Cantik Terlihat Jelek - Bab 228 Dipaksa Ke Jalan Akhir

Levi jelas melamun sejenak, "dia memang ada penyakit, Mikasa, kamu jangan sembarangan menuduh aku ya?"

"Kamu...." Mikasa marah sampai ingin muntah darah, tanpa menunggu reaksi Mikasa, Levi langsung mematikan telepon.

Mikasa memejamkan matanya kemudian membuka lagi, dia berputar balik badannya dan memberikan ponsel kepada ayahnya, "Ayah, anak kandungmu" Mikasa sengaja mengucapkan kata anak kandung dengan berat.

Ayah Mikasa jelas sudah mendengar percakapan mereka, ekspresinya tidak terlihat lebih bagus dari Mikasa, bahkan terlihat lebih jelek.

Tiba-tiba, ayah Mikasa bersuara, "Mikasa, ayah sudah lapar, bolehkah kamu pergi luar untuk beli sedikit makanan untuk ayah?"

Melihat penampilan ayahnya, Mikasa akhirnya tidak berkata apa-apa dan hanya mengangguk.

Suya menepuk bahunya, "Kamu pergi saja, aku di sini kok!"

Mikasa memeluk Suya, berkata terima kasih sudah terlalu dangkal untuk hubungan mereka....

Mikasa baru saja pergi belum sampai dua menit, ayah Mikasa bersuara lagi : "Suya, bolehkah kamu membantu paman untuk beli satu set kartu poker, aku merasa terlalu bosan di rumah sakit, beli kartu poker agar aku bisa main dengan pasien sebelahku untuk menghabiskan waktu"

Suya mengangkat alisnya dan merasa sedikit tidak senang, Mikasa sudah marah sampai begitu dan ayahnya masih memiliki suasana hati untuk main kartu?

Setelah berpikir, Suya mengangguk, "Boleh, kebetulan infus juga sudah habis, kamu sendiri jangan sembarangan berjalan, aku akan segera kembali"

Mikasa keluar dari rumah sakit dan baru dapat makanan kesukaan ayahnya setelah mengelilingi satu putaran di sekitar rumah sakit, pada saat dia baru saja mau bayar uang, ponselnya berdering, Mikasa pun mengangkatnya : "Halo, Suya.... A...apa?"

Pada saat Mikasa sampai rumah sakit, Suya sedang berdiri di depan pintu rumah sakit, melihat Mikasa, Suya menyeka air matanya, "Paman menyuruh aku pergi beli kartu poker, pada saat aku... Aku pulang, dia sudah hilang, tadi aku tanya ke petugas keamanan, katanya dia melihat paman pergi dengan naik taksi"

Mikasa melihat ke luar pintu dan menarik nafas, "Dia pergi mencari anak kandungnya"

Mikasa mengerti ayahnya, dulu Levi pasti mengambil uang ayah menggunakan kebohongannya, sekarang ayah Mikasa sudah tahu tingkah laku anaknya, dia pasti tidak akan melepaskannya.

"Iya? Kalau begitu, apakah akan terjadi sesuatu? Apakah kamu tahu adikmu tinggal mana? Kita pergi ke sana saja sekarang?"

Mikasa berjongkok di atas lantai dan memegang kepalanya dengan kedua tangan, "Aku tidak tahu, bahkan aku sudah tidak bertemu dengannya banyak tahun"

"Mikasa, kamu harus kuat, melihat kondisi kesehatan paman sekarang, kamu harus mencari dia dan membawa dia kembali, telepon saja ke paman? Kalau ada masalah, kita bahas nanti saja setelah bertemu dengannya"

Mendengar kata-kata Suya, Mikasa melihat ke Suya sebelum mengeluarkan ponselnya dan menelepon ke nomor ayah, tetapi... Nomor ayah sedang tidak aktif.

"Naik mobilku, aku bawa kalian pergi"

Tiba-tiba mereka mendengar suara seorang pria, Mikasa mengangkat kepalanya dan melihat Gary yang duduk di dalam mobil, dia berdiri dan melihat ke Gary, "Kamu... Mengapa kamu masih belum pergi?"

"Masuk ke dalam mobil, bukannya mau mencari ayahmu?"

Meskipun Suya penasaran dengan tingkah laku Gary, tetapi dia tahu sekarang bukan waktu untuk memikirkan ini, dia langsung menarik Mikasa yang sedang melamun dan masuk ke dalam mobil Gary.

"Direktur Gary, mengapa kamu bisa tahu ayahku dimana?"

Gary melihat ke depan dan bersuara dengan perlahan, "Tadi di depan pintu, aku kebetulan melihat dia keluar dari rumah sakit dan aku melihat kondisi mentalnya tidak benar, aku sudah menyuruh Xiao Dong mengikuti di belakangnya"

Pada saat ini, ponsel Gary berdering, dia melihat ke ponselnya, "Xiao Dong sudah mengirim posisi alamatnya, tidak jauh, jangan khawatir"

Melihat bayangan belakang Gary, kepanikan yang dia rasakan sebelumnya menjadi berkurang banyak tanpa alasan.

Setelah sampai di tempat tujuan, hati Mikasa yang baru saja lega mulai berdebar dengan kencang lagi.

Tempat itu dikeliling oleh banyak orang, tanpa menunggu mobil berhenti total, Mikasa langsung membuka pintu dan berjalan melewati keramaian, adegan selanjutnya membuat seluruh darahnya mengalir ke otaknya.

Ayah Mikasa berlutut di atas lantai sambil menarik sudut baju Levi, tidak tahu apa yang sedang mereka katakan.

"Pa, apa yang sedang kamu lakukan?" Mikasa maju dan ingin menarik ayahnya, tetapi ayahnya malah mendorong tangan Mikasa dan terus menarik sudut baju Levi : "Levi, kamu beri tahu ayah, apakah kamu menggunakan semua uang itu untuk membayar hutang?"

Levi yang ditarik oleh ayah Mikasa melihat ke depan, kepalanya miring dan ekspresinya terlihat sudah tidak sabar : "Orang tua, apakah kamu tidak merasa dirimu terlalu bising, bukannya kamu hanya memberikan aku sedikit uang? Apakah kamu perlu membahas itu terus?"

Mendengar sampai sini, alis Mikasa terangkat dan dia menarik Levi kemudian berputar balik badan, "Sedikit uang? Levi, apakah kamu merasa uang berjumlah beberapa ratus juta rupiah itu termasuk sedikit?"

Levi melihat Mikasa dari atas sampai bawah dan berkata dengan tidak sopan : "Tante, kamu muncul dari mana? Masalah rumahku ada hubungan apa dengan kamu?"

Kata tante itu hampir membuat Mikasa muntah darah, dia melihat dirinya dan menghela sebuah nafas berat, kemudian dia meloncat dan menepuk kepala Levi dengan kuat, "Tante ya? Boleh, hari ini aku akan menjadi tantemu untuk sekali"

Setelah berkata, Mikasa menarik Levi dengan kuat dan menekuk salah satu kakinya, kemudian mengulurkan kaki satu lagi, setelah itu Levi langsung berada di jarak beberapa meter darinya, setelah menghabiskan banyak tenaga, Levi baru bisa berdiri.

Levi menunjuk kepada Mikasa, "Kamu... Kamu berani pukul aku? Ibuku saja tidak pernah pukul aku sejak kecil, kamu...."

Mikasa berdiri dan menarik kerah bajunya, "kamu memiliki ibu yang terlalu jahat makanya dia bisa mendidik anak jahat dan gagal seperti kamu" Tinggi badan Levi ada 180 lebih, Mikasa ingin menarik kerah bajunya harus menjinjitkan kakinya.

Dan itu membuat Mikasa terlihat sedikit agak lemah.

"Kamu berani hina ibuku? Aku... Aku akan membunuh kamu" Meskipun Levi sering melakukan hal jahat, dia tetap bersikap sangat sayang terhadap ibunya, mendengar Mikasa menghina ibunya, tentu saja dia merasa marah, Levi mengangkat tangannya dan ingin memukul Mikasa.

Hanya saja, detik selanjutnya tangan Levi di tahan dengan kuat oleh sebuah tangan besar.

Mikasa mengangkat kepalanya dan langsung bertatap mata dengan Gary, dia kaget sejenak kemudian melepaskan Levi dan mundur dua langkah, "Direktur Gary...."

"Pukul wanita, apakah kamu itu pria?" Gary tidak menjawab Mikasa, dia malah marah pada Levi.

Melihat aura Gary yang berbeda dengan orang lain ditambah mendengar Mikasa memanggil Gary Direktur tadi, Levi tiba-tiba merasa sedikit takut, "Kamu... Kamu siapa?" Sampai dia tidak bisa berkata dengan lancar.

Perhatian beberapa orang itu berada pada orang sekitar, tidak ada yang sempat memperhatikan ayah Mikasa sudah berdiri dan berjalan ke tengah jalan raya.

Suya yang sedang menelepon di dalam mobil hanya merasa ada seseorang yang familiar melewati depan matanya, selanjutnya dia mendengar suara rem mobil dari jarak tidak jauh darinya.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu