Cantik Terlihat Jelek - Bab 487 Apakah Kamu Menyukainya?

Tiba-tiba suatu hari, Bima jarang-jarang pulang pada jam awal, pada saat maka dia mengumumkan suatu hal.

"Ayah, Mama, apakah besok malam kalian memiliki waktu? Orang tua Wen Jing berkata ingin bertemu dengan kalian"

Angin topan dan hujan deras yang datang terlalu tiba-tiba, kalimat ini adalah kalimat yang paling sesuai untuk mendeskripsi suasana hati Weni pada saat ini.

Weni menundukkan kepalanya dan terus makan, pada saat menyadari tangannya yang memegang sumpit mulai bergetar, dia pun merasa agak panik.

Untungnya pembantu di lantai atas berteriak, "Nona Weni, Kiki sudah bangun, tetapi dia berkata harus anda yang memakaikan bajunya"

Hari ini adalah hari sabtu, tadi sore Weni dan ibu Bima membawa Kiki pergi membeli sedikit pakaian musim dingin, setelah kembali, Kiki pun berkata mau tidur sebelum sempat makan.

Weni meletakkan sumpitnya, berdiri kemudian mengangguk kepada orang tua Bima sebelum berlari ke lantai atas.

Weni menutup pintu kamar dengan pernapasan sesak.

Kata-kata sudah tidak bisa mendeskripsikan seberapa sakit hatinya sekarang.

Wen Jing, wanita yang memiliki marga yang sama dengan Weni.

Tetapi, Weni tidak mengerti, wanita itu terlihat sama sekali tidak mirip dengan Suya dari sisi apa pun, mengapa Bima bisa jatuh cinta kepadanya?

Awalnya Weni mengira paling tidak Bima akan mencari wanita yang mirip dengan Suya.

Weni menarik bajunya dan berjongkok di lantai, setelah beberapa saat dia tetap tidak merasa agak lega.

"Mama, aku sudah lapar" Sampai Kiki memanggilnya, Weni baru ditarik kembali ke realitas.

Pada saat Weni turun ke bawah lagi, Bima baru selesai makan, melihat Weni mengendong Kiki, Bima segera menghampiri mereka dan mengendong Kiki.

"Kiki, kamu sudah begitu besar, lain kali tidak boleh membiarkan Mama terus mengendong kamu lagi, sangat berat"

Mendengar kata-kata Bima, Weni hanya berdiri di tempat dan menjilat bibirnya tanpa berbicara.

Selain masa sebelum dan setelah insiden orang tua Weni, sikap Weni terhadap Bima selain jahat, dia kembali ke sikap 'penakut' dulu lagi.

Bahkan karena dia tinggal di rumah Bima sekarang, karena merasa terima kasih atas bantuan Bima, sikap 'penakut' itu menjadi semakin berat.

Dulu Weni masih berani saling menatap mata dengan Bima, sekarang, untuk melakukan hal itu saja Weni harus mengumpulkan keberanian dulu.

"Paman, aku sudah mau memliki tante ya?"

Bima melamun sejenak sebelum menatap ke Weni, "Iya, besok, minta Mama membawa kamu pergi menjumpai tante baru kamu, mau?"

"Besok malam aku dan Vema mereka sudah janjian mau makan bersama, Kiki akan ikut aku pergi" Weni menolak dengan segera.

Weni tidak pernah berpikir kemampuan berpikir dan bereaksi dirinya begitu lemah, dia mengira dirinya seharusnya bisa menghadiri acara besok, tetapi, hanya mendengar saja dia sudah merasa begitu sakit hati, kalau pergi besok, Weni takut dirinya tidak bisa menahan.

Seolah-olah sama sekali tidak kaget dengan reaksi Weni, Bima hanya mengangkat sudut mulutnya.

"Kalau tidak kalian mengganti waktu saja? Besok abangmu mau berjumpa dengan menantunya, kamu harus pergi membantu aku mengumpulkan keberanian!" Bima menghalang di depan Weni dan berkata dengan nada suara biasa.

Tetapi, dulu Weni merasa sikap Bima seperti ini biasa saja, hari ini dia merasa sedih dan ingin menangis.

Membantu mengumpulkan keberanian? Weni hanya ingin meghancurkan acara besok saja.

Weni menundukkan kepalanya, sama sekali tidak berani menatap mata Bima, "Aku... aku tidak pintar berbicara juga, aku pergi pun tidak bisa membantu apa-apa"

"Jangan-jangan kamu tidak menyukai Wen Jing?"

Bima memperpanjang suara mengucapkan kata terakhir dan membawa sedikit aura lucu.

Weni berpura-pura memasang ekspresi mana mungkin, "Tidak, dia lumayan baik kok! Orang yang abang suka mana mungkin bisa tidak baik?" Seperti Suya......

Tetapi, dari awal sampai akhir, Weni tidak mengangkat kepalanya.

Jadi, Weni juga tidak melihat ekspresi Bima.

Dia hanya merasa Bima berhenti beberapa saat sebelum berkata, "Kalau adik tidak suka, besok jangan ketemu dulu?"

Weni menarik nafas dan otaknya terasa kosong, dia menatap ke Bima, "Tidak ada, aku pergi! Aku pergi!"

Kali ini Weni melihat ekspresi Bima dengan jelas, wajahnya memiliki senyuman ringan, mendengar kata-kata Weni, dia hanya mengangguk dengan ringan dan berkata kepada Kiki, "Ayo, paman bawa Kiki pergi makan dulu"

Suasana hati Bima terlihat sangat bagus, tetapi Weni mengigit bagian bawah bibirnya dan merasa sangat sedih.

Menyuruh dia melihat Bima berpasangan dengan wanita lain? Mengapa bisa begini?

Malam hari, kamar Bima.

"Bima, ada satu masalah, setelah berpikir Mama memutuskan mau membahas dengan kamu"

Waktu Weni dan Bima sedang berbicara, ibu Bima yang duduk di sofa tidak jauh dari mereka mensaksikan seluruh proses percakapan mereka, setelah berpikir, ibu Bima merasa harus bertanya kepada anaknya.

Bima melepaskan jam tangannya dan meletak di lemari samping tempat tidur.

Kemudian dia menoleh ke ibunya, "Mama, ada masalah apa? Mengapa ekspresi kamu begitu serius?"

Ibu Bima duduk di atas kursi, sepertinya dia sedang berpikir harus bagaimana berkata.

"Kamu mau berkata atau tidak, kalau tidak aku mau pergi mandi, jarang-jarang bisa pulang lebih awal" Sambil berkata, Bima menguap dengan gaya berlebih-lebihan.

"Mama tidak mengerti kamu" Setelah menatap anaknya beberapa saat, ibu Bima berkata.

"Kemarin kamu berpikir segala cara meminta aku dan ayahmu menyuruh orang tinggal di sini, nantu mengaku dia sebagai keluarga, nanti membujuk dia dengan cara mencuci otak, Mama mengira kamu menyukai dia, tetapi.... mengapa sekarang keluar satu Wen Jing lagi?"

Ibu Bima masih ingat, hal itu terjadi pada 4 bulan lalu.

Suatu hari, Ibu Bima menerima telpon Bima pada saat dia sedang spa, Bima meminta bantuannya.

Ibu Bima sedikit tidak bisa menerima setelah mengetahui seberapa ribet masalah ini, dia benar-benar tidak bisa menyukai seorang wanita yang mengandung anak orang lain di belakang suaminya.

Tetapi, Bima tidak pernah meminta tolong apa pun sejak kecil, setelah berpikir, Ibu Bima menuruti permintaan Bima.

Ibu Bima membantu Bima membujuk ayahnya dan membatu akting bersamanya.

Setelah itu, Ibu Bima benar-benar menyukai Kiki, ditambah setelah berinteraksi dengannya, Ibu Bima merasa personalitas Weni jauh lebih bagus dari ekspektasinya, setelah berpikir mungkin semua ini adalah takdir, Ibu Bima pun memperlakukan Weni dan Kiki dengan tulus.

Kemarin Wen Jing datang, Bima berkata itu hanya rencana Suya untuk kakek dan nenek Bima.

Tetapi, Ibu Bima tidak mengerti mengapa Bima bisa bertemu dengan orang tua Wen Jing.

Bima melihat ke arah kamar seberang dengannya yang dipisahkan oleh sebuah tangga, kamar itu adalah kamar Weni.

"Mama, aku hanya merasa dia kasihan, orang berkata, sekali menjadi suami istrinya, budinya itu selamanya, aku hanya berusaha sebisa mungkin untuk membantu dia, dari mana aku menyukainya?"

Setelah berkata dengan nada suara santai, Bima melepaskan bajunya dan melempar ke samping.

Ibu Bima melamun sejenak, selanjutnya dia berdiri dengan alis mengerut dan ekspresi yang marah, "Kamu... bukannya kamu sedang sembarang bertingkah kalau begitu?"

Ibu Bima mengangkat tangannya dan memijat dahinya, "Kamu merasa dia kasihan, kita bisa memberikan dia rumah dan uang, bisa memberikan dia banyak bantuan, kamu.... mengapa kamu harus memilih cara seperti ini membuat dia tinggal di rumah?"

Bima menyandar di dinding membesarkan matanya secara sengaja dan memasang ekspresi tidak percaya setelah mendengar keluhan ibunya.

Novel Terkait

Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu