Cantik Terlihat Jelek - Bab 301 Dia Ingin Menyiksa Aku

"Hatimu seperti tidak di sini, ayo, bukankah ingin mentraktirku makan malam?" Suya berkata sambil membuka pintu mobil dan duduk di dalamnya.

"Tidak...." Mikasa ingin berkata, bukan, Gary menarik dia, "mungkin suasana hatinya kurang baik, ayo, kita temani dia makan."

Keduanya menumpangi mobil, Suya mengambil ponsel Mikasa dan menelepon Bima, setelah panggilan tersambung, dia menghirup hidungnya, "Bima, kamu di mana?"

"Kamu kenapa?" suara Bima sedikit serak, mungkin dia sedang belajar.

"Bima, dia menindas aku, kamu harus mentraktir aku makan malam."

Panggilan di sana berhenti sejenak, lalu bersuara : "Kirimkan alamatnya"

Dikarenakan Suya hamil, Mikasa khusus memesan restoran cafe berciri khas Hongkong.

Dapat dilihat suasana hatinya buruk, ekspresinya tidak bersemangat.

"Eren itu orangnya keras, dan kamu bukan orang sembarangan, namun bersikeras ingin bersamanya, Suya coba kamu pikirkan, untuk apa amu menderita begini?"

Suya tidak berbiccara, jarinya memainkan rambut yang jatuh di depan dadanya, sorot matanya suram, membuat Mikasa yang melihatnya menjadi sedih.

"Atau biarkan aku yang menjelaskan kepada Eren?"Setelah berkata demikian ia mengambil ponsel.

Suya mengulurkan tangan dan merampas ponselnya, menggelengkan kepala, "Masalah kami bukan di Bima, coba kamu pikirkan, apa yang tidak bagus dari aku, mengapa dia tidak suka dengan aku?"

"Tipe kamu begini, pria biasa tidak sanggup menyukaimu." Gary berkata dan berdehem.

Mikasa menendang kaki Gary di bawah meja, "bisa gak kamu jangan memperparah keadaan lagi? tidak lihatkah kamu dia sudah begitu menderita?"

Gary melihat Suya, "Tidak ada pria manapun yang menyukai seorang wanita yang lebih handal dan keras dalam hal apapun dan melampauinya, dari awal saat dijodokan, sudah merubah kehidupan Eren, kalian boleh sepenuhnya berdiri di posisi ini untuk mempertimbangkan permasalahan ini, jika kalian, apakah kalian akan menyukai pria ini?"selesai berkata, tangannya melambai, "Pelayan, sajikan menu."

Suya dan Mikasa saling berpandangan, tidak berbicara, walaupun kata-kata Gary tidak enak didengar, tetapi bukanlah menentang realita, perjodohan ini, dari awal sudah salah.

Ketika Bima tiba, menu baru saja dihidangkan, dia duduk di smaping Suya lalu menengadahkan wajahnya, "dia apakan kamu?"

Suya yang melihat Bima, mulutnya terkatup dan memeluknya, menangis terisak, "Dia mencari selingkuhan, Bima dia mengatakan aku ini jijik dan kotor, dan tidak mau menyentuh aku, hu...."

Mikasa yang mendengar ini, dahinya berkerut, dan meletakkan sumpit dengan kasar di meja, "Apa? Dsar Eren, benar-benar keterlaluan sekali."

Gary menarik tangannya, dan menghembuskan tangannya, "Jangan terlalu kuat, tidak sakitkah tanganmu?" ia mengurut ringan tangannya lagi, "lihat, sudah merah."

Suya yang melirik mereka berdua, suara tangisannya semakin pecah.

Mikasa menarik kembali tangannya, "sudahlah, jangan menkan dia lagi."

Bima hanya membenamkan wajahnya, tidak berbicara, dari sorot matanya Mikasa melihat ada siratan kesedihan, seketika, matanya memerah.

"Jika begitu sedih, maka cerai saja." Setelah diam beberapa saat, Bima bersuara.

"Cerai?" Suya menghirup hidungnya, dia ingin berkata, sudah tidak bisa cerai lagi, dan dia sendiri juga tidak mau cerai, tangisannya semakin kuat, seketika, jaket abu-abu Bima terdapat bercak basah.

"Suya, Sore tadi ketika dipanggil pulang ke kediaman Xiao, apa yang mereka sampaikan padamu?" Mikasa melihat dia yang terus menangis, bukanlah solusi,lalu ia mengalihkan topik pembicaraan.

Suya tertegun sejenak, badannya bangkit dari sandaran Bima, menerima tawaran tisu dari Mikasa, mengusap air matanya, menelan ludah dan berkata: "Eren ingin aku ikut bersamanya dalam tim militer, sementara dia diutus keluar kota, selama setengah tahun."

"ikut tim militer?" Mikasa terkejut, berikutnya ia terpikir : "kamu.... kamu begini, bukan.....bukankah tidak bisa ikut tim militer."

"Mengapa tidak bisa ikut tim militer? Dengan hubungan mereka saat ini, jika bersamaan dalam waktu yang lama, bisa-bisa akan saling menumbuhkan perasaan bukan?" Gary bersuara.

"Dia....." Mikasa ingin mengatakan bahwa Suya telah hamil, bagaimana bisa ikut tim militer, tidak usah membahas dulu bagaimana nantinya Eren bersikap kepadanya, hanya lingkungan saja sudah tidak mendukung, di sana, tidak ada sanak saudara, persyaratan hidup berbeda dan tidak sebanding dengan di kota, lagipula Eren ke sana untuk bertugas bukan untuk rekreasi, jika Suya terus ditinggal sendiri, dia akan mengkhawatirkannya, terakhir ia berpikir, Gary tidak tau masalah ini, akhirnya kata-kata yang ingin dia sampaikan itu dia telan sendiri.

"Dia tidak menyukaimu, mengapa harus menyuruh kamu mengikuti tim militernya, seharusnya dia akan bosan jika terus bersamamu, bukankah begitu?" Bima berkata, kemudian pandangan mereka semua tertuju pada satu arah yaitu Suya.

Suya menyandarkan kepalanya di meja, dengan perlahan ia berkata : "Dia itu berniat mengurung aku untuk menyiksa aku."

Mikasa dan Gary saling berpandangan : " Suya, sebenarnya Eren tidaklah begitu menakutkan seperti yang kamu bayangkan itu."

Selesai berkata demikian, pandangan semua orang tertuju ke arah Suya lagi.

"Sudah begini, kamu masih membelanya, kamu ini temannya siapa sih?" Suya mengeluh.

Gary menatap ke Mikasa, Bima menunjukkan wajah yang sedang menantikan percakapan selanjutnya.

Mikasa menelan airludahnya, "Mungkin sudut pandang masalah kita itu berbeda, namun aku lebih merasa, Eren yang berniat memisahkan kamu dengan Bima, Suya, orang yang tidak mengalami masalah bisa melihat lebih jernih daripada yang sedang dalam masalah."

Bima memandang Mikasa, dengan sorotan mata yang pertanda setuju.

Gary menegukkan minumannya dan tetap diam.

Suya tertawa dingin, "Dia takut ? jika dia takut, maka tidak mungkin akan berterusan bersikap begini terhadapku."

Setelah berkata, ia meluruskan badannya dan menyandar di bahu Bima, memikirkan sesuatu.

Suasana hatinya yang begini, nasehat apapun tidak akan masuk,harus diri sendiri yang berpikir dengan matang.

Terakhir, menu yang dihidangkan, tidak seberapa dimakan, melihat keadaan Suya yang begini, Mikasa juga tidak tega membiarkan dia pulang sendiri ke kediaman Eren, lalu ia mengirim pesan wechat kepada Eren, mengatakan bahwa ia akan membawa Suya pulang ke rumah mereka.

Di dalam kamar suite di sebuah hotel, seorang pria meletakkan ponselnya, wajahnya suram, menggerakkan gelas arak yang ada ditangannya, wanita berbaju putih berdiri dengan patuh di belakangnya, keduanya tidak bersuara.

saat ini, ada yang mengetuk pintu.

wanita membukakan pintu, seorang yang mengenakan setelan pakaian olahraga berwarna hitam, berjalan masuk dan menyerahkan sepucuk surat kepada Eren, lalu ia keluar.

Eren yang membelakangi wanita tersebut melambaikan tangan, wanita berbaju putih tersebut bergerak mundur ke belakang beberapa meter.

Setelah membuka amplop, Eren mengeluarkan beberapa lembar foto, setiap foto yang ia lihat membuat dia semakin murung, sampai di lebaran terakhir, dia menggertakkan rahang dan gigi dan melemparkan semua foto itu ke lantai, lalu meneguk habis bir di gelas tersebut, setelah habis, ia melemparkan gelas ke tembok sehingga gelas pecah berkeping-keping di lantai.

Selembar foto yang melayang jatuh tepat di kaki wanita berbaju putih, dia membungkukkan badan dan mengambil foto tersebut, setelah melihat jelas foto tersebut, sorot matanya gelap.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu