Cantik Terlihat Jelek - Bab 258 Membohongi

"Ada apa? Gary bertanya kepada Mikasa.

"Aku... tidak apa-apa, aku salah mengenali orang." Jelas-jelas Ia baru saja melihat Gisel, Gisel yang bisa berjalan, tetapi saat berkata dengan Gary, Mikasa tidak mengatakan yang sesungguhnya.

Gary mengernyitkan dahi, dan terlihat sangat penasaran.

Mikasa yakin, Ia tidak mungkin salah lihat, Gisel sangat cantik, kecantikannya sangat spesial, tidak mudah dibandingkan dengan orang lainnya, hanya saja, Ia tidak mengerti kenapa Ia bisa berjalan, mengapa Ia membohongi Gary dan orang-orang banyak?

Gary merasa Mikasa sedikit aneh, lalu bertanya, "Ada apa?"

Mikasa tersenyum lalu menarik nafas, sambil melihat gedung tinggi mall tersebut Ia berkata, "Tidak apa-apa, kita pulang saja sekarang, nanti malam aku minta Suya menemaniku ke sini."

Mikasa takut Gary tidak senang mendengar perkataannya, lalu dikeluarkan olehnya Kartu Kredit-Debit pemberian Gary, "Tenang, aku pakai kartumu."

Pada saat seperti itu, tidak tahu siapa yang menelepon Gary, begitu mendengar jawaban dari Gary, raut wajahnya berubah menjadi gelap, "oh, oke, saya akan segera kesana."

Setelah Ia menutup teleponnya, Gary langsung memberikan tas yang ada di tangannya kepada Mikasa, "Mikasa, kamu pulang naik taksi sendiri ya, aku ada urusan mendesak yang harus kuselesaikan."

Mikasa mengira urusan yang begitu mendesak adalah urusan kantor, langsung menjawab: "Iya, pergi sana, kamu jangan khawatir, aku bisa pulang sendiri."

Setelah Gary tiba di hotel, pemilik hotel menyambut kedatangannya, "terlihat kamera CCTV menunjukkan kemarin jam 2 subuh, ada beberapa orang pria masuk ke dalam kamar Gisel untuk menjemputnya."

Pada hari di mana Mikasa keluar dari rumah sakit, Gisel ingin tinggal di hotel dekat kantor, Ia berkata tinggal hotel lebih mudah dan nyaman, pada saat itu Gary berpikir kalau Gisel pun sudah dewasa, Gary hanya butuh memberikannya suster untuk mengurusnya saja. Tidak disangka baru saja beberapa hari sudah ada masalah seperti ini.

Tangannya yang berada di dagu dengan alis yang naik seperti sedang khawatir dan berpikir keras.

"Direktur Gary, adik sepupu anda kan sudah bukan anak kecil lagi, mungkin saja beberapa temannya yang mengajaknya pergi main, jangan terlalu khawatir!" Dono dengan suara yang berat nya menenangkan Gary.

"Aku tahu dia bisa mengurus dirinya sendiri, tapi, kakinya dia kan seperti itu, dan semalaman tidak pulang!" Suara Gary yang serak dan suara kekhawatiran yang jelas terdengar.

Langit mulai menggelap, tetapi tetap saja tidak ada kabar dari Gisel. Gary melihat ruangan kamar yang kosong di depannya, raut wajah yang serius, hati yang penuh kekhawatiran, kalau terjadi sesuatu pada Gisel, Gary tidak tahu lagi bagaimana Ia menghadapi pamannya.

"Kalau begitu lapor polisi..."

Suara manager hotel terdengar dari arah pintu masuk.

"Orang yang menjemputnya siapa masih belum jelas, bagaimana lapor polisi..." Suara lainnya muncul.

Gary menatap ke langit-langit sambil memikirkan hal-hal yang sudah berlalu, orang-orang di sekeliling pun mulai panik dan sedikit demi sedikit mulai bubar.

Di dalam ingatannya, Gisel yang walaupun kakinya bermasalah, tetapi Ia sangat mandiri, juga sangat mengerti orang lain. Berdasarkan alasan... Kalau Ia pergi dengan alasan normal dan masuk akal, semalam itu, Ia pasti akan pamit dengan Gary, dan HP nya pun tidak mungkin dimatikan.

Sedangkan kalau alasannya aneh dan tidak masuk akal, kejadian sudah berlalu sangat lama, kalau saja mereka menculik Gisel, kenapa sampai sekarang masih belum ada orang yang menelepon?

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, masih belum menerima kabar dari mereka yang sedang mencari Gisel.

Tatapan mata Gary yang tertuju ke depan, tubuh nya yang tinggi berdiri kaku seperti patung, pikirannya pun sangat kosong...

Lalu tiba-tiba suara HP berdering, Ia melihatnya, ternyata Mikasa, "Hallo, Mikasa."

"Ini sudah pukul berapa, kamu masih belum pulang? Di kantor banyak kerjaan ya?"

Tidak terdengar kata "ya" sedikitpun dari mulutnya, tiba-tiba terlihat ada nomor tidak dikenal menelepon HP nya, Ia mengira kalau ini mungkin ada hubungannya dengan Gisel, Gary langsung memutuskan panggilannya dengan Mikasa dan menerimanya.

Gisel yang sedang berbaring di kasur berwarna putih itu membuka Wechat nya.

Ratusan pesan bermunculan tidak selesai-selesai, begitu Ia buka, semuanya menanyakan keberadaannya di mana.

Ia tersenyum kecil, langsung log out dari akun wechatnya.

Lalu Ia melempar HP ke sebelahnya, dengan jemari nya yang indah itu, Ia mengambil penyangga yang ada pada lututnya, lalu berdiri, menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri, dan meminumnya. Perasaan hatinya sangat baik dan bahagia.

"Kak Gisel, kenapa anda membohongi kakak sepupu sendiri?"

"Membohongi? Maksudmu yang mana?" Ia sudah terlalu banyak berbohong bertahun-tahun lamanya, sampai-sampai Ia sudah terbiasa.

Mikasa yang teleponnya mendadak dimatikan itu, Ia merasakan kacau di dalam hatinya, semenjak Ia berhubungan dengan Gary, Gary tidak pernah berbuat seperti ini padanya.

Tapi, Mikasa tetap berusaha menenangkan diri, mungkin Gary benar-benar sibuk.

Malam itu, Gary tidak pulang. Keesokan paginya, Mikasa melihat posisi bantal yang seperti semula, selimut yang dingin, membuat Mikasa yakin kalau suaminya itu semalam tidak pulang.

Mikasa membuka lemari pakaian, mengambil pakaian yang kemarin malam Ia beli bersama Suya. Lalu Ia kenakan, walaupun terlihat sedikit gemuk dan tidak terlalu bagus tetapi membuatnya terlihat jauh lebih muda. Ia pergi mandi, sarapan, Ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 9 lewat, tetapi bayangan Gary masih saja belum terlihat.

Gary berkata kalau hari ini Ia akan menemani Mikasa pulang ke rumah.

Mikasa mengirim pesan, "Kemarin malam tidak pulang?"

Pesan jawaban Gary datang dengan sangat cepat.

"Ya, ada urusan."

"Ada masalah apa? Sibuk sampai-sampai tidak pulang!" Di belakang perkataannya Mikasa menambahkan sebuah tanda seru.

Pesan Mikasa yang terakhir ini, hingga satu jam lebih masih belum menerima balasan.

Awalnya Mikasa masih bisa menerima, tetapi lama kelamaan, raut wajah Mikasa pun berubah.

Karena kemarin malam Ia menelepon kakek dan nenek, mengatakan kalau hari ini Ia akan kesana, kalau tiba-tiba tidak pergi, Ia takut tidak enak.

Mikasa akhirnya memilih untuk pergi sendiri, mungkin Gary benar-benar sibuk, dan benar-benar ada urusan?

Begitu teringat Gary ada masalah, Mikasa pun mulai khawatir.

Langsung mengambil HP dan menelepon Gary.

Begitu telepon tersambung, langsung terdengar suara Gary, "Ada apa?" suaranya terdengar sedikit serak.

Mendengar Gary tidak apa-apa, Mikasa langsung menghela nafas.

Mikasa pun mulai berpikir dan ragu-ragu, perlu atau tidak menanyakan Gary apakah Ia menemaninya pulang ke rumah kakek dan nenek.

Lalu Gary berkata: "Sudah ya, kalau tidak ada apa-apa aku tutup dulu teleponnya, aku sedang menunggu telepon."

Melihat teleponnya yang diputus oleh Gary, Mikasa mengernyitkan dahinya, tangannya sedikit gemetar saat menaruh HP nya kembali ke dalam tas, membawa koper untuk pergi.

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu