Cantik Terlihat Jelek - Bab 518 Paman, Bolehkah Aku Mengikutimu

Tubuh Hutu menjadi tegang, dia melihat ibunya dengan tatapan tidak berani percaya, begitu melihat tatapannya, tekad di dalam matanya membuatnya merasa dingin.

Ibu tidak menginginkannya, karena dia adalah bukti pengkhianatan ayah.

Ayah mungkin juga tidak akan menginginkannya, karena sebelumnya dia juga pernah mengatakan bahwa dia hanya memperlakukannya sebagai hewan peliharaan.

Dia menegakkan punggungnya, tetapi tidak bisa menyembunyikan kakinya yang lemah tak berdaya.

“Kalau begitu Hutu ikuti aku saja!”

“Mana boleh keduanya mengikutimu?” Wanita di sebelah ayah mendengar Hutu akan mengikutinya, segera berkata.

“Kita sanggup menanggungnya, dan Hutu adalah anak yang patuh.” Selesai berkata, Ayah menepuk dengan lembut pada tangan yang merangkul di lengannya.

Hutu menelan ludah, menundukkan kepalanya, mereka benar-benar tidak mempedulikannya, kalau tidak, bagaimana mungkin mereka akan memberinya pukulan seperti ini di saat mendekati ujian nasional?

Sudut mulutnya terangkat, dia melepaskan bibirnya yang berdarah karena gigitan, dan berkata, “Tidak apa-apa, beberapa bulan lagi aku sudah cukup umur, aku tidak perlu mengikuti siapa pun.”

Dia memaksa dirinya tersenyum berkata.

Tapi tidak apa-apa, bagaimana mungkin tidak apa-apa?

Tuan tua membanting meja dengan kuat, “Kalian orang dewasa melakukan hal bodoh, sama sekali tidak peduli pada perasaan anak-anak.”

“Ayah, aku peduli, bukankah aku sedang menanyakan perasaan Hutu? Dan Shang sudah bilang, dia ingin mengikutiku.” Ayah segera menjawab.

Penjelasan seperti ini membuat Hutu semakin malu.

“Hutu, tidak apa-apa, Ayah tidak peduli uang kecil ini, kalau kamu ingin, ikuti saja Ayah!”

Ini adalah gaya ayah yang biasanya, Hutu sudah terbiasa di masa lalu, tetapi sekarang terdengar penuh ironis.

Dia mundur selangkah, tubuhnya tiba-tiba menabrak seseorang.

Dia memutar kepala, langsung terlihat Raven, tidak tahu kapan dia berdiri di belakangnya. Kali ini, hati Hutu yang tak berdaya tiba-tiba menjadi lebih tenang.

“Paman, aku..... bolehkah aku mengikutimu!”

Hutu tiba-tiba muncul pikiran ini, kemudian dia langsung mendengar banyak orang mulai mengosip

Raven menatapnya, tidak berkata.

“Aku..... aku tidak akan mencarikan masalah, tahun depan aku akan menghasilkan uang ketika aku kuliah, aku akan membayar uang kuliah sendiri, oke? Kamu cukup menjadi wali, oke?”

Selesai berkata, ayahnya bergegas datang dan menariknya, “Orang tuamu masih hidup, mengapa harus repotin pamanmu?”

Hutu hampir jatuh ditarik olehnya, dia jatuh ke pelukan Raven.

“Biarkan dia mengikutimu saja.” Raven memapah Hutu berdiri tegak, lalu memutar kepala melihat Tuan tua dan berkata.

Tuan tua memelototi Ayah Hutu, dan melambaikan tangannya pada Hutu.

Setelah perkataan Raven dikatakan, hati Hutu merasa sedih, ternyata Paman juga tidak menginginkannya.

Dia memejamkan mata, menegakkan tubuhnya dan berjalan ke sana.

“Gadis, beritahu kakek, apa yang kamu pikirkan?” Kamu tenang, orang tuamu tidak bertanggung jawab, kami keluarga Ningga akan bertanggung jawab.”

Apa yang aku pikirkan? Hutu berbalik dan menatap orang tuanya, dia menundukkan kepalanya, “Tidak perlu, aku tidak ingin mengikuti siapapun.”

Selesai berkata, dia juga tidak peduli reaksi semua orang, langsung bergegas keluar.

Rumah kakek berada di tengah perbukitan, keluar dari gerbang, dia berdiri di pinggir jalan dan menghentikan mobil, kebetulan sebuah mobil berhenti.

Dia sama sekali tidak banyak berpikir, dia langsung duduk ke dalam dan tidak peduli apakah ada yang mengejarnya.

Dia bahkan tidak menyadari betapa anehnya suasana di dalam mobil, dia melihat ke luar jendela dan menangis histeris.

Dia lupa berapa lama dia menangis, sampai terdengar suara yang dikenalnya, “Hal yang tidak ada hubungannya dengan hidup dan mati, tidak layak dipikirkan.”

Hutu terkejut, lalu memutar kepalanya, melihat wajah Agus yang penuh senyuman, dia merasa darahnya mengalir ke atas, jodoh seperti apa ini?

Wajahnya yang merah dan bengkak, dan suaranya yang serak, “Mengapa kamu di sini?”

Agus menunjuk ke arah belakang, “Rumahku tidak jauh dengan rumah kakekmu, kebetulan aku keluar dan melihatmu berdiri di sana, jadi aku berhenti.”

Hutu mengangkat sudut bibirnya, teringat semalam dia melarikan diri, dia menundukkan kepalanya, dan merasa segan, “Itu, semalam, aku.....”

“Masalah semalam sudah berlalu, sekarang kamu ingin pergi ke mana, aku akan mengantarmu.”

Pergi kemana? Tidak ada tempat yang bisa kupergi, tidak ada tempat untuk bersembunyi, emosional yang tersembunyi sebelumnya, sekali lagi muncul tak terkendali.

Air matanya menetes lagi, dia menangis histeris, dia tidak pernah mengekspresikan emosinya di depan orang luar, tetapi sekarang dia tidak bisa menahannya.

Suasana dalam mobil menjadi sunyi, hanya terdengar tangisannya.

Mobil melaju ke kota, kemudian melaju ke tempat yang tidak dikenalnya, lalu mobil berhenti, pikiran Hutu baru kembali sadar.

Setelah menenangkan diri, dia melihat ke depan, memandangi laut yang tak ada ujungnya.

“Ikan menangis, laut tahu, kamu menangis, aku tahu.”

Agus berkata.

Hutu tidak tahu harus tertawa atau menangis, dia membuka pintu dan keluar dari mobil, Kota Ciput di bulan Oktober, memiliki perasaan awal musim dingin.

Angin sepoi-sepoi bertiup di wajahnya.

Membuatnya perlahan-lahan kembali sadar.

Dia berdiri di tepi pantai, menarik napas dalam-dalam, dan berlari ke laut.

Air laut membasahi kaus kaki, betis ke paha, dan pinggang.....

Ketika ombak datang, dia ditarik seseorang.

“Aku membawamu datang bukan untuk membunuh diri.” Suara Agus bergetar.

Bunuh diri? Hutu menggigil, dia tidak pernah berpikir ingin membunuh diri, tetapi dia merasa hatinya sangat sakit, tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk meredakannya.

Dia memejamkan matanya dan perlahan-lahan kehilangan kesadaran.

Ketika bangun, Hutu berbaring di ranjang hotel.

Seluruh tubuhnya terasa pegal dan kepalanya juga sangat berat.

Dia mendengar suara orang berbicara di luar, "Apakah dia baik-baik saja?"

“Tidak apa-apa, setelah minum obat ini, dan istirahat sebentar akan membaik!”

Kemudian terdengar suara menutup pintu, dan suara langkah kaki.

Melihatnya bangun, Agus berdiri di luar pintu, dan menghela nafas lega, “Aku masih belum pernah dikejutkan siapapun seperti ini.”

Nada suaranya santai, tetapi ekspresinya sangat serius.

Ingatan Hutu perlahan-lahan pulih, teringat adegan sebelum pingsan, dia menggerakkan bibirnya, “Maaf.”

Agus mengangkat bahu, datang dan duduk di samping ranjangnya, Hutu secara alami mundur ke belakang.

“Aku tidak terlalu pandai menghibur orang, tapi percayalah, selama masih hidup, tidak akan ada hambatan, yang tidak bisa dilalui.”

Hutu merasa masalah di dunia ini benar-benar tidak terduga, bagaimana mungkin dia akan terpikir, di saat seperti ini, Agus yang menemaninya.

Menahan dengan dua tangan, dia duduk dan baru menyadari bahwa dirinya mengenakan baju tidur putih, dia membuka selimut dan melihat ke dalam, kemudian langsung mengangkat tangannya dan memberikan sebuah tamparan di wajah Agus.

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu