Cantik Terlihat Jelek - Bab 578 Hubungan Terbongkar

"Tunggu hujan reda sedikit, Raven, biarkan pamanmu bawa kamu dan Hutu kembali ke kota Ciput, pergi kerumah sakit biar dokter periksa, digigit oleh hewan ini, kalau tidak bersih akan menyebabkan kematian."

Hutu terkejut sampai tercengang di samping dibuat perkataan kakek ini, mendengar kakek bilang akan menyebabkan kematian, mencengkram baju Raven, tangannya mulai gemetaran.

Mereka berdua tidak menyangka, liburan ini akan berakhir seperti ini.

Hutu naik ke mobil, langsung menatap Raven, langsung takut dia ada reaksi yang tidak baik, keningnya berkerut.

Malah Raven, menarik tangannya, diletakkan di telapak tangannya, tampangnya seperti tidak apa-apa, "Aku hanya ingin kakek tenang saja makanya pergi ke rumah sakit, tenanglah, tidak ada masalah."

Hutu menggeleng, dia tidak percaya, dia baru saja mencari di baidu, digigit oleh serangga itu, memang bisa mengancam nyawa.

Namun yang membuatnya lebih terkejut adalah, hubungan dia dan Ravem, terbongkar tanpa persiapan seperti ini.

Saat mereka sampai di rumah sakit besar di kota Ciput, di depan pintu rumah sakit berdiri sekumpulan orang, melihat mobil, langsung mendekat.

Hutu membukakan pintu untuk Raven, menjulurkan tangan ingin memapahnya, tapi malah mendengar suara dari belakang memanggilnya, " Hutu ......"

Suara papanya, jelas-jelas tidak lama, tapi ada perasaan semacam sudah lama tidak hadir.

Dia memutar kepalanya, mengikuti suara itu memandang kesana, baru melihat dibelakang anggota medis, ada beberapa tetua keluarga Ningga, termasuk kakek Ningga.

Tangan yang dia ulurkan, membeku di tengah udara.

"Aku saja!" Seiring suara yang keluar, Shang sudah memapah Raven.

Raven melambaikan tangannya, "Kenapa kalian datang? Tidak apa-apa, aku masih bisa jalan."

Sambil berkata, melewati Raven berjalan ke Hutu, "Ayo, kita masuk."

"Raven......"

Mereka berdua baru masuk, Mai langsung berlari kemari, di sebelahnya ada Mei Yi, "Kak, pelan sedikit, tadi baru saja pingsan."

Paman membawa koper mereka berdua, berjalan masuk dari belakang, melihat Raven, dia menaikkan alisnya, lalu berdehem pelan.

"Aku hanya menelepon memberitahu mamamu, bilang kalau penyakitmu ini parah bisa menyebabkan kematian, suruh mama kamu cari dokter yang bagus, siapa menyangka dia memanggil begitu banyak orang, hehe."

Mei Yi menatap lurus ke paman, "Abang, kakak sampai pingsan gara-gara kamu."

Setelah berkata, melihat Raven, lalu melihat Hutu lagi, matanya jelas sekali ada maksud menyalahkan, "Ada beberapa hal, tahankan saja dalam hati, jangan kejutkan mamamu."

Maksud jelas di nada bicara itu, Hutu tidak bodoh, dia mengerti,

Kakek Ningga berjalan maju, menunjuk ke dalam rumah sakit, "Jangan terbengong disini lagi, orang sudah datang, cepat pergi lakukan pemeriksaan, mau mati dulu, baru panik?"

Auranya dominan sekali, perkataannya sangat kuat, begitu dia berkata, Raven langsung mengangguk, mengikuti anggota medis masuk ke dalma.

Setelah Raven masuk ke ruangan pemeriksaan, kakek Ningga melihat di luar pintu, Hutu yang kepanikan, terdiam sebentar, baru bertanya, nada bicaranya tenang sekali, tidak ada keanehan,

" Hutu, kenapa kamu bisa bersama dengan Paman Mudamu?"

Menghadapi Mei Yi dan paman yang tau tentang hal ini ada disini, Hutu tentunya tidak mungkin berbohong, tapi dia juga tidak pernah berpikir untuk membohongi, hatinya sedang merangkai kata-kata, harus bagaimana disampaikan agar lebih baik.

Setelah pikir-pikir, lebih baik langsung menjawab: "Kakek, aku suka Paman Muda, aku ingin bersama dengannya."

Setelah mengatakannya, mengangkat kepala melihat wajah kakek Ningga, yang sedikit demi sedikit menjadi suram.

Dia diam-diam mengepalkan tangannya.

Badai, sudah mau datang.

"Bersama?" Kakek Ningga memutarkan kepalanya melihat Sako, "Aku mungkin sudah tua, tidak tau maksud perkataan anak ini, kamu jelaskan dulu."

Sako melototi Hutu, menarik nafas dalam, "Pa, dia masih kecil, jangan didengarkan."

Hutu tidak menyangka Sako masih membantunya menutupi, hatinya masih ada sedikit kehangatan.

Tapi, dia tidak ingin menghindar lagi, dulu sempat berpikir, tapi saat kakek bilang Raven mungkin akan mati, dia bernafas saja sulit.

Dia tau kalau dia tidak boleh kehilangan Raven, tidak boleh.

"Kakek, aku menyukai Paman Muda, aku ingin menikah dengannya." Nada bicaranya teguh, tidak pernah seteguh ini.

Seluruh ruangan, dalam sekejap menjadi hening.

Hutu bahkan bisa mendengar suara perpindahan alat dari dalam kamar.

Tiba-tiba sebuah suara terdengar,

"Kamu ini barang apa?" Suaranya tidak besar, tapi kata demi kata sangat menusuk hati.

Hutu menurunkan matanya, wajahnya pelan-pelan memucat, rupanya, di keluarga Ningga, dia bahkan tidak bisa termasuk manusia.

Di mata kakek Ningga, dia adalah sebuah barang? Dia benar-benar polos sekali, mengira, kalau sudah lama, pasti akan ada perasaan.

Dia masih merasa bersalah, masih merasa keberadaannya, bisa membuat orang keluarga Ningga tidak senang, dia benar-benar terlalu memandang dirinya tinggi.

Menelan air liurnya, mengangkat kepala melihat kakek Ningga, wajahnya saat ini sangat suram, dingin, dan serius.

Tidak menunggu dia bereaksi, sebuah tamparan datang.

Orang yang menamparnya adalah Sako, "Kalau berbicara sembarangan lagi, keluar saja."

Setelah selesai memarahinya, berputar melihat kakek Ningga, "Pa, anak-anak mana mengerti suka, kamu....."

"Aku mengerti, aku ingin menikah dengan Raven."

Hutu memotong perkataan Sako, dia sepertinya menggeram, bagaimana juga masih muda, sebentar takut, sebentar menggebu-gebu, setelah selesai mengatakannya, dia menangis.

Sako mengangkat tangannya, ingin menamparnya lagi, tapi ditahan oleh paman, "Aku tadi masih tidak mengerti, apa maksudnya ini? Kalian tidak setuju Hutu jadi istri Raven?"

Setelah mengatakannya, memutarkan kepalanya, melihat Mai, "Mai, papa dan mama suka sekali dengannya, aku juga merasa dia baik sekali, kenapa tidak boleh jadi istri Raven? Toh juga bukan hubungan darah asli."

Reaksi Mai mungkin yang paling membuat Hutu paling terkejut, dia awalnya mengira, dia pasti akan memarahinya, ataupun tidak setuju.

Tapi dia tidak, dia tidak sedih, tidak senang, wajahnya tenang, melihat paman menanyainya, dia melihat Hutu, wajahnya ada senyum tipis, "Raven bukan tidak mengerti, kalau dia merasa cocok, aku tidak akan komentar."

Setelah mengatakannya, menghadapi tatapan dingin kakek Ningga, dengan dingin tersenyum, "Dia bukan anak yang menurut kalau kamu bilang tidak, bertahun-tahun ini, harusnya kamu mengerti."

Mei Yi menarik Mai, "Kak, kenapa kamu juga sama sembarangan dengan Raven? Papa, mama, dan abang tidak mengerti, apakah kamu juga tidak mengerti alasan mereka tidak boleh bersama? Kalau ini sampai tersebar keluar, bilang kalau Raven melanggar moral, dia harus bagaimana?"

Terkejut akan reaksi kakanya, Mei Yi mengira Mai tidak kepikiran dengan hal ini, langsung mengingatkan.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu