Cantik Terlihat Jelek - Bab 422 Manis

Mohan meletakkan kedua tangannya di belakang kepala, setelah diam beberapa saat dia baru bersaura, "Setelah mencari tahu, aku baru menyadari ternyata waktu itu dia tidak menolong, hal itu hanya merupakan sebuah penglihatan palsu, aku paling benci orang membohongi aku"

Wajah Mia langsung menjadi tegang, dia menutupi wajahnya dan tidak tahu harus menangis atau tertawa, mungkin semua ini adalah takdir, takdir antara dia dan Mohan.

"Kamu merasa tidak enak badan?" Mohan duduk kembali dan menatap ke Mia dengan gugup.

Mia menggelengkan kepalanya, dia menurunkan tangannya dan berlutut di atas tempat tidur, kemudian kedua tangannya melingkari leher Mohan, "Mohan, apakah kamu tahu mengapa waktu itu aku bertekad harus menikah dengan kamu?"

Mia sudah berpikir banyak kali mau memberi tahu Mohan tentang masalah ini, tetapi karena tidak jelas dengan masalah hubungan Mohan dan Seli, Mia memilih untuk tidak melakukan hal itu, karena Mia tidak ingin menjadi orang sembarang berkata, Mia juga tidak ingin membuat Mohan kesusahan.

Mohan melepaskan pegangan Mia di lehernya kemudian meletakkan tangan Mia di telapak tangannya sambil menatap Mia dengan senyuman, "Apakah bukan karena kamu menyukai aku?"

"Ah?"

Mia bergegas menggelengkan kepalanya dan berkata : "Mana mungkin, waktu itu aku membenci kamu dari sisi apa pun, mana mungkin menyukai kamu....." Setelah menyadari ekspresi Mohan mulai menggelap, Mia pun memilih untuk diam, tetapi Mia tidak bisa menahan dan mulai tertawa, "Apakah waktu itu kamu ada menyukai aku? Bukannya kamu sangat membenci aku juga pada waktu itu?"

Mohan menarik Mia ke dalam pelukannya, "Kalau begitu beri tahu aku, mengapa? Kalau bukan karena uang dan bukan karena menyukai aku"

"Ternyata, kamu benar-benar tidak tahu apa-apa ya? Aku bahkan mengira kamu begitu dengan Seli karena mau membalas dendam untuk aku?" Berkata sampai sini, Mia merasa sedikit kecewa.

"Kalau begitu mengapa?" Jelas, Mohan sudah penasaran.

"Karena, Seli mengancam aku dengan orang tua dan adikku, selain itu, apakah kamu tahu? Dia tidak ingin menikah dengan kamu, dia.... dia takut kamu tiba-tiba meninggal dan dia harus sendirian, tetapi dia tidak ingin menjadi janda juga, jadi akhirnya dia memaksa aku............."

"Jangan berkata lagi" Mohan tiba-tiba memotong kata-kata Mia.

Melihat ekspresi dia yang menggelap, Mia tahu Mohan sudah marah, Mia merasa sedikit sedih, dirinya yang menjadi korban saja tidak marah, mengapa malahan yang marah adalah Mohan.

Kedua orang tidak berbicara dan suasana pun menjadi sedikit tertekan, Mia duduk kembali dari pelukan Mohan, "Kamu tidur lebih awal, aku pulang dulu saja" Mia mengaku dirinya juga merasa sedikit tidak senang, bertemu dengan masalah seperti ini, bukannya Mohan harus menghibur dia?

Mohan menahan lengan Mia dan menarik Mia kembali ke posisi awalnya.

Kemudian Mohan menghela sebuah nafas dengan tidak berdaya, "Aku bukan marah kepadamu...." Tenggorokannya bergerak, "Aku marah dengan diriku sendiri, karena kebodohanku kamu harus merasa begitu banyak kesedihan, aku juga marah kepada tingkah laku aku kepada kamu kemarin"

Mia mengerutkan alisnya, "Benar?"

Mohan mencium dahi Mia, "Aku memperbaiki kesalahanku dengan memberikan seluruh kehidupanku kepadamu, bagaimana?"

Mia tertawa dengan senang.

"Sudah, cepat tidur, kamu besok akan sangat sibuk"

"Kalau kamu besok ada waktu, kirimkan foto Rena ke nomor ponsel yang aku telpon kepada kamu hari ini"

Ini adalah pertama kali Mohan membahas tentang Rena duluan, Mia merasa sedikit kaget dan terharu, "Aku mengira kamu sudah lupa bahwa kamu memiliki seorang anak?"

Mohan berhenti beberapa saat sebelum berkata, "Aku sangat bersalah kepadanya, aku tidak pantas menjadi seorang anak"

Mia berputar balik badannya dan berposisi setengah merangkak di atas tubuh Mohan, kemudian Mia mengelus alis Mohan yang mengerut, "Mohan, di hati Rena, kamu adalah ayah yang sangat luar biasa"

"Aku tahu, semuanya adalah berkat kepada kamu, aku bahkan sudah menjadi Ultraman"

Sebuah senyuman menggantung di wajah Mia, kemudian dia menatap ke Mohan, "Kamu... mengapa kamu bisa tahu?"

"Sudah, jangan bertanya lagi, tidur saja, besok bangun agak pagi untuk menemani kamu membeli sarapan"

Malam hari itu terlalu pendek dan waktu bersama kedua orang itu bahkan lebih pendek lagi, sehingga ujung-ujungnya kedua orang itu tidak tega tertidur begitu saja.

"Mohan"

"Iya"

"Sejak kapan kamu jatuh cinta kepadaku?"

"Di jerman, sepertinya waktu kamu memasak untuk aku?"

"Oh, kemampuan memasak itu benar-benar sangat penting"

Mohan tertawa dengan suara kecil.

"Kalau kamu?"

"Waktu kamu hampir mati"

.............

Mohan tidak berbicara, dia memeluk Mia semakin erat, "Bagaimana kalau aku benaran mati?"

Mia menjawab, "Sebelum melupakan kamu, seharusnya aku tidak akan menikah lagi? Tetapi, waktu itu aku hanya merasa tersentuh dan menyukai, belum sampai mencintai" Mia berkata dengan jujur.

"Bagaimana kalua sekarang?"

Mia mencubit pinggang Mohan, "Kalau begitu aku akan langsung menikah sekarang, kamu bahkan memiliki pemikiran untuk membuat aku menjadi janda, kamu benar-benar sangat kejam"

"Mia"

"Iya?"

"Apakah kamu merasa capek?"

"Tidak"

"Kalau begitu sekali lagi........" Mohan menggeserkan tangannya ke pinggang Mia.

"Aku sangat capek, ayo tidur" Mia sibuk memejamkan matanya.

Mohan mengelus kepala Mia dengan tidak berdaya, "Baik"

Pada saat waktu sudah subuh, Mia tidak bisa menahan lagi dan tertidur.

Pada saat Mia bangun, Mohan sudah tidak berada di sampingnya lagi, secara refleks Mia mengambil ponselnya dan melihat ke waktu, sudah jam 10 lebih.

Hal ini membuat Mia hampir menggila, dia langsung duduk dan merasa sedikit panik ketika dia menyadari dirinya tidak mengenakan pakaian, tetapi, siapa mematikan alarm Mia? Siapa? Dia....... dia........

Ponsel Mia berdering dan Mia pun mengangkat telpon.

"Kamu sudah bangun? Aku sudah mengambil cuti setengah hari untuk kamu, tadi pagi aku sudah membeli sarapan untuk paman dan tante juga, aku menggunakan kuncimu membuka pintu, jadi, tenang saja, boleh bangun dan makan sedikit makanan, baru datang ke kantor secara perlahan, jangan terlalu buru-buru"

Suara Mohan yang enak berdering melewati telpon.

Sudut mulut Mia terangkat, dia baru bisa merasakan ternyata adegan semalam bukan sebuah mimpi.

Tetapi, mengapa Mohan bisa tahu dia sudah bangun? Hal ini membuat Mia melihat ke sekeliling, "Kamar kamu ada cctv ya? Jangan-jangan kamu merekam adegan yang tidak harus direkam"

Mohan tertawa dengan ringan, Mia bahkan sudah bisa membayangkan senyuman Mohan yang sambil menjilat bibirnya dan malu, "Di meja ada sebuah alat penghitung olahraga, bersama dengan ponselmu, kalau kamu bergerak, di sana akan tertera informasi"

Mia menoleh ke meja dan menyadari ada sebuah barang seperti jam tangan di atas meja.

"Baik, sampai jumpa"

Setelah mematikan telpon, Mia membuka kotak pesan dan melihat ada sebuah pesan mengambil cuti terkirim, intinya adalah pesan itu menyatakan Mia tidak enak badan dan mengambil cuti setengah hari, orang yang membalas Mia adalah atasannya, atasannya berkata harus mementingkan kesehatan duluan.

Pada siang hari, Mia menelpon ke orang tuanya dan berhasil mencari tahu mereka sudha mau tidur siang, setelah itu Mia baru keluar dari kamar Mohan dengan diam, di dalam elevator, Mia akhirnya menghela nafas lega.

Tetapi setelah turun ke bawah, Mia baru menyadari dia memakai sandal jepit, untungnya di sekitar sini ada toko sepatu.

Pada saat tiba di MY, Xiao Rou sudah hampir menangis ketika dia menjumpai Mia.

"Kenapa?"

"Kakak Mia, aku membuat kesalahan besar"

Mia meletakkan tasnya di atas meja sebelum menatap ke Xiao Rou, "Jangan menangis, kamu menceritakan masalahnya dengan jelas, kesalahan apa?"

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu