Cantik Terlihat Jelek - Bab 697 Mencarimu di Setiap Penjuru Dunia

Tiga tahun kemudian

Mimi meninggalkan Kota A. Kedua hari di Kota B.

"Rozi, gudang kerja ini agak sederhana. Meski kecil dan sederhana, tapi apa yang dibutuhkan tersedia lengkap di sini. Kamu tinggal saja di sini!"

Brendon menunjuk ke ruangan di depan, berkata kepada Mimi.

Mimi mengangguk, "Tidak apa-apa. Terima kasih, Kak Brendong. Ini sudah sangat bagus!"

Mimi tidak pernah menyangka pertemuan di bar pada bertahun-tahun yang lalu ternyata masih bisa bertemu kembali.

Brendon menepuk bahu Mimi, menunjuk ke pipinya, "Kamu benar-benar tidak mau memeriksa luka ini? Kamu memiliki penampilan yang bagus, jika luka ini meninggalkan bekas, penampilanmu akan tampak berkurang. Kamu belum menikah, bukan?"

Mimi menggelengkan kepala.

"Bekerja keraslah. Kak Brendon akan memperkenalkanmu pada gadis yang lebih baik lain hari."

"Terima kasih, Kak Brendon!"

"Oke, kamu baru saja melakukan perjalanan mobil selama seharian, istirahat dulu!"

Berbaring di tengah gudang sederhana, tidur di atas selembar kain yang agak kasar, air mata bergulir dari sudut mata Mimi.

Dia tidak pernah menyangka dirinya akan menyamar sebagai Rozi lagi, apalagi kembali menjalani kehidupan yang gelap.

Dia juga tidak pernah menduga orang yang mendesaknya ke situasi buntu ini adalah Aderlan.

Setelah Rambo datang menemuinya kemarin, dia merenung lama hingga memutuskan untuk meninggalkan Kota A. Ada terlalu banyak kenangan di Kota A, dia sama sekali tidak bisa tenang.

Malam di gudang sangat sunyi, bebas dari hiruk pikuk kota besar.

Dengan mata terpejam, beberapa orang dan beberapa kata kembali berputar di benak Mimi lagi.

"Aku berbaring di ranjang rumah sakit selama beberapa tahun, kenapa kamu tidak pernah menjengukku sekali pun?"

"Apakah kamu tahu, perasaanku merindukanmu berubah dari sakit menjadi mati rasa."

"Aku mendengar bahwa pada masa tersulitku, kamu masih bersama Gukimi?"

"Kakek dan Velve memohon kepadamu untuk datang dan melihatku, tetapi kamu tetap saja tidak datang untuk melihatku, kamu cukup kejam, bukan? Apakah kamu merasa aku tidak bisa bangkit kembali lagi?"

"Aku sungguh menyesal bertemu denganmu dalam kehidupan ini!"

"Tuan Aderlan, dia sepertinya jatuh pingsan, apakah mau membawanya ke rumah sakit?"

"Tidak perlu!"

"Tuan Aderlan, dia datang lagi!"

"Cari beberapa orang untuk mengusirnya dari sini!"

Tidak melihatmu? Mimi tertawa, berapa malam aku memanjat tembok rumah sakit hanya untuk berdiri di depan pintu dan melihatmu?

Karena waswas pada Gukimi yang tidak waras itu, aku tidak berani menyampaikan sepatah kata pun kepadamu tentang hal itu.

Kamu merindukanku? Bagaimana kamu tahu bahwa aku tidak merindukanmu? Aku khawatir kamu tidak makan dengan baik atau tidur nyenyak. Hanya dalam waktu beberapa bulan, berat badanku turun hingga ke angka 48 kilogram, apakah itu tidak bisa membuktikan kekhawatiranku padamu?

Bersama dengan Gukimi? Haha, Aderlan, mengapa kamu masih tidak percaya padaku? Mengapa kamu tidak pernah berpikir ada alasan di tengah persoalan ini?

Ketika kakek datang untuk memohon kepadaku, Gukimi mengancamku dengan perihal Rambo, aku tidak bisa menemuimu.

Ketika aku ditabrak mobilmu, aku hanya ingin menjelaskan semua ini kepadamu bahwa aku sudah bercerai, Rambo akhirnya sembuh, dia sudah memiliki kekasih, dia telah aman, aku tidak perlu menjaganya lagi.

Namun, kamu malah menabrakku hingga terluka, mengabaikanku dan pergi.

Aku tidak puas, aku hanya ingin menghapus kesalahpahaman antara kita, aku tidak ingin kesempatan kita untuk bersama terlewatkan begitu saja.

Tapi kamu malah memukulku sampai aku terluka berat. Kamu bahkan terus terang mengatakan bahwa jika aku berani muncul di depanmu dan berani mengganggumu, maka kamu akan melawan Rambo.

Aderlan, apakah kita ditakdirkan untuk saling melewatkan dalam kehidupan ini, apakah kita ditakdirkan untuk saling menyiksa dalam menjalani hidup ini?

Mimi tidak memberi tahu Rambo tentang ini. Dia tidak memberi tahu siapa pun tentang penderitaan yang ditanggungnya untuk Aderlan dalam beberapa tahun terakhir, karena dia tidak ingin Aderlan menanggung hutang perasaan ini.

Oleh karena itu, setelah memastikan bahwa Rambo baik-baik saja, dia memutuskan untuk pergi.

Aderlan, aku harap kamu bisa bahagia dalam hidup ini.

Musim semi berakhir, musim gugur mulai, musim dingin berlalu, dan dalam sekejap mata, sekarang sudah akhir tahun.

“Rozi, apakah kamu tidak pulang selama tahun baru?” Salah satu rekan mencuci muka di depan pintu gudang.

Mimi menggelengkan kepala, "Tidak!"

Lagian dia tidak memiliki rumah untuk pulang.

Rekan itu tersenyum, diam saja.

Mimi duduk di pintu untuk berjemur di bawah sinar matahari. Setelah kembali ke ruangan, Mimi menyalakan ponsel, sebuah berita masuk.

Gukimi dihukum.

Mimi tertegun beberapa saat sebelum dia merapatkan mulutnya. Dia tersenyum, tersenyum, dan akhirnya menangis.

Akhirnya, kejahatan dibalas dengan apa yang pantas.

Namun, memikirkan Aderlan ... Hati Mimi merasa sedih.

Pada saat ini, dia sama sekali tidak tahu bahwa Aderlan sedang mencarinya di seluruh dunia.

Sejak datang ke Kota B, Mimi mengganti nomor ponselnya dan memutus kontak dengan semua orang yang berkaitan dengan masa lalu.

Dia menjadi lebih tenang, tetapi dia sesekali akan merasa kesepian ketika mengingat masa lalu.

Pada beberapa hari sebelum tahun baru, semua pekerja gudang sudah diliburkan.

Brendon mengundang Mimi untuk merayakan tahun baru di rumahnya, tetapi Mimi menolak.

Setelah berpikir, Mimi memutuskan untuk pulang dan melihat kakek.

Sejak turun gunung pada tahun itu, dia sudah berkali-kali ingin kembali ke gunung untuk melihat kakek, tetapi dia selalu kekurangan keberanian untuk menghadapinya.

Mimi membeli tiket kereta. Ketika tiba di sana, hari sudah malam.

Pada malam hari, jalan-jalan gunung agak menyeramkan. Hujan ringan bertitik-titik, jalan-jalan gunung basah dan licin. Pemandangan gunung gelap gulita, amat menakutkan.

Namun, Mimi tidak merasakan apa pun. Satu-satunya perasaan yang menginap di hatinya adalah rasa keakraban.

Desa-desa di gunung kosong, tiada orang.

Mimi mencari dahan pohon, mendaki gunung dengan tumpuan dahan tersebut.

Hanya saja, jalan yang sebelumnya akrab telah tertutup duri setelah terlalu lama tidak dilalui orang-orang.

Kaki tertusuk-tusuk duri hingga menimbulkan rasa sakit, tapi Mimi seolah mati rasa, dia sendiri tidak menyadari rasa sakit itu.

Jalan di antara gunung-gunung sangat sempit, hujan semakin deras, Mimi memilih untuk menyimpan payung dan berjalan di tengah hujan.

Makam kakek ada di belakang rumah tempat mereka tinggal.

Mendorong pintu kayu, debu yang tebal membuat Mingming terbatuk-batuk.

Juga membuatnya seketika menangis.

Dia teringat peristiwa di mana dia menyelinap turun gunung, saat dia hendak pulang, hujan deras menerpa, dia tertidur karena bersembunyi di gua dari hujan, ketika dia bangun, hari sudah gelap dan dia tidak berani pulang.

Dia terus bersembunyi di gua.

Kakek mencarinya ke mana-mana.

Ketika kakek menemukannya, kakek tidak mengatakan apa-apa, hanya menghukumnya untuk berjalan pulang sendirian.

Jalan malam hari itu sama dengan hari ini, sulit dilalui, tanah licin, juga sedang hujan.

Butuh waktu lama baginya untuk sampai di rumah, dia takut dan gelisah, ini membuatnya tidak berani turun gunung untuk waktu yang lama.

Mimi duduk lama di depan kuburan kakek, tanpa diduga, dirinya tidak menangis selama itu.

Hanya saja kepalanya sedikit pusing, tubuhnya sakit dan pegal, dia bersandar di kuburan yang bertumbuhan lebat, kemudian tertidur.

Pada saat yang sama, Perusahaan Mo di Kota A

"Direktur Aderlan, kami menemukan Nona Mimi menaiki kereta pembangkit."

Asisten berlari kemari, mereka telah mencari selama beberapa bulan, sekarang akhirnya mendapatkan sedikit petunjuk.

Asisten terengah-engah, menyodorkan secarik kertas kepada Aderlan. Kertas itu merupakan tiket kereta pembangkit dengan jadwal hari ini dan rute dari Kota B ke salah satu desa kecil di Kota A.

Aderlan mengerutkan kening. Ternyata Mimi pergi ke Kota B. Untuk apa dia pergi ke desa kecil itu lagi?

"Kami sudah mengutus orang ke sana." Asisten buru-buru menambahkan.

Aderlan mengangguk, berdiri, mengambil pakaian di kursi, berkata sambil berjalan, "Segera hubungi orang di sana, tanyakan bagaimana kondisi di sana? Selain itu, siapkan mobil dan pergi sekarang juga."

Asisten mengangguk, lalu mengernyit, "Direktur Aderlan, ini lagi hujan, hari juga sudah malam. Bagaimana kalu berangkat besok saja?"

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu