Cantik Terlihat Jelek - Bab 138 Devan, Kamu Sangat Berat

Hanya saja, pria ini bukan menciumnya, tetapi menggigitnya.

Clover merasa sakit, tangan mengepal dan mendorongnya.

Devan menggenggam kedua tangannya, mengangkat keatas kepalanya, bangkit, matanya memerah dan menatapnya, “Apakah kamu sangat senang karena terus-menerus membohongi aku dan Simon?”

Berpikir tentang, dulu dirinya sangat kacau, berpikir tentang beberapa tahun ini, dirinya yang menjalani hari-hari yang tidak seperti manusia tetapi juga bukan hantu, Devan tidak sabar untuk menghukumnya.

Clover melihat Devan begitu kesal, dia menggigit bibirnya dan tidak berani bersuara, tetapi selama betahun-tahun, yang paling nyaman adalah saat ini.

“Kamu lepaskan tanganku dulu.”

Devan memelototinya, wajahnya masih suram, tetapi tangannya sudah dilepaskan.

Clover mengangkat tangannya dan melingkarkannya dileher Devan, menariknya kebawah, bibir merah itu dengan otomatis menyambutnya dan menciumnya.

“Devan, aku salah, jangan marah lagi, oke? setelah berkata dia bangkit duduk, dan bersandar dilengan Devan, dengan sederhana dia berkata kepadanya.

Dia bisa merasa bahwa kemarahan Devan sudah lebih mereda, tidak bisa menahan menghela napas lega.

"Kenapa kamu harus pergi tahun itu? Dan, bagaimana dengan orang mati itu?"

“Pada waktu itu, aku mengira aku jahat pada Gabriel, aku merasa sangat bersalah jadi aku hanya bisa pergi, mengenai orang mati itu, itu bukan aku, aku tidak tahu persis apa yang terjadi.”

Devan menundukkan kepalanya, menyipitkan matanya dan memandangnya, sebelum dia datang ke bandara, dia sudah diberitahu tentang sebab dan akibat masalah ini melalui Felice, dan dengan lembut menyentuh wajah cantiknya, “Mengapa kamu tidak percaya bahwa aku bisa mengatasinya? Apakah kamu tahu, bagaimana aku menjalani hidupku setelah kehilanganmu beberapa tahun ini?”

Setelah berkata, dia menyamping, dan Clover jatuh terlentang dikasur, Devan berbalik badan dan menekannya dari atas.

Clover mendengarkannya bicara, tiba-tiba dia merasa campur aduk di dalam hatinya, Devan sangat sulit menerima keadaan beberapa tahun ini, tetapi hati Clover justru merasa sedikit lebih senang?

“Aku dengar kamu menyiksa dirimu setiap hari, minum sampai muntah darah, Devan, kamu seperti ini, apakah kamu ingin aku menjadi janda di masa depan?” Clover berkata, sambil memukul beberapa pukulan di dadanya.

Dia seperti itu membuat hati Devan menjadi lembut, seluruh tubuh Devan menekannya dari atas, menguburkan kepalanya dileher Clover, dan mencium aroma tubuhnya.

Setelah waktu yang lama, suara Devan dengan lembut berkata: “Aku belum bilang ingin menikahimu, kamu ingin menjadi janda siapa?”

Clover merasakan sakit di hatinya, menyeka air matanya, dan mendengus dengan dingin, "Jika tidak mau, yasudah." Sudut mulutnya muncul senyuman, pria yang bisa mengorbankan nyawanya karena dia, jika dia tidak menikahinya, bagaimanapun juga, itu adalah miliknya.

Kedua orang itu berpelukan untuk waktu yang lama, sangat lama, tiba-tiba, Clover teringat, dia lupa memberitahu kepada Devan tentang Momo, dia berpikir dan menggigit bibir bawahnya, "Kamu bangun dulu, aku masih punya sesuatu untuk kasih tahu padamu."

“Tidak mau.”

“Kamu sangat berat.”

“Kalau begitu kamu di atas saja?”

Diluar pintu.

“Papaku tidak akan memukul mamaku, kan?”

“Tidak akan.”

Simon tertegun dan ingin pergi mengetuk pintu, Tifa menarik tangannya, “Apa yang ingin kamu lakukan?”

“Aku melihat papaku tadi seperti itu, aku khawatir dia akan memukul mamaku.”

“Tidak, mereka itu …… mereka sedang bermain permainan?”

“Bermain permainan? Kamu bohong, mengapa permainan harus mendiskusikan siapa di bawah dan siapa diatas?”

Helena jalan kemari, batuk, mengulurkan tangan, mengetuk pintu, “Itu, Devan, sudah waktunya untuk makan.”

Tifa menempelkan telinganya dipintu dan bersandar dipintu.

Clover mendengarnya, mengerutkan kening, dan mendorong Devan dengan kuat, dan cepat membuka pintu kamar, kemudian, Tifa yang tanpa persiapan jatuh kedalam pelukan Clover.

Kemudian kedua orang itu jatuh kelantai.

Kemudian Devan datang dengan langkah besar, membantu Clover berdiri dan membawanya kedalam pelukan, dan bertanya dengan khawatir: “Kamu baik-baik saja?”

Dari awal hingga akhir dia tidak melihat Tifa yang masih terbaring dilantai.

“Kak, apakah kamu masih manusia? Aku juga adikmu……” Tifa bangkit duduk, dan berteriak kepada Devan, tetapi sebagai pengganti itu, Devan hanya memberinya pandangan cemooh.

Tifa membuka mulut, berpura-pura menangis dengan keras, bangun dari lantai dan keluar dari kamar, “Ma, kakak mengancamku……”

Mendengar tuduhan itu, Clover mendongak menatap Devan, “Apakah adikmu ini biasanya juga seperti ini?” Tifa yang ada dirumah sakit dan Tifa yang sekarang benar-benar sangat berbeda.

Devan dengan dingin berkata “kekanak-kanakan.”

Simon berdiri disisi pintu, melihatnya berjalan keluar, dia langsung maju memeluknya, “Mama……”

Clover memeluk Simon dengan erat, “Simon, mama seharusnya tidak menyembunyikannya dari mu, mama minta maaf, apakah kamu baik-baik saja beberapa tahun ini?” Clover melepaskan pelukannya dan menatap Simon dari atas sampai bawah.

Simon mengangguk, merasa malu “Baik-baik saja, hanya saja …… merindukanmu!” setelah berkata, dia mendongak kepalanya dan tidak membiarkan air matanya mengalir turun, berbeda dengan Simon yang cengeng dulu, dia sekarang menjadi lebih gagah.

Clover megingat-ingat, berhenti sebentar dan bertanya dengan lembut: “Apakah wanita itu pernah membuatmu kesal?”

Simon pastinya tahu siapa yang dikatakan oleh Clover, menggelengkan kepalanya dan menoleh kebelakang dan melihat Devan, “Ada papa, dia tidak berani macam-macam denganku.”

“Mama, aku tadi dengar nenek bilang bahwa kamu waktu itu ada kesulitan sendiri, dan terpaksa kemudian meninggalkanku, jadi, aku tidak menyalahkanmu.”

Clover tersenyum lega, dan menarik Simon kedalam pelukannya, “Simon, Mama berjanji padamu, mulai hari ini, mama tidak akan meninggalkan kamu lagi, tidak peduli apapun alasannya.” Beberapa tahun ini, dia benar-benar berhutang banyak kepada anak ini.

“Ayo turun makan dulu.” Devan menyela mereka, dibanding dengan tadi, ekspresinya agak santai.

“Tunggu, aku masih ada sesuatu untuk dibicarakan denganmu.” Setelah Clover berkata, berbalik badan, menunjuk kamar disebelah kanan, “Bibi Su sedang tidur siang.” Clover menganggukkan kepalanya, dan berlari santai ke kamar tidur itu.

Melihat punggung Clover, Devan mengerutkan keningnya, bingung.

Setelah beberapa saat, dia melihat Clover membawa seorang anak kecil keluar dari kamar itu.

Ketika Devan melihat penampilan anak itu dengan teliti, dia terkejut, bukankah anak ini adalah anak yang dia lihat ketika pernikahan sepupunya?

Hanya saja, dia ……

“Maksudnya apa ini?” pandangan Devan sangat dalam, Yuta pernah berkata kepadanya bahwa Clover melahirkan seorang anak perempuan lagi, pada saat itu, ketika dia mendengar bahwa Sherin tidak meninggal, dia sangat senang dan tidak menghiraukan tentang anak kecil ini.

Clover meremas kepala Momo, menurunkan kepalanya dan perlahan berkata: “Momo, panggil dia.”

“Hallo paman.”

Paman? Clover melihat Momo dengan heran, dia jelas-jelas tadi sudah mengajarinya untuk memanggil ayah.

Tanpa melihat ke Devan saja dia sudah bisa merasakan pandangannya yang dingin.

Setelah sekian lama sunyi, Devan berkata: “Milik siapa?”

Novel Terkait

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu