Cantik Terlihat Jelek - Bab 586 Setelah 18 Bulan

Dia, tidak boleh membebani Raven!

Di dalam rumah hening begitu lama, Hutu akhirnya berdiri, "Baiklah! Kamu atur saja!"

Didalam drama, adegan yang paling kejam akhirnya juga terjadi di dalam kehidupan nyata.

Dia sungguh ingin melawan akal sehatnya berdiskusi dengan kakek.

Tapi jelas sekali, akhir yang dia mau, dia tidak senang, Raven juga belum tentu bisa senang selamanya.

Dia harusnya orang yang berdiri di puncak.

Harusnya......

Setelah 18 bulan.

" Tutu, kamu ada dengar tidak? Sekarang Paman Mudamu sudah menjadi general manager di opm, dan juga mempunyai separuh bidang IT di dalam negri."

Nini memegang segelas wine, sambil menggoyangkannya, sambil video call dengan Hutu .

Hutu memakai sebuah kacamata berbingkai hitam yang tebal, kepalanya tertunduk, sedang menggambar sesuatu di atas kertas putih.

Mendengar Nini berkata demikian, dia tidak ada reaksi apapun, hanya saja tangannya menjadi lebih cepat.

" Tutu, kudengar sekarang Paman Mudamu menjadi orang rebutan anak gadis orang kaya di dalam negri, orang yang ingin dinikahi."

Hutu tetap tidak mengangkat kepalanya.

"Sudahlah, tau kamu sebuah boneka, kalau tidak yang menggemparkan, kamu tidak akan ada reaksi, dia sudah datang ke negara D, saat ini, berada tidak sampai jarak 10 meter dariku, mau lihat tidak?"

"Ka." Tinta pensil di dalam pensil patah.

Hutu dengan cepat melihat Nini, menelan air liurnya, wanita itu tersenyum, kamera pelan-pelan berpindah, sebuah bar muncul di hdapannya.

Akhirnya, video itu berhenti di sebuah tempat.

Jaraknya sedikit jauh, cahaya juga sangat remang, tapi saat cahaya remang itu menyoroti wajahnya, detak jantung Hutu bertambah.

Paman Muda, itu dia!

Kenapa dia datang sini? Untuk membahas pekerjaan, dinas, atau......atau karena dia?

Tidak, tidak mungkin karena dia.

Matanya terpejam, adegan meninggalkan tahun itu, pelan-pelan muncul di otaknya.

"Paman Muda, kamu merasa tidak kita sedikit tidak cocok!"

Pembukaan yang sederhana dan kasar, saat ini, dia masih berbaring di dalam pelukan Raven.

Setelah selesai olahraga spesial, mereka berdua sangat santai.

Tangan Raven memijit pelan kepalanya, lalu mencium keningnya, dengan tidak setuju berkata: "Aku sudah bilang, saling melengkapi, sudah pas!"

Jelas-jelas dalam hati, tapi Hutu memutarkan badannya, keluar dari pelukannya, nada bicaranya juga sedikit mengejek, "Kamu merasa pas, tapi kamu tidak tau, secapek apa hidupku bersamamu."

Hutu membelakanginya, nadanya terdengar santai, sebenarnya, setelah mengatakannya, dia menggigit bibirnya kuat, memaksa dirinya tidak boleh nangis.

Setelah hening begitu lama, baru terdengar suara, "Maaf."

Badan Hutu menjadi kaku, dia berdiri, turun dari tempat tidur, dibungkus spresi, berjalan keluar, dia tidak bisa melihat bagaimana ekspresi Raven, tapi mendengar dia juga ikut turun dari tempat tidur.

" Tutu ......Hari yang dilalui bukan main-main, aku sangat maaf, tidak bisa membuatmu santai, tapi aku pernah mengatakannya, kamu boleh tidak peduli."

Nada bicara Raven jelas sedikit buru-buru.

Dia jarang sekali mempunyai perasaan naik turun sebesar ini.

Hutu menarik hidungnya.

Langkahnya terhenti, "Aku bukan batu, mana mungkin tidak peduli? Paman Muda, sebenarnya aku lelah sekali!"

Setelah mengatakannya, dia dengan cepat masuk ke ruang tamu di depan, dengan kuat menutup pintu dan menguncinya.

Berbaring di atas tempat tidur, dia lama sekali menangis tanpa suara.

Dia mendengar ketukan pintu Raven yang tidak hanya sekali, dia ingin membuka pintu, ingin mengatakan, dia bisa tidak mempedulikan cara pandang orang lain, juga tidak peduli bagaimana membicarakannya, tapi, dia tidak bisa tidak mempedulikannya, tidak bisa.

Saat masih muda, dengan polos mengira dua orang mempunyai cinta, maka akan bisa senang selamanya.

Malah mengabaikan bahwa cinta hanyalah satu bagian dari kehidupan.

Dia bisa menganggap Raven menjadi seluruh hidupnya, tapi Raven tidak bisa.

Hari kedua dia bangun, memang benar dia tidak tidur semalaman.

Saat keluar, asap rokok memenuhi rumah, kabut sekali sampai dia batuk pelan beberapa kali.

Berjalan ke ruang tamu, Raven berbaring seperti itu di sofa.

Tidak menggunakan selimut, satu kakinya terjatuh di atas lantai, seluruh orangnya tampak menggenaskan.

Dia sangat sedih.......

Tapi dia tidak maju mendekatinya, dia mengambil tas, menukar sepatu, dan pergi.

Ini pertama kalinya dia pergi ke kantor sendirian setelah bekerja.

Saat Raven meneleponnya, kebetulan dia sedang mencetak dokumen, menekan tombol menolak, dia menelepon lagi, Hutu langsung mematikan handphone.

Dia yang sekarang mirip sekali dengan anak-anak yang keras kepala.

Dia membuat surat pengunduran diri, karena dia hanya seorang karyawan magang, ingin mengurus surat pengunduran diri sangat mudah.

Saat Raven datang, Hutu sedang mebawa dokumen dari atas kantor ke lantai bawah.

Menahan lengannya, Raven menariknya sampai ke dalam mobil di parkiran basement di bawah.

"Kamu katakan, aku harus bagaimana agar hatimu bisa lebih nyaman."

Setelah Raven mengatakannya, sedikit tidak berdaya menghela nafas, kedua tangannya terulur, saat yang sama berpangku pada setir, menampakkan perban putih yang melilit lengannya.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu