Cantik Terlihat Jelek - Bab 591 Ibu Raven Meninggal

Begitu sampai di rumah Raven, kuncinya masih sama seperti yang dulu tidak diganti. Dia membuka pintunya lalu masuk dan membereskan barangnya.

Baru selesai membereskan.

Dia menerima telepon dari Mei Yi.

Dia menelan ludahnya lalu mengangkat telepon itu, “Halo, bibi.”

“Sudah sampai kan? lihat alamat yang aku kirimkan kepadamu, Dan datang kesini segera dan secepat mungkin.”

Selesai bicara dan tanpa menunggu jawaban Hutu, telepon sudah ditutup begitu saja.

Hutu tercengang, dia pun membuka pesan di ponselnya dan memeriksanya, Unit perawatan intensif RS 1 kota A.

Tekanan darah di otaknya seolah langsung naik, dia langsung meraih tasnya dan segera berlari keluar.

Begitu sampai di rumah sakit di luar ruang unit perawatan insentif, kakek, nenek, paman dan bibi, semuanya ada di sana.

Begitu melihat dia datang, Nenek maju dan menggenggam tangannya menangis terisak tidak karuan.

“Cepat, cepat masuklah. Ibumu menunggumu.”

Hutu langsung terkejut, bukan Raven? Tapi Mai

Di sepanjang jalan, dia tidak berani menelepon untuk bertanya kepada Mei Yi, siapa sebenarnya yang masuk di rumah sakit. Dia berpikir Raven tidak menjemputnya di bandara.

Sepanjang jalan, dia sudah berpikir tidak karuan dan ketakutan sendiri sampai hampir menangis.

Dia sama sekali tidak menyangka ternyata yang masuk rumah sakit adalah Mai. Mertuanya.

Dia mengerutkan bibirnya lalu mencoba menenangkan ketakutan dalam hatinya. Dia pun memakai pakaian medis yang diberikan oleh dokter lalu masuk ke ruang insentif.

Di ranjang, Mai memejamkan mata, begitu kurus cekung, sampai Hutu hampir saja tidak mengenalinya lagi.

Hutu hanya melihat tangannya menggenggam Raven. Begitu mendengar suara, dia perlahan membuka matanya dan melihat Hutu, tampak kebahagiaan di mata itu.

Dia melambaikan tangannya, “Hutu sini.”

Masalah ini terjadi terlalu tiba-tiba, Hutu sepenuhnya bingung dan sangat terkejut. Dia melirik ke Raven, mata Raven sangat merah sekali, benar-benar terlihat jelas kalau dia tidak tidur semalaman. Ketika teringat beberapa hari akhir-akhir ini, nada bicara Raven dengannya ketika mengobrol terdengar tidak fokus. Hutu mengira mungkin karena pekerjaaan yang membuat Raven sangat lelah.

Dia sama sekali tidak menyangka ternyata kenyataannya seperti ini.

“Bi...Ibu!”

Hutu awalnya mau memanggilnya bibi tapi kemudian menggantinya dengan memanggilnya ‘ibu’. Air mata Mai pun menetes dari sudut matanya. Dia menggenggam tangan Hutu dan Raven lalu menumpuk dua tangan itu bersamaan, “Anak-anakku, beberapa hari ini maaf sudah membuat kalian menderita.”

Hutu membeku lalu baru menyadari apa yang dia maksud. Matanya memerah dan hidungnya terasa masam, “Tidak menderita sama seklai kok.”

“Raven, kamu keluar dulu. Ada hal yang mau aku bicarakan dengan Hutu berdua saja.”

Raven mengerutkan kening lalu Mai mendorongnya keluar, “Pergilah dulu!”

“Raven, anak ini, tidak suka banyak bicara. Tapi dia baik hati. Jika dia sudah memutuskan sesuatu, maka aku akan juga mempercayainya.”

Satu ucapan namun punya arti ganda. Hutu mengerti maksud Mai, Mai sudah meyakini dirinya.

“Hutu, ibu mohon padamu satu hal.”

Hutu menggelengkan kepalanya, “Ibu, tidak perlu memohon. Ibu bicara saja langsung.”

“Jangan pernah meninggalkan Raven, matipun jangan pernah meninggalkannya, oke?”

Kalimat matipun jangan meninggalkannya membuat Hutu menelan ludahnya.

Dia pun menegapkan duduknya, menganggukkan kepala, “Iiya!”

Mai pun sangat lega begitu melihat Hutu mengiyakan. Selanjutnya, dia pun sesekali menarik Hutu dan bicara cukup banyak, ada yang mengenai Raven waktu kecil, ada yang mengenai Raven ketika sudah besar, ada yang menyakitkan, dan juga ada yang menyenangkan.

Hutu khawatir Mai terlalu capek jadi dia berniat untuk menuangkan air minum tapi dihentikan olehnya.

Ketika diumumkan kalau Mai meninggal dunia, semua orang ada di sana dan mereka semua menangis. Hanya Raven yang tidak menangis.

Hutu menggenggam tangan Raven dalam diam dan tak bicara.

Hutu sangat mengerti kalau Raven lebih sedih daripada siapapun.

Setelah itu, dia perlahan-lahan tahu dari bibi kalau ternyata penyakit Mai kambuh tak lama setelah dia pergi ke Negara D, hanya saja dia menyembunyikan itu dari semua orang.

Lalu, tubuh Mai semakin lama semakin memburuk. Dokter sudah memberikan pemberitahuan kalau penyakitnya sudah kritis tiga bulan lalu.

Tapi Mai terus saja memohon ke semua orang untuk menyembunyikan ini dari Raven. Inilah alasan kenapa Raven selama dua tahun tidak pulang ke rumah nenek dan kakek.

Mereka hanya menggunakannya sebagai alasan. Sebenarnya Mai sedang dirawat.

Mungkin karena merasa tidak tenang dan belum lega, jadi Mai masih bisa bertahan sampai sekarang. Padahal dokter jelas-jelas sudah mengatakan kalau dia tidak akan bisa bertahan lebih dari sepuluh hari.

Beberapa hari ini, Raven mengatakan kepada Mai kalau Hutu sudah kembali dan mereka berdua sudah baikan dan bersama lagi.

Mai mungkin merasa harapannya sudah tercapai. Jadi malam itu, dia pun masuk ke rumah sakit.

Baru ketika itulah Raven tahu mengenai penyakit ibunya.

Jadi, Hutu sangat mengerti, perasaan bersalah dari Raven yang juga tidak bisa menerima semua ini.

Setelah urusan Mai selesai, Raven pergi ke kota Ciput dimana itu adalah tempat tinggal Mai.

Dia berdiam diri di kamar Mai dan duduk cukup lama.

Ada beberapa perasaan dan emosi yang tidak akan mungkin dimengerti ataupun dipahami oleh Hutu. Perasaan dan hubungan ketergantungan antara Raven dan Mai hidup dan mati.

Beberapa tahun ini, dukungan, sikap besar, pengorbanan yang diberikan Mai kepada Raven, benar-benar hal-hal yang mungkin tidak akan bisa dilakukan oleh kebanyakan ibu lainnya.

Dia tahu kalau Raven sangat sedih. Hutu setiap hari memasak untuknya dan selalu mengingatkannya makan.

Dia tidak ingin mengganggu Raven.

Awalnya dia mengira, hari-hari seperti ini akan terus berlanjut cukup lama.

Tapi tidak disangka setelah satu minggu di suatu malam ketika Hutu membuatkan sup untuk Raven di dapur. Dia melihat Raven yang sangat kurus.

Tiba-tiba ada tangan yang merangkul pinggangnya. Lalu menariknya ke sebuah dekapan dengan sangat erat, “Istriku, jangan pernah meninggalkanku, ya?”

Sikap kekanak-kanakan seperti ini yang mana sebutan ‘istriku’ dari Raven untuk memanggilnya.

Mengejutkan Hutu dan membuatnya sedikit terlambat merespon.

Tidak lama kemudian, dia baru mengangguk, “Em, iya!”

Tidak akan meninggalkannya, sampai mati pun tidak akan meninggalkannya.

Dia sudah berjanji kepada Mai, juga berjanji kepada Raven.

“Ayo kita pulang ke kota A!”

Pinta Raven tiba-tiba keesokan paginya.

Hutu ingin mengatakan sesuatu tapi pada akhirnya dia hanya mengangguk, “Iya!”

Di sini semuanya seolah ada bayangan Mai. Jika terus tinggal di sini, hanya akan membuat Raven semakin sedih.

Begitu tiba di Kota A, Raven hampir tidak memberikan waktu untuk dirinya menenangkan dan merilekskan suasana hatinya. Dia langsung kembali masuk ke kondisi bekerjanya.

Hutu menolak permintaannya untuk masuk ke opm. Dia mendapatkan pekerjaan yang tidak jauh dari perusahaan desain Raven.

Karena gelarnya yang baru saja kembali dari luar negeri dan pengalamannya bekerja di luar negeri, dia sekarang menemukan banyak pekerjaan dan pemberian gaji serta penawaran untuknya juga lebih baik dari sebelum-belumnya.

Pimpinannya adalah seorang generasi kedua keluarga kaya yang bernama Deren Hener. Dia lebih muda beberapa tahun dari Hutu dan masih kuliah tahun ketiga. Pemuda yang sangat kritis dan kreatif.

Inovasi diri dan terobosan berani Hutu kebetulan cocok dengan keinginan pemuda itu.

Jadi, setelah masuk dua minggu, Hutu langsung jadi karyawan resmi.

Ini langsung menambah kepercayaan diri Hutu.

“Kakak Hutu, aplikasi Ruisi Therapy sepertinya ada masalah dalam proses pembuatannya. Maksud dari klien adalah dia berharap kamu bisa datang langsung ke sana. Dengan begini, dalam urusan desainnya bisa lebih dekat dan cocok dengan permintaan mereka.

Hari itu ketika Hutu bersiap mau pulang, Deren Hener tiba-tiba memanggilnya dan mengatakan ini.

Hutu melihat ke jam, “Hari ini?”

“Iya, klien perlu menggunakannya segera. Apa kamu tidak masalah?”

Hutu ragu sejenak, Ruisi Therapy adalah proyek pertama yang dipegang dan dia sebagai penanggung jawabnya setelah masuk kerja di tempat ini. Kebutuhan dan permintaan perusahaan klien berbeda dari perusahaan biasa, sehingga kenyamanan dan persyaratan aplikasi juga berbeda dari perusahaan lain.

Dia berpikir sejenak dan ingat kalau Raven akan bekerja lembur hari ini, jadi dia mengangguk, "Oke, kalau begitu aku beres-beres dulu lalu langsung ke sana.”

“Baguslah, aku akan menunggumu di bawah ya.”

Hutu terkejut, “Kamu...mengantarku kesana?”

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu