Cantik Terlihat Jelek - Bab 710 Hubungan Suami Istri Setiap Hari (#)

ada revisi Selvi diubah menjadi Fisi tangal 05/08/20 dari bab 702

Teringat kata-kata Velve kemarin malam, Mimi mengangguk, “Baik, kamu pergi beritahu Kakek buyut, kami akan pergi sekarang.”

Bedu Han mengangguk, berjalan turun dari pangkuan Mimi, menoleh melihat Aderlan, “Paman, mamaku berkata lelaki sejati, tidak boleh menangis!”

Senyum merekah di wajah Mimi, menepuk kepala Bedu Han.

Saat pintu tertutup, Mimi mendorong Aderlan, “Bangunlah, kakek mencari kita!”

Aderlan tidak menjawab.

Mimi belajar dari pengalaman terakhir, tidak menarik dia, berdiri, tapi malah ditarik oleh Aderlan, menekan kedalam pelukan dan mencium, baru melepaskannya.

Di dahinya, keringatnya sudah meluap.

Mimi dengan tidak sadar melihat ke arah bawah tubuhnya, tidak berkata, dengan cepat keluar dari kamar, “Aku tunggu dliuar.”

Beberapa menit kemudian Aderlan baru keluar, sudah kembali ke situsasi normal seperti biasa.

Mimi diam-diam melihat dia, dengan senyum melihat dia.

Kamar Kakek Mo.

“Maksudku orang tua ini, selesaikan pernikahan setelah tahun baru, umur kalian tidak muda lagi….”

Mengatakan sampai disini, tiba-tiba berhenti, melihat Jina, “Apa yang ingin kamu katakan, katakanlah!”

Jina buru-buru maju, lalu memberikan buah yang sudah dikupas kepada Aderlan, “Nah, Anakku, makan ini sedikit, aku lihat tadi pagi kamu tidak makan banyak.”

Aderlan menerima buah, juga sekalian menerima pisau buah di tangan dia, membelah apel menjadi dua.

Menyodorkan setengah kepada Mimi.

Gerakan yang alami itu, membuat Jina emosi sampai matanya memerah.

Orang-orang mengatakan jika sudah memiliki istri maka akan melupakan ibu, dia tidak pernah percaya, kali ini melihat sendiri akhirnya percaya.

Karena marah, juga tidak mempedulikan Kakek Mo yang menyuruh dia mengutarakan pendapat, langsung berbalik dan pergi.

Teigen dan Jina sudah hidup bersama beberapa tahu, apakah masih tidak bisa mengerti istrinya sendiri, dia buru-buru mengejar.

Teigen tidak memiliki minat untuk berbisnis, 2 tahun selama tubuh Kakek Mo tidak baik, benar-benar memaksa diluar kemampuannya, tapi, walaupun di perusahaan, sebagian besar masalah, di urus oleh kakak besar keluarga Mo, ini juga merupakan alasan kelak perusahaan Mo akan menemui masalah.

Dan dia, tidak hanya tidak mengurus urusan perusahaan, urusan rumah, dia juga selalu tidak peduli, jadi, hal ini, dia hanya melewati saja.

“Apa yang membuatmu marah, dulu saat kita masih muda, bukankah begitu juga?”

Selesai berkata, mengulurkan tangan menarik lengan baju Jina, “Anak cucu memiliki keberuntungan sendiri, untuk apa kamu begini?”

“Tapi aku tidak menyukai wanita itu, anak yang aku anggap sebagai pusaka, kamu lihat demi dia, beberapa tahun ini, membuat banyak kesalahan, keluarga Mo demi dia, hampir di buat hancur, dia itu tidak cocok dengan keluarga kita, apakah kamu tidak mengerti?”

Semakin di katakan semakin merasa sedih, air matanya mengalir jatuh.

Setelah masuk ke kamar, duduk di sisi ranjang, tidak berhenti menyeka air mata.

Teigen menutup pintu kamar, berdiri disebelahnya, “Bukankah kamu mengatakan akan mencoba untuk menerima? Kenapa membuat keributan lagi?”

Jina melihat dia, “Aku juga ingin mencoba menerima, tapi lihatlah, anak kita, sangat berbakat, tapi wanita itu, kamu lihat dia, aku… aku benar-benar semakin melihat semakin merasa kesal.”

“Kenapa dengan Mama?” Jina tiba-tiba pergi, Mimi bertanya kepada Aderlan dengan ekspresi bingung.

Aderlan meletakkan tangan di bahu dia, melihat ke belakang, “Tidak apa-apa.”

Mendongak, lalu melihat Kakek Mo, “Kakek, hal ini, jangan terburu-buru dulu, bicarakan lagi nanti setelah tahun baru!”

“Jangan terburu-buru, kalian tidak buru-buru, aku sudah tua, masih bisa hidup berapa tahun lagi, sebelumnya mengizinkan kamu meminang, kamu tidak mau, sekarang sudah meminang malah tidak mau menikah, apakah aku masih bisa mengharapkan kelahiran cicitku?”

Mimi menelan air ludah, kakek ini, benar-benar bicara dengan tidak menyembunyikan.

Tapi, ini juga adalah sifat manusia.

“Kakek….”

“Sudah sudah, kalian pergilah, biarkan aku tenang.”

Kakek terlihat jelas sudah marah.

Mimi dan Aderlan bertukar pandang, bangkit berdiri, memegang tangan Kakek Mo, lalu berbisik di telinganya.

Melihat wajah Kakek Mo yang tiba-tiba berubah menjadi hangat, melihat Mimi, “Apakah benar yang kamu katakan?”

Mimi berjalan mundur satu langkah, sedikit tersenyum mengangguk, “Apakah aku masih berani membohongimu?”

Keluar dari kamar Kakek, Aderlan bertanya kepada Mimi, “Sebenarnya apa yang kamu katakan kepada Kakek? Dia langsung terlihat senang.”

Mimi merangkul tangan Aderlan, menjawab sambil berjalan santai, “Aku mengatakan kepada dia, kita tidak menunda kehamilan, jika sudah hamil, tidak menggelar pernikahan, juga tidak salah, jadi, kapanpun menggelar pernikahan, tidak begitu penting.”

Saat mengatakan ini, kebetulan melewati kamar Jina, dan kebetulan Jina bersiap untuk keluar, mendengar itu, dia hampir pingsan, memegang gagang pintu, menarik nafas.

“Kamu dengar, dengar, wanita mana yang bisa berkata begitu? Hamil sebelum nikah, dia jelas-jelas ingin menguasai putra kita.”

Teigen memapah dia, membawa dia kembali duduk di atas ranjang, “Kamu terlalu kaku, mereka berdua kemarin sudah mendapatkan buku nikah, masih mengatakan menguasai atau tidak, walaupun benar-benar sudah hamil, maka itu sudah legal.”

“Memangnya kenapa jika sudah mendapatkan buku nikah? Asalkan tidak menggelar pernikahan, orang luar tidak akan tahu jika dia adalah anggota keluarga Mo.” Dia bergumam dengan suara rendah.

“Jina!” Suara Teigen, tiba-tiba meninggi.

Jina memegang dadanya, mendongak melihat Teigen, “Sedang apa kamu? Membuatku terkejut saja.”

Wajah Teigen menjadi suram, pandangan matanya juga menjadi tajam, “Aderlan sudah melewati banyak kesulitan demi dia, dan kamu juga bukannya tidak melihat, jika kamu ingin memisahkan mereka berdua lagi, aku lihat seumur hidup ini, tidak ingin menggendong cucu lagi.”

Sejak mereka berdua menikah sampai sekarang, saat Teigen memarahi Jina seperti ini, bisa dihitung, dan berbicara dengan wajah suram seperti ini, sangat jarang.

Tapi, orang keluarga Mo tahu jelas, Teigen, walaupun tidak suka mengurus masalah, bukan berarti dia tidak kompeten, sebaliknya, tidak peduli dalam IQ ataupun EQ, selalu tidak rendah.

Hanya saja harapan pada kehidupan berbeda, lebih takut merepotkan, lebih baik tidak mengurus banyak.

Walaupun begitu, bobot dalam kata-katanya, di keluarga Mo tidak pernah membuat orang merasa ragu.

Melihat dia begitu kesal, Jina merasa sedikit bersalah.

Pemikiran yang muncul, ditekan kembali kedalam.

“Kamu benar-benar berpikir begitu, jika sudah hamil, maka kamu akan melahirkan?” Aderlan menggunakan kesempatan lampu lalu lintas untuk berhenti, menoleh bertanya kepada Mimi.

Mimi masih mengirimkan pesan kepada Fisi Zhou, sedikit tidak fokus, mendengar pertanyaan Aderlan, mengumpulkan pikirannya.

“Apa kamu tidak menginginkan?”

Dia sebenarnya tadi bukan hanya menghibur kakek, dengan umur seperti dia, jika memiliki anak, sudah merupakan hal yang normal.

Lagipula, dia memang bersedia melahirkan anak miliknya dan Aderlan.

“Benih saja belum disebarkan!”

Kata-kata bernada kesal ini, membuat Mimi mengernyit, mengira jika dia salah dengan, lalu menoleh melihta Aderlan, keluhan yang tidak puas ini, membuat dia tidak tahan untuk tertawa ringan.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu