Cantik Terlihat Jelek - Bab 634 Bertemu dengan Kakak Aderlan Mo di Bar

Pada kartu besi tertulis serangkaian alamat rumah dan nomor kontak.

Mimi benar-benar tertegun, "Kamu punya rumah? Kamu juga punya keluarga? Lalu mengapa kamu pergi mencuri barang? Dan juga, mengapa kamu tidak pulang ke rumah? Aku mengira kamu tidak punya rumah?"

Setelah bergumam beberapa kata, pria di depannya tidak bereaksi sama sekali, Mimi memberinya tatapan bola mata ke atas, Mimi merasa jika dirinya terus tinggal bersama pria ini, lama-lama dirinya akan menjadi tidak normal.

Kemudian Mimi bangkit dan mengambil ponsel, kemudian menekan nomor telepon itu.

Keluarga pria itu tinggal di sebuah kota tua di kota A, bangunannya tampak sudah lapuk dan tua, terlihat seperti mudah goyah.

Seorang wanita paruh baya membuka pintu. Saat melihat pria itu, wanita ini langsung bergegas menyambutnya. "Aku minta maaf sekali. Terima kasih sudah menjaga Kimi. Kami telah mencarinya selama beberapa hari. Terima kasih banyak, terima kasih!"

Kimi? Mimi mengaitkan sudut mulutnya ke atas, kemudian menoleh, melihat ke arah pria itu dengan wajah tidak rela.

Entah kenapa tiba-tiba merasa tidak rela. Mimi merasa mungkin dirinya kekurangan hubungan kerabat.

"Kedepannya, jangan sembarangan pergi. Jika bertemu lagi dengan orang-orang jahat di hari itu maka akan sangat berbahaya," Mimi batuk pelan dan menginstruksi dengan sungguh-sungguh.

Pria itu antara mengerti dan tidak mengerti, kemudian mengedipkan mata ke arah Mimi.

Bulu mata yang panjang itu membuat Mimi tiba-tiba terpana sesaat, jika mengunakan kata-kata Rambo, Mimi adalah orang yang sangat menghargai penampilan, jika bertemu orang-orang tampan, maka dia akan terpana.

Dalam hal ini, Mimi mengakuinya!

Menyukai Aderlan, karena dia terlihat tampan, dan itu adalah nilai tambahannya.

Mimi tertawa dua kali, kemudian mengangguk pada wanita paruh baya itu, lalu berbalik dan pergi.

Awalnya Mimi mengira setelah perpisahan kali ini, mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu lagi dalam kehidupan ini.

Tetapi tidak diduga, bertemu kembali dalam waktu dekat.

Karena Kimi, Mimi tidak pergi ke bar lagi untuk menghitung gajinya dengan bos.

Jadi, pada hari Sabtu pertama setelah sekolah dimulai, Mimi membuat janji dengan bos untuk menghitung gajinya.

Universitas T dan bar berada di dua kota kecil di kota A. Jika naik kereta bawah tanah akan membutuhkan waktu satu atau dua jam, dan perlu melakukan transit beberapa kali di dalam perjalanan. Rambo mengkhawatirkan dirinya, saat tahu Mimi akan pergi ke bar untuk menghitung gaji, karena takut bos itu menipu Mimi, Rambo pun mengkutinya.

Karena waktu yang panjang, keduanya mengobrol.

Saat membicarakan suatu hal pada waktu bekerja di bar, Mimi tersenyum dan berkata:

"Sejak kecil, aku tidak tahu apa alasannya, orangtuaku tidak berada di sisiku saat aku dilahirkan. Aku dibawa ke gunung oleh kakekku sampai aku remaja berusia belasan tahun. Setelah kakek meninggal, barulah aku datang kemari. Sebenarnya, dalam kesadaranku, tidak ada perbedaan besar antara pria dan wanita. Selain itu, aku punya tangan dan kaki, aku tidak mencuri atau merampok. Aku merasa mendapatkan uang dari hasil kerja di bar adalah hal yang normal. "

Mimi menceritakan kisah hidupnya dengan tenang, berbicara sedikit tentang hidupnya.

Mimi bukan bersikap arogan, tapi dia benar-benar tidak merasa hidup seperti ini sangat buruk.

Dulu pernah tinggal bersama Tuman sementara waktu.

Mimi sudah sering melihat orang-orang tingkat rendah menjalani kehidupan yang sangat sulit.

Rambo menatapnya dan diam cukup lama.

Setelah beberapa saat, emosinya kembali stabil, "Aku lihat kamu dan keluarga Mo memiliki hubungan yang sangat dekat. Apakah mereka tahu kehidupanmu yang seperti ini?"

Pada tahun ketiga sekolah menengah atas, banyak orang di kelas memperlakukan Mimi dengan berbeda karena hubungannya dengan keluarga Mo.

Tapi, hanya Rambo yang tidak mengatakan apapun.

Mimi sangat senang dan juga berterima kasih, Rambo tidak pernah menanyakannya.

Mimi tersenyum dan berkata, "Kakek Mo dan kakekku adalah teman, dia juga ingin membantuku ..."

Sampai disini, Mimi menarik napas panjang, "Dia ingin aku menikah dengan Aderlan."

Karena jaraknya dekat, Mimi mendengar sangat jelas saat Rambo menarik napas.

"Menikah dengan Aderlan?"

Rambo berdiri dari kursinya, semua orang di dalam bus berbalik dan melihat dirinya.

Mimi menarik lengan baju Rambo, kemudian Rambo kembali tenang, dan berkata, "Busnya tidak seimbang."

Setelah duduk kembali, Rambo menatap Mimi, dan berbisik: "Kalau begitu ... maka kamu ..."

MImi tahu bahwa Rambo pasti sudah lupa, sebelumnya, Mimi sudah pernah menanyakan pertanyaan yang ditanyakan oleh Rambo.

Kemudian berpikir, Kemudian Mimi menceritakan hubungannya dengan Aderlan kepada Rambo.

Rambo demi dirinya meneteskan air mata dan merasa prihatin. Di dalam hati Mimi, Rambo adalah temannya, jadi Mimi tidak ingin terlalu banyak menyembunyikan sesuatu dari Rambo.

"Terakhir kali, dia memukulmu seperti itu, dengan demikian, kamu masih tidak bisa merelakannya?"

Terakhir kali saat Aderlan

memukul Mimi, Rambo mendengar dari pembicaraan orang lain di belakang. Pada saat itu, ribut dan bertengkar ingin membantunya mendapatkan keadilan.

Meskipun di depan Aderlan, Rozi mungkin tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan, tetapi kemarahan Aderlan hingga wajah memerah seperti itu, dalam hati Mimi sangat tahu bahwa Aderlan tidak sedang berpura-pura.

“Aderlan tidak tahu bahwa aku adalah Rozi,” Mimi menjelaskannya.

Rambo menghela napas dengan dingin, "Jika Aderlan benar-benar menyukaimu, bagaimana mungkin dia tidak menyadari sama sekali kalau kamu memiliki persamaan dengan Rozi."

Persamaan?

Bus kebetulan melewati terowongan, jendela kaca hitam menampilkan dirinya versi laki-laki.

Menyamar sebagai seorang pria, sebenarnya yang berubah adalah alis, rias mata, kulit dan bentuk mulut.

Ditambah lagi dengan gaya rambut, suara, dan lain-lain.

Jika tahu hubungan antara kedua orang, jika dilihat dengan cermat, sedikit banyak pasti bisa menyadarinya.

Mungkin di mata Aderlan, perasaan yang diberikan oleh Mimi dan Rozi padanya, perbedaannya terlalu besar.

Karena itu, Aderlan secara spontan tidak pernah menghubungkan hubungannya dengan Mimi.

Mimi menundukkan kepalanya dan menekan bibirnya, "Lupakan saja, bukankah semuanya sudah berakhir?"

Rambo meliriknya sekilas dan tidak mengatakan apapun lagi.

Tetapi Rambo merasa benar-benar bersalah dan tidak berguna.

Rambo merasa dirinya tidak bisa membantu Mimi.

Saat transit untuk terakhir kali, waktu sudah hampir jam tujuh malam. Langit sudah gelap. Rambo tiba-tiba menjawab telepon dan mendengarkannya, sepertinya seseorang telah dirawat di rumah sakit, wajah Rambo seketika menjadi pucat.

"Apakah ada suatu hal yang mendesak? Bergegaslah kembali. Aku bisa melakukannya sendiri."

Melihat Rambo yang masih ragu-ragu, Mimi menggoyangkan ponselnya, "Bagaimana kalau nanti kita berkomunikasi? Jika kamu mendengar sesuatu yang salah, kamu langsung menghubungi polisi. Bagaimana?"

Meskipun, pemilik bar itu tidak bertanggungjawab, tetapi, orangnya tidak jahat.

Soal gaji ini, bos itu mungkin tidak akan bersikap pelit.

Setelah berkata seperti itu, Rambo baru pergi.

"Baik! Hubungi aku kalau begitu."

Saat Mimi tiba di bar, dia pergi ke ruang tunggu terlebih dahulu dan bersiap untuk mengemas beberapa barang, barulah kemudian pergi mencari bos dan menghitung gajinya.

Baru saja selesai mengemas, Si Gendut berlari masuk ke dalam, "Abang Rozi, bos membawa beberapa wanita kemari dan menyuruhmu ke sana sebentar."

Rozi melihat terakhir kali dirinya dipukul, dan lengannya masih terbungkus dengan perban putih, kemudian menarik napas, mengambil baju hitam di sofa dan mengenakannya, sebelum keluar, dia merapikan lagi penampilannya.

Beberapa wanita muda berusia tiga puluhan dan empat puluhan tahun, berpakaian bagus dan memakai riasan yang segar. Kondisi mereka, masing-masing terlihat tidak memenuhi syarat.

Di antara mereka, ada seseorang wanita yang membuat Rozi terkejut, wajah wanita ini relatif muda dan terlihat sangat akrab.

Aston? Kakak pertama Aderlan?

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu