Cantik Terlihat Jelek - Bab 8 Curiga dengan Identitasnya

Bab 8 Curiga dengan Identitasnya

Dia juga tidak bisa memarahinya hanya bisa melihat wanita itu pergi begitu saja.

“Devan, waktu kita sudah mepet, kita harus segera ke bandara.” ucap Dylan yang berusaha keras mengontrol suaranya sendiri agar terdengar seperti biasanya.

Suara Dylan ini sekan menyelamatkan Devan dari suasana memalukan itu.

Dan begitu juga dengan orang-orang di lobby itu.

Saat Devan sudah duduk di mobil. ia melihat Dylan yang duduk di posisi pengemudi mengangkat-angkat bahunya, langsung saja menghempaskan map dokumen itu ke arahnya, map itu terlempar jatuh tepat di atas stir mobil tersebut.

“Kamu kalau mau tertawa, tertawa saja. Kejadian hari ini pasti bisa mejadi bahan perbincangan orang-orang.” kata Devan.

“Haha….” tawa Dylan yang tidak sungkan-sungkan lagi dan mulai tertawa terbahak-bahak.

“Haha… gimana Devan? perasaan ini sulit diterima bukan? haha…” lanjut Dylan. Pantas saja Dylan berani sekali tertawa seperti itu di suasana seperti ini karena dia dan Devan adalah sohib dari masa SMP. Sejak kenal Devan, Devan selalu disegani dan dihormati semua orang.

Belum pernah terjadi, dia tidak dihiraukan seperti tadi itu, apalagi orang itu hanya lah seorang pengasuh.

Sherin yang membuka kantong plastik hitam dari Andrew pun langsung tertawa geli karena melihat di dalamnya berisi beberapa bungkus pembalut untuk pagi hari, malam hari dengan merk-merk berbeda, ditambah lagi laki-laki ini benar-benar berpikir detail sekali, sampai celana dalam dan celana jeans pun tersedia di dalam kantong tersebut.

Mukanya memanas lagi, laki-laki ini sangat teliti, membuatnya salut dan mulai tergugah hatinya.

Setelah dengan cepat dia mengganti pakaiannya.

Ketika keluar dari toilet, dia langsung melihat Andrew yang sedang bersandar di pojok menunggunya.

Melihat Sherin keluar dari toilet, Andrew menyapanya “Sudah selesai?”

Pertanyaan Dylan ini membuat muka Sherin memerah kembali.

“Terima Kasih yah.” jawab Sherin dengan suara sangat kecil yang nyaris tidak bisa terdegar.

Andrew merespon dengan angkuh, merapatkan mulutnya dengan sedikit senyum di bibir. Tidak pernah terpikir olehnya suatu hari membantu seorang wanita melakukan hal semacam ini, dan merasa puas setelah semuanya usai.

“Ayo aku antar kamu, mau ke mana?” tanya Andrew.

Sherin sebenarnya tidak ingin merepotkan Andrew lagi, tapi setelah dia melihat jam, dia khawatir kalau dia tidak segera pulang, Simon sudah bangun dari tidur siangnya, dan bisa lebih repot lagi nanti jadinya.

“Merepotkan kamu lagi, dok.”

“Sherin, hatimu terbuat dari batu yah? aku sudah sampai seperti ini terhadapmu, masih saja kamu merasa aku orang asing.” jawab Andrew yang tiba-tiba menghentikan langkah kakinya dan mengeluh ke Sherin yang berada di depannya. Andrew terlihat sangat kecewa seperti anak kecil yang tidak berhasil mendapatkan permen untuk dimakan saat itu.

Sherin membasahi bibirnya yang kering dengan lidahnya, dengan perasaan yang bercampur aduk membalikkan badan dan menjulurkan tangan kanannya ke Andrew lalu berkata: “Andrew, namaku Sherin, salam kenal.”

Tangan mereka pun bersalaman erat.

Lalu terlihat senyum ceria di wajah Andrew.

Tawanya seolah-olah bersinar, sinar yang sangat cemerlang, namun tidak akan pernah bisa tergapai.

“Devan, kita tidak perlu ke bandara lagi, apa kita tunggu saja pengasuh itu, sekalian bawa dia pulang?” tanya Dylan karena mereka baru saja menerima telpon dari mitra mereka bahwa ada perubahan rencana jadi tidak perlu dinas ke luar kota lagi.

Dylan yang serius bertanya dan menyimpan wajah sanda guraunya, menunggu jawaban dari Devan, lalu lanjut berkata “Taksi kan tidak boleh masuk ke kawasan perumahanmu.”

Hanya saja kemarahan Devan masih berkorbar, melototi diri Dylan dan berkata “kapan kamu jadi baik sekali? dia mau bagaimana pulang, itu urusan dia, ayo jalan!”

Selesai menjawab, langsung melihat keluar jendela.

Pas sekali terlihat olehnya, Sherin berjalan keluar berdampingan dengan Andrew.

Dengan kemeja kotak-kotak hitam putih dan celana yang baru saja diganti itu, dengan pakaian yang berkualitas sepert itu, wanita itu pun terlihat ceria lagi.

Hanya saja terlintas dipikirannya perlakuan wanita itu tadi, dia pun menutup matanya karena merasa tidak ingin melihat wanita itu lagi, dia hanyalah seorang pengasuh, tidak pantas untuk terlalu dipikirkan oleh laki-laki sehebat dirinya.

Tapi………

“Wah, benar-benar tidak menyangka, pengasuh baru rumahmu ini punya kenalan orang kaya, mengendari mobil Aston Martin….. edisi khusus lagi, ckckck, laki-laki ini juga lumayan tampan, menurutmu…. hubungan mereka apa ya? laki-laki itu sepertinya sangat menyukainya….. lihat tuh lihat, masih membukakannya pintu, pengasuh barumu seperti itu, menurutmu apa laki-laki ini sudah…..” komen Dylan.

“Kamu mau jalan tidak? Kalau tidak mau, turun kamu dari mobil.” lontar Devan memotong perkataan Dylan yang tidak habis-habisnya itu, tubuhnya seakan sudah dipenuhi api kemarahan yang membara.

Matanya masih melihat ke mobil di belakangnya itu melalui kaca belakang mobil. Pandangannya suram, seorang pengasuh muda bisa kenal dengan laki-laki mapan seperti itu, ditambah lagi laki-laki itu sepertinya menyukainya.

Dipikir seperti ini, ditambah dengan sikapnya terhadap diriku yang dingin dan sikapnya terhadap laki-laki itu, benar sepertinya dia bekerja menjadi pengasuh di rumahku bukan karena uang.

Bisa dipastikan, Sherin tidak tertarik dengan diriku, berpikir sampai di sini membuatnya merasa tak berenergi.

Dia bilang Devan itu laki-laki tingkat atas di antara konglomerat, karena itu dia tidak berani mencintainya, tapi laki-laki ini? apa berani dia mencintainya? Pura-pura!

“Nanti kamu tolong cari tahu, latar belakang dan siapa laki-laki itu? lalu apa hubungan mereka berdua?” perintah Devan ke Dylan setelah melepas dasi dari lehernya.

“Kenapa mau cari tahu tentang dia? Ada apa? karena dicuekin, mau membalas?” jawab Dylan.

Devan hanya memejamkan matanya dan tidak menjawab Dylan sama sekali.

“Menurutku, di dunia ini tidak mungkin semua wanita harus menyukai dirimu, benar tidak? setiap orang berbeda-beda kegemarannya. Kamu memang kaya, tampan tapi mau bagaimana lagi dia tidak tertarik dengan orang sepertimu….” Dylan yang sengaja tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menertawakan Devan sambil mengemudi sambil terus menerus berbicara sendiri dengan penuh percaya diri.   

“Tapi, seorang pengasuh mana bisa dibandingkan dengan seorang nona, makanya jangan terlalu dipikirkan lagi juga, dia tidak tertarik denganmu, itu adalah hal yang bagus, bukan?” lanjut Dylan.

“Yang aku khawatirkan itu anakku, dia bekerja bukan karena uang, juga bukan karena seseorang, menurutmu apa tujuan dia?” tanya Devan yang tidak bisa menahan diri untuk memotong perkataan Dylan dengan nada datarnya. Walaupun Simon tiba-tiba hadir dalam kehidupannya, tapi bagaimana pun dia adalah ayahnya, dia lah yang harus bertanggung jawab atas anak ini.

“Kamu bukannya pernah bilang latar belakang pengasuh ini biasa-biasa saja? menurutmu wanita yang bisa mengenal laki-laki seperti itu bisa biasa-biasa saja kah? menurutku, kamu perlu siap-siap deh kembali ke papamu sana?” sambung Devan.

Ayah Dylan, seorang perwira? Dylan spontan menggelengkan kepalanya, dan menutup mulut, tidak berani mengeluarkan suara lagi. Selama ini Devan belum pernah menang adu mulut dengan dirinya.

Namun, data-data pengasuh itu sudah dicek kebenarannya dan tidak ditemukan masalah saat itu.

Karena Andrew tidak kenal jalan di daerah itu, mereka baru tiba di rumah Devan saat pukul lima lebih.

“Kamu…. kenapa mau ke sini?” tanya Andrew yang tidak bisa menahan mulutnya saat melihat kediaman Devan.

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu