangat kaget.

Suya selalu mengira dalam waktu bertahun-tahun ini, hanya dia sendiri yang sedang mengorbankan, dia selalu mengira Eren tidak pernah peduli terhadapnya.

Ternyata, kepedulian Suya semuanya berada di sisi terang, sementara kepedulian Eren berada di sisi gelap.

Hati Suya terasa sakit, orang bodoh ini!

Suya berdiri dan berjalan ke dapur, Eren sedang memasak, Suya memeluknya dari belakang, kehangatan dan air mata membasahi bagian belakang tubuh Eren, Eren merasa cemas dan langsung mematikan api, kemudian dia menoleh ke Suya, "Kamu kenapa, mengapa menangis?"

Sambil berkata, Eren ingin mengambil tissue untuk Suya, tetapi Suya malah terus memeluknya dan tidak mau bergerak.

"Kamu kenapa? Cepat katakan kepadaku?" Eren merasa sangat cemas, sehingga nada suaranya pun ikut menjadi tinggi.

"Kakimu tidak meninggalkan sekuel apa pun kan?" Suya berkata dengan suara menangis.

Eren melamun sejenak, setelah mengerti maksud Suya, Eren berbisik di telinganya : "Aku baik-baik saja, kamu pergi ke ruang tamu dulu, di sini ada bau minyak"

Setelah Eren siap memasak, Suya membawa makanan untuk Mia yang berada di lantai atas, masalah hamil benar-benar memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap Mia, dulu dia masih bisa senyum, sekarang bahkan perubahan ekspresi dia saja sudah menjadi sedikit.

Bagaimanapun, Eren adalah salah satu dari penyebab masalah ini, sehingga Suya merasa sedikit bersalah.

"Mia, kamu makan sedikit dulu, kamu tidak berpikir untuk dirimu juga harus berpikir untuk anakmu"

Mia memeluk kedua kakinya dan tidak berbicara, berpikir tentang kehidupannya sudah hancur begitu saja, hati Mia hanya bisa merasakan kebenciannya terhadap Seli.

Suya meletakkan piring dan memeluk Mia, "Mia, aku menceritakan sebuah cerita kepadamu saja"

Selanjutnya, Suya menceritakan semua hal tentang waktu dia mengandung Moe, Eren mengalami insiden, dan lain-lain kepada Mia.

Mia merasa sedikit kaget, "Maksud kamu adalah, kalian semalam baru baikan?"

Suya mengangguk, dia melepaskan Mia dan memegang wajahnya, "Benar, semua ini harus berterima kasih kepadamu, jadi, Mia, kehidupan kita memang akan terjadi banyak hal yang kita tidak suka, kamu masih muda, masalah yang harus kamu lalui nanti masih sangat banyak, aku tahu aku menasehati kamu seperti ini terlihat seperti aku tidak mengerti situasimu dan hanya bisa berkata, tetapi sekarang situasi sudah menjadi begini, kamu mengeluh dan membenci tidak akan bisa mengubah apa pun, bahkan kamu juga tidak bisa menyelesaikan masalah apa pun, seharusnya kamu berpikir kamu harus melakukan apa agar dirimu bisa merasa baikan"

Mia senyum dengan ringan, senyumannya berisi kepahitan.

"Ayahku berkata aku adalah anak yang memiliki pemikiran sendiri, aku selalu tahu apa yang diriku mau, dari kecil aku selalu berusaha ke arah yang aku inginkan, kehidupan yang aku mau adalah mencari pekerjaan yang aku suka setelah tamat kuliah, kemudian menikah dengan orang yang aku cintai dan menjalani kehidupanku dengan tenang dan biasa, tetapi sekarang otakku semua kosong, aku sangat bingung, aku tidak tahu apa yang akan menyambut aku di masa depan? Kakak Suya, kehidupanku sudah berantakan semua" Setelah berkata, Mia memejamkan matanya, alisnya yang mengerut itu memiliki kerisauan yang tidak bisa menghilang.

"Mia, aku meminta maaf kepadamu atas nama Eren"

Mia menggelengkan kepalanya, dia membuka matanya yang berisi air mata, "Kakak Suya, aku adalah orang yang sangat biasa yang terlahir di keluarga yang biasa, dari kecil ibuku sudah mengajarku harus menikah dengan orang yang sederajat denganku, jadi, aku tidak pernah berpikir mau menikah dengan orang seperti Mohan, tidak pernah" Berkata sampai terakhir, suara Mia sudah menjadi sangat serak.

"Aku bisa melihat kakak Su juga merupakan orang kaya, kamu mungkin mengira kami anak orang miskin semuanya berpikir mau menikah dengan anak orang kaya, tetapi sebenarnya tidak semua berpikir begitu" Mia menarik nafas, "Aku sendiri memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan yang aku inginkan, tetapi sekarang semua ini sudah tidak berarti lagi"

Suya menatap ke Mia dan tiba-tiba tidak tahu harus berkata apa, lingkungan perkembangan dan perkembangan Suya dan Mia berbeda, Mia juga berbeda dengan Mikasa, meskipun kondisi ekonomi rumah Mikasa juga tidak begitu bagus, tetapi personalitas itu lebih pandai beradaptasi dengan masalah yang dia mengalami, selain bersikap keras kepala kepada Gary, Mikasa bersikap menerima saja dengan segala hal.

Setelah berbicara dengan Mia sangat lama, akhirnya Mia makan sedikit, Suya menyuruh dia tidur lebih awal karena besok masih harus naik pesawat, kemudian Suya pun kembali ke kamarnya sendiri.

Alis Suya mengerut ketika dia melihat pria yang berbaring di atas tempat tidurnya.

"Aku sudah membuat Moe tidur"

Suya mengangguk, masalah Mia membuat Suya yang seharusnya merasa bahagia karena masalah dia dan Eren sudah selesai menjadi agak tertekan.

"Eren, apakah hanya Mia yang bisa membantu penyakit Mohan?"

Eren menatap ke Suya, seolah-olah tahu apa yang Suya mau katakan, Eren bersuara, "Sebenarnya Mia dia sendiri tidak tahu, walaupun tidak menikah dengan Mohan, kehidupan dia juga sudah ditakdirkan tidak akan tenang lagi, keluarga Mohan tidak akan melepaskannya"

"Mengapa?"

"Bagaimana kalau penyakit Mohan kambuh lagi?"

Suya berputar balik badannya dan menatap ke Eren dengan wajah tidak percaya, "Tetapi mengapa mereka tega menghancurkan kehidupan seorang wanita karena penyakit Mohan? Mereka adalah orang kaya, jadi nyawa mereka adalah nyawa, sedangkan apakah kehidupan Mia tidak penting? Mohan adalah orang seperti apa?" Kesan Suya terhadap Mohan pun menjadi lebih buruk.

Eren tidak berbicara, ada beberapa masalah itu memang sudah ditakdirkan.

"Sayang, setelah pulang, kamu mengikuti aku ke tim aku saja?" Eren tiba-tiba mmemeluk Suya dan menyandar kepalanya di dada Suya, jelas dia sedang mengambil keuntungan.

Suya mendorong Eren, "Buat apa aku ke sana? Kemarin kamu sudah begitu denganku, kalau aku pergi lagi, bukannya orang sana akan menertawakan aku?"

Eren mengangkat kepalanya dengan ekspresi tenggelam, "Aku melihat siapa berani!"

"Aku tidak mau, aku membawa Moe tinggal di rumah ibuku saja, aku masih harus bekerja......."

"Tetapi bagaimana kalau aku kangen denganmu?"

"Kamu menjalani hidupmu seperti dulu saja" sudut mulut Suya terangkat.

"Bagaimana bisa begitu, memiliki istri dan tidak itu berbeda, satu itu bisa memeluk tetapi tidak mau, satu lagi itu tidak bisa memeluk, apakah itu bisa sama?"

Suya mengambil bantal di belakangnya dan memekul ke kepala Eren, "Apakah otakmu itu bisa berpikir tentang masalah lain saja? Mengapa terus berpikir tentang itu? kalau begitu kamu pergi mencari wanita yang khusus melayani di bidang ini saja, kamu hanya tinggal membayar"

Ekspresi Eren menggelap, dia menarik bantal ke samping, "Suya, kamu sedang menghina aku dan dirimu" Ekspresi Eren sangat serius, Suya menelan air liurnya kemudian berbaring membelakangi Eren, "Aku malas berbicara dengan kamu, ayo tidur"

Eren meletakkan tangannya di atas pinggang Suya, "Sayang, aku hanya memelukmu, aku tidak akan membuat apa-apa"

"Iya"

"Sayang, aku tidak bisa tidur"

"Pergi lari 20km"

"Sayang, apakah kamu masih sakit, aku membantu kamu mengoles obat lagi saja"

Wajah Suya memerah, dia membuka matanya dan menarik selimut yang menutupi tubuh Eren, "Kembali ke kamarmu"

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu