Cantik Terlihat Jelek - Bab 10 Mengusirnya Pergi

Bab 10 Mengusirnya Pergi

“Jangan, Bos!” ujar Sherin berbalik kembali. Dia tidak menyangka kata-kata seperti itu keluar begitu saja dari mulut Devan. Dia dengan susah payah masuk bekerja di rumah ini, baru lah ia memjalin hubungan kembali dengan anaknya.  Kalau sekarang keluar dari rumah ini, tidak, ini tidak boleh terjadi.

Mendengar penolakan spontan dan bersih keras dari Sherin, Devan mengerutkan dahinya dan menatapi wanita itu sambil berjalan selangkah demi selangkah mendekati pengasuh itu, hembusan nafasnya yang semakin mendekat membuat Sherin melangkah selangkah demi selangkah ke belakang hingga punggung belakangnya terhadang oleh tembok yang dingin itu.

Sherin meledah air ludahnya: “Aku.. aku suka Simon, suka anak kecil, aku.. aku tidak pernah punya rencana jahat terhadapnya, terhadap keluarga ini dan juga terhadapmu… bos…!

Lalu Sherin menoleh ke arah lain karena tidak berani bertatapan dengan Devan, melihat laki-laki itu tetap tidak tergugah, ia lalu mengangkat tangan kanannya bersumpah “Aku Sherin, jika melakukan hal-hal yang merugikan siapapun di keluarga ini, biar lah aku mati ditabrak mobil!”

Anak itu adalah anaknya, mana mungkin dia bisa berbuat hal-hal yang jahat terhadapnya, dan laki-laki itu adalah ayah dari anaknya, tentu saja dia bertoleransi terhadapnya dan tidak akan berpikiran untuk melakukan hal-hal yang merugikannya.

Hembusan udara yang seakan membara itu, membuat muka Sherin memanas….. detak jantungnya juga bertambah cepat.

Melihat muka Sherin yang memerah, rambut sampingnya yang terbuyar karena bersentuhan terus dengan dinding, membuat wajah wanita itu saat ini terlihat cantik dan memukau dari jarak yang dekat ini, tidak tahu apakah ini semua karena sudut cahaya. 

Pandangan bergerak ke bawah, menyoroti bagian dada wanita itu yang menonjol…. membuat Devan merasa semakin sulit untuk bernafas.

Tiba-tiba saja Devan mendorong Sherin dan dengan nada yang keras mengatakan “Hidup atau matimu, tidak akan membuat keputusanku berubah, pergi sana.”

Karena merasa tidak mau melihat Sherin lagi, kemudian Devan pun menjauhi dan membalikkan badannya. Baginya tidak mungkin karena seorang wanita, dia bisa membiarkan Simon dalam kondisi yang terancam, ditambah lagi wanita ini adalah wanita yang cuek dan tidak menganggapnya.

Dia semakin tidak bisa menerima keberadaannya.

Hampir saja Sherin terdorong jatuh, dia segera bertumpu pada dinding untuk menopang kembali tubuhnya.

Lalu perlahan dia jongkok dengan punggung yang terus bersadar ke dinding, dan menundukkan kepalanya ke lututnya.

Bagaimana bisa aku diusir dengan cara ini?

Dia baru saja mewujudkan semua yang ia nantikan selama 5 tahun ini. Dihitung-hitung dia baru saja berada di sisinya sebulan lebih, bagaimana dia bisa pergi begitu saja?

Tidak, tidak boleh terjadi.

Sherin sangat jelas bahwa dia tidak akan bisa ada kesempatan untuk mendekati Simon lagi, apabila dia meninggalkannya lagi kali ini.

“Laki-laki tadi adalah dokter ibuku. Dulu sewaktu ibuku sakit, kita perlu sering berobat dan rawat inap, karena jangka waktu yang cukup lama itu membuat kami saling kenal. Aku tidak terlalu akrab dengannya, kami hanya teman biasa saja……Hari ini saat aku mengantarkan obat untukmu…... aku juga baru bertemu dengannya. Tentang perilakuku terhadap bos, aku bukan tidak menghormati kamu, tapi saat kamu berbicara denganku aku sedang haid, celanaku tembus, makanya saat melihatmu aku tidak bisa berdiri. Saat itu aku juga tidak bisa menjelaskan semua ini di depan umum. Sungguh aku bukan sengaja…..”

Sherin dengan sedikit kacau balau menjelaskan hubungannya dengan Andrew. Laki-laki di hadapannya ini bukannya melakukan semua ini karena mempermasalahkan asal-usul Andrew, harusnya penjelasan pajang lebar tadi sudah bisa membuatnya tidak mempermasalahkan hal ini lagi?

Namun Devan berjalan duduk kembali ke meja, lalu mengambil sebuah pena dan membaca dokumen yang ada di depannya, akan tetapi terdiam saja setelahnya. Devan sudah memerintahkan Dylan untuk mencari tahu hubungan mereka, sama seperti yang dikatakan Sherin dan ini membuat dia tidak terkejut sama sekali. Namun, dia benar-benar tidak menyangka tentang haid yang dikatakan wanita itu tadi.

Saat ini, hatinya yang pengap sudah agak sedikit nyaman kembali.

Hati Sherin menjadi suram karena melihat Devan yang sepertinya tetap saja tidak mau menarik perkataannya tadi. Kemudian ia pun berpengangan ke dinding dan berdiri, lalu melihat Devan dan berkata “Aku hanya suka anak kecil, aku suka Simon, aku mau bagaimana supaya bisa membuatmu percaya denganku?”

Terdengar suara wanita ini memohon. Dia benar-benar takut kalau dia sekarang pergi begitu saja, dan dengan statusnya seperti ini, di kemudian hari untuk menemui Simon pun akan menjadi masalah.

Devan dengan dinginnya menjawab “Rumah yang ada anak bukan hanya keluarga ini saja, pergi sana!” Muka tak berekspersi itu sama sekali tidak peduli akan Sherin yang sudah memohon padanya tadi.

Sherin menghelakan nafas panjang, berjalan maju ke depan, melekukkan lututnya bersujud di lantai tepat di depan Devan, walaupun dia tahu tindakannya ini terlalu merendahkan dirinya sendiri, tapi hidupnya sekarang ini hanya untuk Simon satu-satunya, dia tidak boleh menyerah begitu saja.

Jelas prilaku Sherin yang tidak seperti biasanya ini, membuat Devan terkejut dan tidak habis pikir.

Kalau tujuan wanita ini adalah uang, dia bisa saja mencari Andrew untuk mendapatkannya, dengan kekayaan yang dimiliki keluarganya, asal dia mendekatinya, walaupun tidak bisa menikah dan masuk ke keluarga Siloam, dia juga bisa mendapatkan uang yang lebih banyak dari gajinya sebagai seorang pengasuh.

Tapi kalau bukan karena uang, apa benar hanya karena dia suka dengan anak kecil? Tapi supaya bisa mengasuh Simon, dia bersujud di hadapan laki-laki itu….. penjelasan ini sepertinya terlalu dipaksakan.

Berpikir sampai di sini, Devan dengan hati yang tetap kukuh namun sedikit bimbang berkata “Pergi!” Dengan alasan apapun, dia tidak mungkin membiarkan orang yang pemikirannya tidak jelas mendampingi anaknya.

Sherin menundukkan kepala, mengigit bibir bawahnya, setelah beberapa saat baru kemudian dia berdiri.

Simon, mama sudah berusaha keras.

Membalikkan badan kemudian berjalan ke arah pintu, kakinya terasa seakan terikat dengan rantai besi, langkah kakinya menjadi sangat berat.

Saat Simon turun ke bawah mau makan malam dan tidak melihat Sherin, dia raut wajah cemberut tidak senang bertanya pada salah satu pembantu di rumah itu “Kemana tante?”

“Tidak tahu.” jawab pembantu itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dia dengan segera meletakkan peralatan makan yang ada di tangannya, membalikkan badannya dan berlari ke tangga naik ke atas. Saat ini kebetulan Devan  sedang turun tangga dan melihatnya lalu menyapa “Mau ngapain kamu?”

Simon merapatkan bibirnya dan berkata “Aku mau panggil tante turun makan.”

“Tidak boleh!” larang Devan yang kemudian merangkul pinggangnya dan menggepitnya di bawah ketiak lalu membawanya ke ruang makan.

Simon bersih keras melepaskan diri dari tangan Devan sambil berkata: “Papa lepaskan aku.”

Devan melepaskan Simon di kursi meja makan mereka, memberikannya sendok garpu dan menyuruhnya makan, besok pengasuh baru akan datang.

Mulut Simon sedikit terbuka, dia perlahan mengerti apa yang terjadi, melototi Devan sambil berkata “Kenapa kamu suka sekali memutuskan sendiri masalah orang lain? dia adalah pengasuhku, atas dasar apa papa mengusirnya tanpa persetujuan dariku?”

Simon terlalu emosi membuat perkataannya menjadi tidak sopan.

Hal yang di luar dugaan adalah Devan tidak memarahi ataupun menghukumnya, dia hanya melanjutkan makan malamnya.

Meski dia tahu betul dengan kecerdasaan anaknya, tidak mungkin sampai bisa mudah dibohongi orang, tapi, bagaimanapun cerdasnya Simon, dia tetap saja anak kecil.

“Kenapa kamu tidak mau tante lagi?” usut Simon yang tidak menyerah untuk mencari tahu alasannya dengan nada yang terdengar jelas agak sedikit gemetaran.

“Pa…” sahutnya lagi.

Dan tetap saja ayahnya tidak menjawab.

Simon tidak bisa duduk diam lagi di kursi tersebut, lagi-lagi dia meletakkan peralatan makannya, dan dengan cepat dia lari naik ke atas sebelum Devan sempat mencegahnya.

Novel Terkait

Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu