Cantik Terlihat Jelek - Bab 644 Apa Yang Disebut Dengan Tidak Benar?

Aston jarang-jarang bisa berada di rumah, duduk di sofan dengan mengenakan piyama sambil memakan kuaci.

"Apa kabar Kak."

Dia menyapa, mungkin karena Aston ke bar hari itu membuatnya "Mengubah pandangannya", dan ketika saat ini melihat Kakak lagi, dia selalu memiliki rasa canggung yang tidak bisa dijelaskan.

Aston mengangguk dan menunjuk ke belakang, "Kakek ada di lantai atas, naiklah!"

Mimi baru berjalan dua langkah, tiba-tiba Aston memanggilnya, "Kamu ambil jurusan apa di universitas?"

Terhadap rasa peduli yang sangat tiba-tiba ini, Mimi tertegun dan baru menjawab, "Infrastruktur."

"Infrastruktur?" Aston memandangnya dari atas ke bawah, bangkit berdiri dan bertepuk tangan, "Memiliki pemikiran yang cukup bagus."

Mimi tersenyum, tidak banyak menjelaskan.

Dia selalu merasa bahwa Aston Mo ini sedikit suram, dan dia tidak suka berbicara dengan orang-orang seperti itu.

Naik ke atas, pintu kamar Kakek tidak tertutup, dan terdengar suara tawa yang berterusan dari dalam kamar.

Dia berdiri di pintu, hanya melihat Velve dan Kakek sedang bermain catur.

Wajah Velve terlihat kemerahan, kejadian terakhir kali seharusnya tidak ada pengaruhnya sama sekali padanya, dan tampaknya sudah diselesaikan.

"Kakek, sifat Aderlan biasanya suka sedikit sembarangan, tapi sebenarnya dia cukup tahu jarak."

Dia mendengar Velve berbicara pada Kakek.

Kakek Mo menunjuk catur di atas meja, "Diri sendiri sudah hampir dibohongi orang, dan masih ada pikiran untuk mengatakan hal-hal baik tentang orang lain?"

"Kakek, aku tidak begitu penting, tetapi jika tidak membimbing Aderlan dengan baik, aku khawatir dia akan salah jalan."

"Mengapa kamu tidak penting? Dalam hati Kakek, dari beberapa anak, kamu adalah anak yang paling patuh dan pengertian, jika Kakak perempuan terbesarmu itu memiliki sedikit …."

Kata-kata itu langsung terhenti ketika melihat Mimi yang berdiri di luar pintu.

Kakek Mo sedikit kaget dan langsung bangkit berdiri, "Mimi, kapan kamu datang?"

Velve juga bangkit berdiri, lalu melangkah maju dan menarik Mimi, "Mimi, sini sini, cepat duduk, datang melihat aku dan Kakek bermain catur?"

Mimi mengangguk, "Kakek, apakah tubuhmu sudah baik-baik saja?"

Tawa Kakek Mo semakin cerah, "Baik baik, kalian datang menemani diriku yang tua ini, semuanya baik."

"Kakek, aku lihat Mimi datang untuk melihat Aderlan, iya kan!"

Duduk, Velve pun mulai bercanda.

Mimi ingin mengatakan tidak, berpikir sejenak dan sekaligus bertanya langsung: "Ya, aku datang untuk menemui Kakek juga sekaligus datang untuk melihat Kak Aderlan, dia, apa baik-baik saja?"

Kakek melempar catur di tangannya ke atas meja dan mendengus dingin, "Orang sepertinya ini, memang harus mengalami sedikit kesusahan, selama ini keluarga kita tidak pernah ada orang yang begitu merusak nama keluarga."

Setelah berbicara, Kakek pun batuk beberapa kali.

Velve bangkit dengan cepat dan membantu menepuk punggungnya, "Kakek, bukankah Aderlan sudah mengatakannya? Kelak dia tidak akan berhubungan dengan orang itu lagi, jadi Anda jangan membahasnya lagi."

Tangan Mimi kaku di udara, dan tidak turun dalam waktu yang lama, tidak akan berhubungan dengannya lagi.

Apa dia telah percaya dengan kata-katanya? Percaya bahwa dia seorang pembohong besar?

Ya, dia seorang pembohong, tapi itu hanya identitas saja!

"Kamu lihat, seorang wanita di bar menemani minum, ini saja, sudah tidak mungkin seorang wanita yang baik-baik."

Baik-baik? Apa itu baik-baik? Mimi mengingat Aston dengan pesona meraba pahanya, benar-benar tidak tahu jika Kakek mengetahuinya akan memiliki pemikiran apa.

Namun, tentu saja dia tidak akan menjelaskan banyak hal untuk Rozi.

Bagaimanapun, tidak akan ada nanti lagi.

"Dia ada di kamar, atau kamu pergi melihatnya?" tiba-tiba, Kakek Mo berkata kepada Mimi.

Mimi melihat ke depan, berpikir dan menggelengkan kepala.

Mengetahui bahwa dia baik-baik saja, itu sudah cukup.

Dia yang sangat membenci Mimi, mengapa harus menambah masalah untuknya?

"Kamu lihat gadis yang begitu baik, dia tidak menyukainya, yang disukainya malah wanita luar yang sembarangan itu."

Kakek menghela nafas lagi.

Mimi menggigit bibirnya dan tersenyum canggung, tak bisa berkata-kata.

Saat makan siang, Aderlan turun ke bawah dengan mengenakan piyama, satu kancing di bagian kerahnya terbuka satu, rambut yang sedikit berantakan, tapi malah menambah keseksian dirinya.

Saat makan, dia tidak mengatakan sepatah kata pun.

"Aku dengar proyek di Kota Nan telah kamu dapatkan." Teigen tiba-tiba berbicara.

Sayur di sumpit Mimi langsung jatuh ke piring, mengingat terakhir kali dia mengundangnya pergi ke pesta, dia tersenyum cerah sambil menatap Aderlan.

Aderlan, maaf, Rozi tidak bisa menepati kata-katanya.

Mungkin karena merasakan tatapannya, Aderlan mengangkat kepala lalu meliriknya sekilas, mengerutkan kening dengan wajah yang jijik.

Mimi sudah memiliki persiapan sejak awal, dia menganggukan kepala, tetapi tidak memberinya perasaan yang mendalam.

"Proyek apa?" Jina bertanya.

"Masalah pembangunan kereta ringan di bawah tanah di pusat perbelanjaan dan tiga perumahan besar, aku lihat berita telah disiarkan, Aderlan, kali ini kamu pasti terkenal."

Velve berbicara sambil mengambil sepotong ikan untuk Aderlan, "Ini, makan yang banyak."

Aderlan melihat Velve, wajahnya sedikit menenang, "Kakak kedua, kamu sudah boleh mempertimbangkan untuk menikah?"

Mata Jina terus berputar di antara mereka berdua, dan akhirnya berhenti pada Velve, "Velve, kamu sudah punya pacar, orang mana? Mengapa Ibu tidak mendengarnya?"

Velve terkejut sampai bangkit berdiri, dan terus melambaikan tangan, "Ibu, tidak ada, tidak ada, aku … tidak ada."

Setelah berkata, dia memelototi Aderlan sekilas.

Aderlan ragu-ragu sejenak dan mengalihkan topik pembicaraan, "Tanggal 2 bulan depan, ketika proyek di sana akan dimulai, kalian semua harus menghadirinya."

Kakek Mo meletakkan pisau di tangannya dengan pelan di atas meja makan dan memandang Aderlan, "Jika kamu butuh sesuatu dan ada hal yang bisa dibantu bicarakanlah dengan Ayahmu, bagaimanapun usiamu masih sangat muda, melakukan sesuatu harus tahu bernegosiasi, jangan terlalu sembarangan."

Aderlan tidak menjawab, Jina menarik lengan bajunya, dan Aderlan baru mengangguk, "Mengerti, Kakek."

"Mimi, tanggal 2 bulan depan kamu juga ingat untuk datang!"

Tiba-tiba Kakek mengalihkan pembicaraan dan menoleh ke Mimi.

Mimi tanpa sadar langsung mendongak, dan menatap Aderlan, sedangkan pihak lain sibuk melahap makanannya, bahkan sama sekali tidak melihatnya sedikit pun.

Dia mengembang kempiskan pipinya dan tertawa, "Kakek, aku masih tidak tahu hari itu ada kelas atau tidak, sampai saatnya aku baru menjawab Anda, ya?"

"Aku sudah memeriksanya, hari itu adalah hari sabtu, Mimi, Kakek memintamu untuk datang, jadi kamu harus datang, mungkin kamu bisa melihat banyak lelaki tampan dan kaya hari itu, dengan wajahmu ini, mungkin saja ada jodoh!"

Velve berkata sambil melihat Aderlan, "Aderlan, bagaimana menurutmu?"

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu