Cantik Terlihat Jelek - Bab 305 Kekejaman Eren

Selesai berkata, dia turun, mendorong Eren yang berdiri di bawah tangga: “Minggir.”

Dia berjalan menuju ke kantin.

Terdengar suara tepuk tangan, Suya menghentikan langkah kakinya dan berbalik, dia melihat semua orang masih berwajah sangat serius, dia mengerutkan kening, hari ini benar-benar aneh, mengapa dirinya selalu mendengar suara khayalan, dia berpikir, apakah karena kelaparan?

Melihat panah di depan menunjuk ke arah kata kantin, Suya bergegas pergi.

Setelah sosoknya menghilang, seseorang batuk pelan, “Makanan anjing?? Uhuk uhuk, Eren.......”

“Ha ha ha ha......”

“Komandan Eren, terakhir kali siapa yang mengatakan, setelah menikah nanti, akan melatihnya seperti seorang prajurit?”

“Oke, semuanya jangan tidak sopan lagi, apakah kalian ingin lari berkelompok pada malam hari?”

“Tidak mau......”

Terhadap sekumpulan bawahan ini, semuanya bagaikan adik beradik, namun ketika bekerja, mereka semuanya sangat patuh kepada Eren.

“Eren, kamu segera pergi dan melihat istrimu, ini baru hari pertama dia datang, kamu harus menemaninya.” Ketua senior menepuk bahu Eren.

Eren mengangguk, tetapi ketika dia tiba di pintu masuk kantin, dan melihat adegan di dalam, wajahnya menjadi buruk.

Melihat Suya memegang senampan makanan dan duduk di bangku lalu mulai memakannya.

“Suya!”

Suara yang familier, memanggil nama lengkapnya, dia tidak mengangkat kepala, dan juga tidak menjawab, hanya terus memasukkan makanan ke mulutnya, meskipun tidak terlalu lezat, namun dia merasa bahwa makanan ini adalah makanan terenak yang pernah dia makan dalam hidup ini.

“Siapa yang mengizinkanmu duluan memberinya makanan?”

Prajurit kecil di jendela, wajahnya ketakutan, dia memberi hormat kepada Eren dan menjawab: “Lapor komandan, kakak ipar mengatakan bahwa dirinya..... sakit maag, aku......”

“Setelah selesai di sini, berlari 20 kilometer dengan membawa beban berat.”

“Ya!” Menjawab dengan kuat, tetapi jelas membawa gemetaran.

Sumpit Suya jatuh ke lantai, dia memutar kepala melihat tenggorokan prajurit itu tidak berhenti bergerak. Meskipun dia tidak mengerti apa yang dimaksud berlari 20 kilometer dengan mengangkat beban, tetapi melihat mata prajurit itu mengedip ketakutan, dia tahu itu bukan hukuman ringan.

Hatinya sangat bersalah, dia bangkit dan berjalan ke arah Eren, “Bagaimana kamu bisa melakukan ini? Dia menghormatimu makanya.....”

“Militer memiliki peraturan militer, ketika berada di medan perang, kalau setiap orang sepertimu, makan dulu di belakang, bagaimana menghadapi rekan-rekan yang sedang bertarung di depan? Mukaku? Di dalam tim pasukan, tidak ada muka, hanya ada peraturan militer.” Memutar kepala, menatap pada Prajurit kecil, “Terimakah?

Prajurit memberi hormat, “Terima!”

Suya memelototi Eren, “Aku tidak tahu apa peraturan militer, aku hanya tahu kamu brengsek, kejam, dan tidak manusiawi.”

Selesai berkata, dia tidak makan, langsung kembali ke kamar.

Berbaring di ranjang, dia menyeka air matanya di sini, di sananya mengalir lagi, Ya, dia tahu negara memiliki hukum dan peraturan, dan keluarga memiliki aturan keluarga, pasukan tentara tentu juga memiliki aturan sendiri, tetapi dia hanya ingin makan, dia benar-benar sakit maag. Dia tidak mengerti, apa mungkin para prajurit akan mengabaikannya?

Memikirkan prajurit kecil yang dihukum karena dia, dia sangat marah dan bersalah.

Kalau Eren di rumah adalah seorang brengsek, ketika sampai di sini, hanya dapat menggunakan kata kejam untuk menggambarkannya.

Beberapa saat kemudian, dia mendengar suara ketukan pintu, dia berbalik badan dan mengabaikannya, terdengar lagi suara ketukan pintu, panjang dan lembut, dia tertegun, sifat Eren tidak akan mengetuk pintu seperti begini.

Berbalik dan bangun dari ranjang, membuka pintu, Musi berdiri di pintu, dan membawa nampan makanan, dari pandangan terlihat itu adalah makanan tersisa yang dia makan tadi, berjalan masuk dan meletakkan nasi di atas meja, “Komandan menyuruhku mengantarkan, kakak ipar segera makanlah, jangan kelaparan.”

Suya mendengus, “Mati kelaparan, bukankah itu yang dia inginkan?”

Wanita itu memandang Suya, dengan tatapan meremehkan dalam pandangan sekilas.

Tepat ketika Suya mengangkat kepala, dia terlihat pandangan sombong ini, kemarahan dalam hatinya semakin membangkit, “Apa maksudmu? Melihat rendah padaku?”

Musi menatapnya dengan tatapan mendalam, dan sudut mulutnya terangkat sebuah senyuman yang bermakna, “Kakak ipar, kamu makan perlahan-lahan, aku akan pergi dulu.”

Suya menarik lengannya dan terkejut oleh sentuhan itu, wanita itu terlihat lemah lembut, tetapi lengannya terasa keras dan kuat, ketika disentuh tidak jauh beda dengan lengan Eren.

Ini terbukti bahwa wanita ini juga terlatih.

Dia menyipitkan matanya dan merasa frustrasi di dalam hatinya, tidak heran Eren menyukainya, terlihat cantik, dan memiliki pekerjaan yang sama.

“Apakah kakak ipar masih ada urusan lain?” Musi menyadari reaksi Suya dan bertanya.

Suya melepaskan tangannya, dengan pandangan kecewa mundur ke belakang meja, mengambil sumpit, dan memasukkan makanan ke dalam mulut dengan acuh tak acuh.

Hidangan yang sama, namun terasa baunya telah berubah.

Tetapi demi anak di dalam perutnya, dia tetap menghabiskannya, dia takut lapar di tengah malam, akan menjadi gila.

Setelah makan, dia berbaring di ranjang, memikirkan apa yang telah terjadi pada hari ini, hatinya terasa kesal.

Dalam kebingungan, dia tertidur.

Ketika bangun, Eren belum kembali, langit di luar sudah gelap, dia melihat ke ponsel, sudah jam 9 lebih, dia tiba-tiba teringat sebelumnya Eren mengatakan bahwa ada batas waktu untuk kamar mandi umum.

Dia segera mengemas beberapa pakaian dan peralatan mandi, menemukan kamar mandi, dan ketika dia membuka tirai di pintu, dia tertegun berdiri di sana, pandangannya dipenuhi....... daging!

Dia secara alami memeluk erat dadanya.

Pada saat ini, dia sangat tidak berdaya dan ingin menangis, sejak lahir, dia benar-benar lahir dengan sendok perak di mulut, orang tuanya dikarenakan memiliki dua saudara laki-laki di depannya, jadi sangat memanjakannya, kapan dia pernah menderita seperti ini?

Dia bukan empati, juga bukan tidak pernah bersosialisasi, dalam dua tahun ketika Mikasa membuka kios makan, dia membantu mengantar makanan dan mencuci piring, juga mengalami penderitaan, namun.........

“Hei, ini adalah istri siapa, segera masuk dan mandi, sebentar lagi akan air berhenti.” Seorang kakak setengah baya, telanjang, dan mengambil handuk sedang mengelap rambutnya, melihat dia berdiri bingung di pintu, dia menyapa dengan ramah.

Suya tersenyum malu dan matanya tidak tahu harus mengarah kemana, “Terima kasih, kakak.”

“Aku merasa dia terkejut, apakah kamu lupa, kemarin ketika istri komandan letnan kolonel datang, gadis kecil itu langsung berjongkok menangis di pintu, tempat ini kalau bukan orang yang berpengalaman benar-benar tidak dapat menahan.” Yang berkata adalah seorang wanita seusia dengan kakak yang tadi itu.

Ada banyak orang yang mandi di dalam, jadi kabutnya kuat, Suya tidak bisa melihat jelas siapa lagi yang ada di dalam.

“Kakak ipar, kemarilah, aku sudah selesai.” Suara yang familiar terdengar dari dalam kabut, itu adalah suara Musi.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu