Cantik Terlihat Jelek - Bab 551 Kegelisahan Di Dalam Hati

Weni berkarakter introvert, perkataannya juga tidak banyak, dan hampir mirip dengan Hutu, hanya saja wanita itu agak nakal, sedangkan Weni adalah seorang pendiam.

Mereka berdua bercanda sepanjang jalan, dan waktu juga berlalu dengan cepat.

Pemandangan di Desa Salju sangat indah, agar lebih aman, mereka berdua menginap di hotel terbesar di sana.

Di sana dapat melihat pahatan es dimana-mana, ini membuat Hutu dan Weni yang besar di kota bagian selatan, merasa sangat gembira.

Pelayanan di hotel sangat bagus, pada malam tahun baru, mereka diundang untuk mengikuti sebuah acara di dalam hotel.

Yang mengikuti acara itu adalah pria dan wanita muda, yang terlihat sangat ramai.

Pada saat itu banyak orang yang datang untuk mengajak minum, mengetahui dirinya alergi dengan alkohol, Hutu menolak semuanya.

Weni minum sangat banyak, tampaknya ada sesuatu yang terpendam di dalam hatinya, setelah meminumnya, dia terus menangis, dan masih ingin meminumnya lagi.

“Apakah perlu dibantu olehku?”

Ketika Hutu sedang membantu Weni untuk berjalan, dengan sedikit tak berdaya, Elisa muncul.

Di sampingnya terdapat seorang pria yang gagah, mereka bergandengan tangan, bahkan pria itu merangkul pinggangnya, dan mereka terlihat sangat mesra.

Hutu membuka mulutnya, dia mengira dirinya melihat salah orang, lalu dia menatap wanita itu sejenak lagi, dan setelah dipastikan, dirinya baru berkata, “Kak Elisa, kenapa kamu juga di sini?”

Sebenarnya yang ingin ditanyakan oleh Hutu adalah, kenapa kamu bersama pria lain, bagaimana dengan paman muda?

Elisa melepaskan tangan pria itu, “Kamu tunggu sebentar!”

Selesai berkata, wanita itu berjalan ke arahnya, dan membantu Hutu untuk bersama-sama membawa Weni ke kamar.

“Ayo, aku menemani kamu untuk membawanya ke atas dulu.”

Setelah sampai di kamar, dan menenangkan Weni, Elisa pun hendak pergi.

“Kak Elisa, kamu……kamu bersama paman mudaku……” Hutu memanggilnya, dia ingin mengatakan sesuatu tetapi terhenti.

Elisa mengerutkan bibirnya, dan berkata, “Kami suduh putus.”

Hutu terkejut, dan mendongak untuk menatap Elisa, dia merasa sedikit tidak dapat disangka.

“Kenapa?”

Kemarin di rumah paman muda, reaksi paman muda, jelas-jelas terlihat sangat berperasaan terhadap Elisa.

Selain itu, paman muda juga membawanya pergi bertemu dengan kakek.

Kenapa bisa putus?

Elisa berbalik, dia menatap Hutu, dengan senyuman yang tipis, lalu dia menarik kursi di sampingnya, dan duduk di sana, dengan menyilangkan kedua tangan di depan dadanya, sambil menatap Hutu.

Hutu sedikit tidak tenang, dia menundukkan kepalanya, dan tidak berani untuk menatapnya.

“Kenapa? Aku juga ingin mengetahuinya.”

Elisa menghela nafas, dan berkata: “Kemarin, sejak meninggalkan rumah sakit, kami berdua sudah putus.”

Hutu tertegun, hatinya sedikit kacau, dia mengambil setengah botol air di meja, dan segera menghabiskannya, dengan tergesa-gesa, yang membuatnya tersedak, dia batuk dengan ringan, kemudian dirinya menerima tisu yang diberikan oleh Elisa, dia pun mulai mengatur nafasnya.

Setelah sejenak, Hutu menjadi agak tenang, dan melemparkan senyuman kepada Elisa, “Kak Elisa, kamu begitu luar biasa, pasti akan menemukan seorang pria yang lebih baik lagi dari paman mudaku.”

Elisa bangkit, dan menatapnya, dengan tatapan yang sedih, “Luar biasa? Apa gunanya.”

Selesai berkata, Elisa berbalik, setelah berjalan dua langkah, dia berbalik lagi untuk menatap Hutu dan berkata: “Jaga diri yang baik, aku pergi dulu.”

Melihat wanita itu pergi, hati Hutu mulai berdebar lagi.

Paman muda sudah putus dengan Elisa, kenapa? kenapa?

Karena bertemu dengan Elisa, dua hari berikutnya, suasana hati Hutu menjadi terpengaruh.

“Hutu, aku melihat dua hari ini, kamu terlihat sedikit linglung, apakah terjadi sesuatu?”

Weni dapat melihat Hutu tampak tidak seperti biasa, dan bertanya padanya.

Hutu menatapnya, dan menggelengkan kepalanya, paman muda, adalah rahasia yang tidak boleh diungkapkan oleh dirinya, siapa pun orang itu.

Setelah pulang dari kota bagian barat, Hutu bersilahturami ke rumah kakeknya, kemudian mana pun dia tidak ingin pergi, dengan beralasan capek, dia berbaring di ranjang, untuk membaca buku, menonton TV, dia pun mengambil ponselnya, dan melihat nomor Raven dengan bengong.

Percintaan adalah suatu hal yang menyiksa orang.

Jika tidak mendapatkannya, bahkan akan membuat orang itu menderita.

Awalnya Hutu sudah menyerah, dan putus asa, tetapi perkataan Elisa, memberikan harapan kepada dirinya lagi.

Sekolah dimulai pada tanggal tujuh belas bulan ini.

Pada tanggal enam belas, Hutu sudah pergi ke kota A, dia berbohong kepada Sako, dengan mengatakan ingin mengemas kostnya.

Setelah turun dari kereta, Hutu naik taksi, dan segera pergi ke rumah Raven.

Hutu juga mengalah pada sikapnya sendiri yang seperti seorang anak kecil, dan selalu bimbang dalam mengambil keputusan.

Tidak ada orang yang berada di dalam rumah, Hutu mengetuk pintu sepanjang hari, juga tidak ada yang akan membukanya.

Hutu ingin mengirimkan pesan kepada Raven, untuk menanyakan kapan dia akan pulang, tetapi dirinya tidak berani.

Kemudian, Hutu duduk di atas tangga untuk menunggunya.

Pada awal tahun baru yang baru mulai bekerja, banyak hal yang harus dilakukan, banyak software yang perlu diperbaharui.

Raven sibuk sampai jam sebelas malam, baru dapat pulang ke rumahnya.

Mobilnya diparkirkan di luar rumahnya, kakinya baru saja dikeluarkan, perhatian Raven sudah ditarik oleh sosok yang duduk di atas tangga.

Malam hari yang minim penerangan, dan jarak yang jauh, membuat Raven tidak dapat melihat siapa orang itu, tetapi dia sudah mengetahui di dalam hati, siapa orang itu.

Raven menutup pintu mobilnya dengan pelan.

Kemudian berjalan menuju ke rumahnya.

Hutu sedang membaca novel, ketika duduk di luar pada malam hari, akan merasa sangat dingin, jadi dia mencari sesuatu untuk mengisi waktunya.

Kebetulan alur novel yang dibacanya sedang mencapai klimaks, jadi, Hutu tidak memperhatikan suara mobil Raven, dan juga langkah kakinya. Ketika di hadapannya terdapat sepasang kaki, Hutu baru menyadarinya, dan segera menyimpan ponselnya, lalu dia mendongak, sambil berkata, “Paman muda.”

Sambil memanggilnya, Hutu sambil berdiri, mungkin karena dia duduk terlalu lama, dan berdiri dengan tiba-tiba, membuat kakinya kesemutan, dalam seketika dia terjatuh ke dalam pelukan Raven.

Raven tidak bergerak, dan membiarkannya dalam posisi seperti itu.

Setelah sejenak, Hutu merasa agak membaik, dia bangkit, dan mencubit kakinya, “Kesemutan.”

Selesai berkata, Hutu tidak berani untuk melihat Raven lagi.

Raven tidak berkata, dia hanya mengambil koper yang ada di sampingnya, dan masuk ke dalam rumah.

“Paman muda, kamu sudah putus dengan Elisa?”

Ketika masuk, Hutu mulai bertanya.

Gerakan Raven yang sedang mengganti sepatunya terhenti, dia berbalik, dan menatap Hutu dengan tatapan yang mendalam.

“Jika ingin menginap di sini, jangan berkata terlalu banyak.”

Raven berbalik, lalu menuju ke dalam dapur, dia mengambil sebotol air yang ada di kulkas, dan meminum setengah botol air itu.

Air yang dingin mulai masuk dari tenggorokannya ke dalam kerongkongannya, dan masuk ke dalam perutnya, yang membuat Raven dapat memadamkan rasa panas di dalam tubuhnya.

Raven merasa dirinya hampir gila.

Ketika tadi wanita itu terjatuh, Raven tidak mengetahui seberapa besar kekuatan yang dirinya keluarkan, untuk menahan keinginan dirinya untuk memeluk wanita itu.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu