Cantik Terlihat Jelek - Bab 273 Bagaikan Petir Yang Menyambar Di Siang Bolong

Suara telepon sebelah sana terdengar sedikit berisik.

"Aku ada sedikit urusan, kira-kira jam 11an aku baru pergi ke hotel, kamu pergi ke kantor dulu, nanti agak siangan dikit aku akan pergi mencarimu."

"Urusan apa?"

"Hei, kamu tidak usah mempedulikan urusanku, nanti siang aku akan pergi mencarimu."

Setelah mematikan telepon, Mikasa menatap Suya, "Apakah benar-benar harus seperti ini?"

Suya memelototinya, "Apa maksudmu? Tentu saja harus seperti itu, oke? Kamu itu, setiap hari tidak pernah berdandan, memangnya kamu tidak takut suamimu muntah melihatmu."

"Aku begitu gemuk, mau berdandan seperti apapun, tetap tidak ada gunanya bukan?" setelah berkata seperti itu, Mikasa menggigit bibirnya, "Bagaimana jika aku diet?"

"Kamu urus yang untuk hari ini dulu, aku sudah mengatakan kepadamu puluhan ribu kali, kecuali dietmu yang waktu itu pernah berhasil, setelah itu aku tidak pernah lagi melihat ada perubahan dengan bentuk tubuhmu." Suya menatap Mikasa dengan tatapan jijik.

Setelah rambutnya selesai ditata, lalu wajahnya juga selesai dirias, Suya menariknya lagi untuk pergi membeli baju.

Sebenarnya Mikasa sejak awal sudah tidak ingin melakukan semua hal ini, tetapi saat dia melihat Suya sudah jauh lebih bersemangat dibandingkan sebelumnya, dia merasa sangat terhibur, tidak buruk juga jika dia mencari sedikit hal yang dapat membuat Suya menjadi sedikit bersemangat.

Jadi dia terus menahan dirinya.

Dia mencoba satu demi satu baju, Suya sangat serius, jadi dia juga merasa tidak enak jika tidak menurutinya.

Sampai dia keluar dengan mengenakan sebuah gaun panjang dengan model halter neck berwarna hitam, barulah ekspresi wajah Suya berubah.

"Yang ini, wowww, cantik sekali." sambil berbicara, dia menunjuk kaca, "Mikasa, kamu lihat sendiri, apakah kamu merasa terkejut?"

Mikasa melihat ekspresinya yang berlebihan, dia memelototinya, "Omong kosong, dengan badanku yang seperti ini, masih bisa....."

Sisa perkataannya, di saat dia melihat orang yang berada di dalam kaca, ditelan kembali oleh Mikasa.

Rambut panjangnya dibuat menjadi sedikit ikal, di sisi yang satu rambutnya dikepang dan dijepit ke belakang, di sisi satunya lagi dibiarkan tergerai di depan dadanya, meskipun dia mempunyai berat 55 kg, namun tinggi badannya 160an, setelah wajahnya dirias, wajahnya tidak terlihat chubby lagi, dagunya juga menjadi lancip, wajahnya terlihat sangat cantik, setelah dirias, kecantikannya semakin menonjol.

Gaun hitam halter necknya dapat menutupi kekurangannya dengan sangat baik, ditambah dengan mengenakan sepatu heelsnya yang tingginya 10 cm, memang bahkan membuat Mikasa juga merasa sangat terkejut.

Ternyata, di dunia ini memang tidak ada yang dinamakan dengan wanita jelek, yang ada hanyalah wanita malas.

"Aku benar-benar ingin melihat ekspresi terpana suamimu." Suya memujinya dari samping.

Mikasa menoleh dan menatapnya sekilas, wajahnya terlihat sedikit malu, dia tidak pernah berdandan seniat ini, jadi saat ini dia benar-benar merasa sedikit tidak nyaman.

"Ayo jalan, aku akan menyuruh supir untuk mengantarmu ke perusahaan Panama."

"Kamu berjalan kesana kemari dengan keadaan yang seperti ini, bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?" Mikasa khawatir.

"Kamu tenang saja, orang-orang saat sedang hamil, bukankah mereka juga tetap bekerja seperti biasa? Aku tidak selemah itu."

"Apakah Eren ada menghubungimu?"

Terbersit rasa kecewa di mata Suya, "Sudahlah, jangan mengurusiku, nanti kamu harus melaporkan reaksi Gary kepadaku."

Saat Mikasa turun dari mobil, Suya menariknya lalu membantunya merapikan rambutnya, "Mikasa, kamu sangat cantik, ingat, kamu harus lebih percaya diri."

Mikasa mengangguk.

Dari semenjak dia masuk ke dalam aula, Mikasa menerima tatapan mata yang tak terhitung banyaknya, dia juga untuk pertama kalinya merasakan bagaimana rasanya dikagumi oleh orang lain, dia berjalan ke depan meja resepsionis, "Halo, aku ada janji dengan Direktur Gary."

Resepsionis menatapnya dengan pandangan menilai, "Nona, nama anda siapa?"

Mikasa tertegun sebentar, selama bekerja selama beberapa bulan ini, dia setiap hari menyapa resepsionis ini, bisa dibilang kalau mereka saling mengenal, tetapi jelas sekali kalau tatapan matanya saat ini seperti sedang menatap orang asing, seketika dia merasa kalau kekuatan make up memang sangat hebat, dia tersenyum, "Namaku Nona Akerman."

Setelah itu resepsionis menunjukkan jalan kepada Mikasa, "Nona, silahkan lewat sini."

Melihat ekspresi orang-orang di sekelilingnya yang bagaikan menatap orang asing, maka sangat jelas jika tidak ada orang yang mengenalinya, setelah dipikir-pikir, dia juga merasa sedikit lucu.

Saat sampai di atas, orang dari ruangan sekretaris menyambutnya, "Nona Akerman, Direktur Gary sedang rapat, seharusnya akan selesai sebentar lagi, direktur berkata jika anda sudah datang, maka tunggu saja di ruangannya."

Mikasa menatap wanita di hadapannya, dia masih ingat kalau dia pernah datang sekali kemari untuk mencari Gary untuk membahas mengenai rancangan desain kota Wol itu, wanita ini melihatnya dengan tatapan meremehkan.

Perlakuannya kali ini.....!

Kelihatannya, nanti dia sesekali harus lebih rajin sedikit untuk merias dirinya.

"Aku pergi ke kamar mandi sebentar."

Setelah itu dia berbalik dan berjalan ke arah kamar mandi.

Saat sekertaris melihat dia dengan cekatan pergi ke kamar mandi, dia seketika mengerutkan keningnya.

Saat dia keluar dari kamar mandi, kebetulan Gary dan para petinggi perusahaan keluar dari dalam ruang rapat.

Mereka berpapasan begitu saja.

Gary sama sekali tidak meliriknya, sedangkan para petinggi perusahaan itu semua menoleh dan melihatnya.

Mikasa mengangkat tangannya, saat dia baru mau menyapanya, tiba-tiba tangannya membeku di udara, dia tidak tahu harus tertawa atau menangis.

"Direktur Gary, nona Akerman sudah datang." sekretaris menghampirinya.

Gary mengangguk, dia menoleh dan memberikan instruksi kepada para petinggi perusahaan itu : "Baiklah, kalau begitu hari ini diputuskan seperti itu saja, semuanya boleh bubar." setelah itu, dia mendorong pintu ruangannya, saat dia melihat ruangannya yang kosong, dia kembali lagi, "Orangnya mana?"

Sekretaris menunjuk ke belakangnya.

Gary dan Dono berbalik, saat mereka melihat Mikasa dengan jelas, mereka berdua merasa sangat terkejut.

Dono mengucek matanya, lalu berbisik dengan lirih di samping telinga Gary : "Direktur Gary, anda.....Sudah ganti istri?"

Gary mengerutkan keningnya dan memukul kepala Dono, "Pergi."

Gary mendekat dan berdiri di depan Mikasa, dia menilainya dari atas ke bawah, "Masih lebih baik dirimu yang dulu."

Awalnya Mikasa mengira kalau Gary akan memuji dirinya, tetapi dia tidak menyangka kalau Gary malah berkata seperti ini, dia langsung mengerutkan keningnya, "Apakah sangat jelek?"

Gary menggeleng, "Aku lebih merasa aman jika itu dirimu yang dulu."

"Hah...." Mikasa menutup mulutnya dan tertawa, dia maju selangkah dan menggandeng lengan Gary, "Kelihatannya, nanti aku harus sering-sering berdandan, agar membuatmu juga merasakan perasaan takutku yang setiap hari kurasakan."

"Aku? Membuatmu takut?" Gary mengerutkan keningnya, dia memeluk pinggang Mikasa lalu mendorong pintu ruangannya dan masuk ke dalam.

Saat mereka baru saja masuk ke dalam, orang-orang yang di sana langsung bangkit berdiri.

"Kamu lihat tidak, Direktur Gary sudah punya pacar."

"OMG, aku mengira kalau Direktur Gary kita mempunyai masalah dengan orientasi seksualnya, ternyata dia hanya tidak menunjukkannya saja."

"Pacarnya lumayan cantik."

"Iya, bodinya juga semok, sangat indah."

...........

"Istriku, kamu duduk dulu sebentar, setelah aku menyelesaikan pekerjaanku, kita langsung berangkat."

Mikasa mengangguk, "Baiklah, santai saja."

Dia menunduk dan membaca buku, tetapi dia menyadari kalau tatapan mata Gary terus mengarah kepadanya, dia tanpa sadar mendongak dan bertatapan dengan Gary, dia menutupi wajahnya, "Apa yang kamu lihat?"

Gary memasukkan dokumen yang ada di tangannya ke dalam laci, setelah itu dia berjalan ke arah Mikasa dan memeluk pinggangnya, dia menunduk dan terlihat seperti ingin menciumnya.

Pintu didorong terbuka, Dono melangkah masuk sambil berkata : "Direktur Gary, nona Gisel....aku.... Nanti aku akan datang lagi."

Wajah Mikasa memerah, dia mendorong Gary lalu menoleh ke samping, "Tunggu sebentar, Dono, kamu bilang dulu, Gisel kenapa?"

Gary memelototi Dono.

Dia berbalik lalu mengambil tas Mikasa, kemudian bangkit berdiri, "Ayo jalan, sudah waktunya kita pergi."

Mikasa mengikutinya, melihat kekawatiran di wajah Dono, jelas-jelas ada masalah yang terjadi, tetapi sepertinya Gary takut dirinya mengetahui sesuatu, jadi dia sengaja menghindar.

Setelah berpikir sebentar, dua jarinya yang ramping menarik pakaian Gary, tetapi dia malah menatap Dono, "Sebenarnya apa yang terjadi terhadap Gisel?"

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu