Cantik Terlihat Jelek - Bab 687 Kedua Kalinya

AC yang berada di dalam kamar menyala, pada saat baru saja masuk ke dalam, tangan dan kaki terasa sangat dingin, pada saat itu dia juga tidak mengetahui ini merupakan pengaruh dari AC, atau merupakan pengaruh dari Aderlan, Mimi hanya merasakan bahwa sekujur tubuhnya menjadi panas.

Mungkin, dirinya terhadap dia, telah memiliki reaksi terhadap Kenboknya.

Dia tidak ingin mengakuinya, akan tetapi, tubuhnya lebih jujur dibandingkan dirinya.

"Aderlan..." Dia pun menyerah untuk berontak, dia pun membiarkan dia untuk menanggalkan pakaiannya satu per satu.

Setelah satu jam lebih

Mimi berbaring di atas kasur, melihat papan langit-langit ruangan tersebut, perasaan sakit dan nyeri yang ada pada tubuh, meskipun terbilang dibandingkan pertama kali pada tahun yang lalu, masih jauh lebih baik, sebaliknya juga membuat dirinya, bahkan tidak memiliki sedikit pun energi untuk bergerak.

Ia tidak berani memalingkan wajahnya untuk melihat orang yang sedang berbaring di sampingnya, hanya dapat terdengar suara nafasnya yang stabil.

Langit yang berada diluar, telah menggelap.

Di kamar, tirai tertutup dengan sangat rapat, dia seharusnya tidak dapat melihat apa pun, akan tetapi, matanya yang terbuka, malah seperti telah melihat penampilan senyum dari Aderlan, Aderlan yang menarik dirinya dan memohon agar dia tidak pergi, sedikit demi sedikit.

Benar-benar mendalam.

Air mata, Perlahan-lahan pun menetes.

Dia mencintai Aderlan, hatinya dibandingkan siapa pun juga mengetahui hal itu dengan jelas.

Maka dari itu, saat ini, meskipun diperlakukan dengan keras oleh dia, dia sedikitpun juga tidak menyalahkannya.

Dengan membelakanginya, dia pun ingin bangkit dari tempat tidur.

Tiba-tiba, pinggangnya di peluk oleh seseorang dari belakang, "Bercerailah dengan dia, orang yang kamu cintai adalah aku."

Nada bicaranya, terdengar sangat yakin dan arogan.

Mimi meletakkan tangannya di atas tangan besar milik dia, dengan ringan membelainya, kemudian, dengan suara yang rendah dia tertawa dan berkata:"Aderlan, aku tidak akan bercerai dengan dia."

Tangan yang berada di pinggangnya, pun memeluknya dengan erat, erat hingga Mimi pun merasa tak dapat bernafas.

"Berikan aku alasannya."

"Tidak ada alasan, kamu ingin berpikir seperti apa maka silahkan berpikir seperti itu!"

"Prakk", lampu, pun menyala.

Mimi pun mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, Aderlan menggunakan tenanganya, dirinya ditarik olehnya hingga terbaring lagi diatas kasur.

"Tidak bersedia untuk bercerai, akan tetapi masih melakukan hal ini denganku? beritahu aku apa maksudmu?"

Apa maksudku? Menyukaimu lah!

Kalau tidak, saat ini aku masih membicarakan omong kosong apa dengan dirimu?

Akan tetapi, Mimi sebaliknya hanya dapat mengatupkan kedua bibirnya, kedua tangannya bertopang terhadap kasur, dengan posisi tubuh yang setengah terbangun, kemudian setelah dia menatap Aderlan, ujung bibirnya pun tersenyum, dengan membungkukkan tubuhnya, dia pun berbisik di telinga Aderlan,

"Sejujurnya, kamu dalam hal seperti ini, lebih hebat dibandingkan dia." dia sengaja memprovokasi Aderlan.

Setelah selesai mengucapkan kata tersebut, dia pun menjulurkan lidahnya, di atas daun telinga Aderlan, dia pun menjilatnya dengan ringan, "Jikalau.. kamu tidak keberatan, aku bisa terus menjaga hubungan yang seperti ini dengan kamu."

"Kamu keparat..." Mimi mendengar perkataan kasar itu meluncur dari mulut Aderlan.

Kemudian. dia pun membalikkan badannya dan turun dari kasur, "Karena aku lebih hebat, bercerailah dengan dia, setelah bercerai, aku akan melamar kamu, seumur hidup, menjamin kamu akan bahagia."

Mimi pun duduk, dengan melipat kedua lututnya, kemudian dia melihat Aderlan, "Aderlan, kamu mengapa masih tidak menyadari kenyataan yang ada? aku dan kamu, benar-benar sangat tidak mungkin, Bibi Jin, juga kakak perempuan tertua dan juga masa lalu aku, semuanya tidak mengizinkannya, oleh karena itu, menikah dengan Rambo, aku rasa itu sangat baik, selain itu, dia saat ini pun juga sangat kaya."

Sambil berbicara, dia pun bangkit berdiri, dia dengan posisi setengah berlutut di hadapat Aderlan, kemudian menjulurkan kedua lengannya dan melingkarkannya pada leher Aderlan, "Kita seperti ini, apakah tidak baik? kamu mencari wanita lain untuk menikah, kemudian, kita pun menjadi sama dan bisa selamanya seperti ini!"

Sambil dia berbicara, jari nya pun meluncur, turun hingga mencapai bagian dada Aderlan, terasa getaran pada ujung jarinya.

Jakun Aderlan pun bergerak dengan cepat.

"Kamu menganggap aku apa? Gigolo?"

Perkataan yang dia ucapkan kata per kata, dada yang naik dan turun, memperingatkan Mimi, bahwa pria yang ada di hadapannya, telah mendekati batas antara kemarahan dan kegilaan.

Matanya telah memancarkan sebersit rasa tak sanggup lagi, akan tetapi mulutnya malah berkata hal yang sebaliknya : "Aku adalah wanitanya, aku tidak keberatan, kamu masih keberatan apa?"

Awalnya dia mengira, bahwa dia pasti akan sangat marah.

Hanya saja, hal yang tak terduga oleh Mimi adalah, Aderlan tiba-tiba saja membungkukkan badannya dan menekan dirinya di atas kasur, dilanjutkan dengan mencium dirinya.

Kemudian, saat akal sehatnya kembali, itu pun setelah dua jam berlalu.

Dia merasa seluruh dirinya seperti telah tersobek hingga hancur berkeping-keping.

Pinggang, kaki, punggung, semuanya sudah tidak dalam keadaan baik.

Terbaring dengan lurus disana, meskipun dia merasa Aderlan sedang menatap diirnya, namun dia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk bergerak.

"Tidak senang? Tidak puas?"

Nada bicara yang mengejek, masuk ke dalam telinganya.

Mimi pun memutar bola matanya, kemudian menatap Aderlan, dia menaikan sedikit ujung bibirnya, "Direktur Mo, anda ternyata memang sangat berbakat, benar-benar terlalu nyaman, dibandingkan suamiku, jauh lebih kuat."

Setelah selesai mengatakan hal tersebut, dia pun menarik nafas, dia pun berulang-ulang mengeluarkan, wajah yang terlihat sangat menikmati hal itu.

Ia menatap mata Aderlan, dengan marah hingga urat-uratnya muncul.

Tak tahan untuk memandang penampilan dari Aderlan, Mimi pun memejamkan matanya.

Mungkin karena terlalu lelah, mungkin juga karena dia benar-benar mengantuk, dia tidak ingin tidur, akan tetapi masih saja ketiduran.

Pada saat dia kembali bangun, langit sudah terang.

Dia membalikkan badannya, tubuhnya yang terasa nyeri, membuatnya dalam sekejap membuka mata, kamar yang kosong, membuat kesadarannya dalam sekejap terbangun.

Aderlan...

Ia pun terduduk, mendekat kepada kepala kasur, di dalam rumah tersebut masih tersisa aroma yang samar-samar.

Menunjukkan semua yang terjadi kemarin malam.

"Ding Dong", Suara pesan ponselnya pun berbunyi.

Dia mengambil ponselnya, di atasnya tertera banyak panggilan tak terjawab, paling banyak berasal dari Rambo.

Setelah dia membalas pesan tersebut, ponselnya pun berdering, kemudian dia pun menjawab panggilan tersebut, " Nona besar, kamu semalaman tidak pulang ke rumah, telepon juga tidak menjawab, kamu pergi melakukan apa?"

Mimi pun mengusap-usap matanya, melihat-lihat kondisi kamar, kemudian menundukkan kepala, melihat dirinya yang tak menggunakan sehelai pakaian pun, dia pun mengatupkan bibirnya, "Kemarin bertemu dengan Fisi Zhou, aku tidur di tempatnya, mengobrol hingga larut, aku lupa mengabarimu."

Ia tahu, walaupun dia mengatakan yang sebenarnya kepada Rambo pun, dia pasti juga tidak akan keberatan, akan tetapi dirinya tidak ingin membuat dia khawatir.

Maka dari itu, dia pun berbohong.

" Fisi ? perempuan yang mengejar idola hingga tak ingin sekolah lagi itu?"

Mimi menggumamkan "Hmm" yang tidak begitu jelas.

"Orang seperti dia, aku merasa dia agak bodoh, kamu sebaiknya menjaga jarak dari dia."

"Rambo, sebenarnya, Dia juga memiliki kesulitannya sendiri, kamu jangan membicarakannya seperti ini."

"Kesulitan apa, selebriti itu, adalah angan-angan dalam kehidupan, adalah bintang, dapatkah orang biasa memperolehnya? Diluar dugaan dia gila hingga tidak sekolah dengan benar, juga tidak pergi bekerja, setiap harinya hanya berputar mengelilingi orang."

Mengenai Fisi, selain beberapa teman asramanya, dia merupakan satu-satunya orang yang termasuk temannya di Universitas T.

Keduanya adalah teman semeja, pemahaman dirinya terhadap Fisi, lebih banyak dibandingkan orang-orang lain.

Hanya saja, Orang memiliki permasalahan pribadi, dia pun juga tidak dapat mengatakannya.

Oleh karena itu, Menghadapi kesalapahaman Rambo terhadap dia, dia juga tidak memiliki cara untuk menjelaskannya.

"Baiklah, seperti ini saja, aku akan menyetir mobil dahulu."

"Baik!"

Setelah menutup telepon, Mimi pun melamun sebentar, kemudian barulah dia berbalik badan dan bangun, namun saat dia melihat lantai yang dipenuhi dengan uang, seluruh tubuhnya pun terkejut.

Ini adalah...

"Aderlan, keparat kamu." dia sangat jarang mengucapkan kata kasar.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu