Cantik Terlihat Jelek - Bab 77 Menurutmu Aku Jadi Jahat?

Bab 77 Menurutmu Aku Jadi Jahat?

Mengangkat kepala, lalu terlihat lah Devan yang memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong memandangi dengan seksama wanita itu, ujung mulutnya tersenyum, dalam matanya ada kemanjaan tak terbatas.

Kehadiran laki-laki itu, seketika menarik sorotan mata para wanita di sana, dari 3 wanita itu, hanya Debora yang pernah melihat Devan, dua lainnya, seharusnya juga pernaha melihat laki-laki itu di TV, detik ini terkejut melihat laki-laki itu.

Dan beberapa pelayan yang belum keluar sebelumnya, seperti hembusan angin, semua berdiri keluar.

Hanya…….

Dalam mata seorang laki-laki malah menganggap sepertinya tidak ada orang di sekelilingnya, menarik keluar tangan besar yang langsing, menggosok sebentar kepala Sherin, membungkukkan badan, berbisik di telinga wanita itu, “Dibanding memintamu membelinya, aku lebih menikmati memakainya untuk diperlihatkan ke kamu.”

Tubuh Sherin seutuhnya terkejut, dia merapat-rapatkan bibir, menunduk lebih hebat lagi, mukanya memerah hingga seperti tetesan darah.

“Kamu…. kamu kenapa bisa datang?”

Devan dengan luwes meletakkan tangannya di pinggang wanita itu, menunduk, mengangkat alis, “Kalau aku bilang mau menemuimu, percaya tidak?”

“Pagi tadi bukannya baru berpisah.” Sherin secara reflek menjawab.

“Sehari tidak melihat, seakan sudah melewati 3 musim semi, aku sudah melewati 2 musim semi.” Laki-laki itu berbisik di telinga wanita itu.

Suara laki-laki itu memang sudah merdu, saat ini mengatakan kata-kata cinta yang menyentuh lagi, Sherin merasa kalau diteruskan lagi, laki-laki itu bisa saja tenang, dirinya sendiri malah tidak bisa tenang.

Tapi untungnya, dua orang ini sengaja mengecilkan suara, orang di sekeliling seharusnya tidak mendengar jelas apa yang sedang mereka katakan.

Yang bisa terlihat adalah interaksi mereka sebelumnya yang mesra.

“Uhuk.” Ada orang bersuara batuk.

Juga membuat Sherin tertarik kembali ke dunia nyata dari dunia mereka berdua.

Wanita itu menoleh, melihat Debora yang berdiri tidak jauh dari sana.

“Direktur…… Devan….” Ekspresi muka Debora menjadi kaku keras, berbicara dengan agak gagap.

Devan membalikkan badan melihat ke arah Debora, pandangan matanya mendingin, “Kamu siapa?”

Semangat Debora yang mengebu-gebu itu, setelah mendengar kalimat ini, seketika menjadi suram, ketika dia pergi untuk merias Gabriel sudah pernah berinteraksi langsung dengan Devan tidak kurang dari 10 kali.

Meski dia sendiri juga menyadari bahwa penampilannya tidak bisa dibandingkan dengan Gabriel, tapi dibanding wanita di hadapannya, dia masih berlebih-lebih.

Akan tetapi?

Nyatanya Devan sama sekali tidak tahu dia itu siapa, malah saat ini dengan Sherin gadis desa itu bersikap mesra.

Berpikir sampai sini, tanpa disadari api amarah berkobar.

Berbicara tanpa melewati otak lagi.

“Kamu adalah calon suami Direktur Gabriel kan? Aku adalah karyawan di kantornya, namaku Debora.”

Jatuhnya perkataan wanita itu membuat raut wajah semua orang di sana tidak ada yang tidak berubah.

Dari perkataan ini sangat jelas memberitahu orang lain bahwa Sherin ini sedang merayu calon suami orang…..

Jelas Sherin tidak menduga, Debora bisa mengumumkan statusnya.

Tetapi….

Kalau ini terjadi sebelum kemarin, saat ini wanita itu mungkin saja bisa menjadi merasa malu dan gelisah lalu melarikan diri.

Tapi, setelah mengalami hampir saja diperlakukan tidak adil oleh orang sampai mau masuk dan mendekam di penjara….

Wanita itu saat ini, tidak merasa bersalah, juga makin tidak merasa malu, wanita itu juga tidak pernah beranggapan bahwa dirinya sendiri adalah orang yang baik seperti apa, wanita itu hanya menganggap dirinya tidak mempunyai pemikiran untuk melukai siapapun.

Wanita itu dengan dinginnya menyoroti Debora sejenak, selanjutnya, pandangan matanya memutar balik, melihat ke arah Devan, “Devan, tadi ada orang yang mengatakan kamu terlalu tua, celana dalam ini dipakai oleh anak muda. Kalau kamu beli, kamu juga tidak bisa memakainya. Kalau gitu, yah jangan beli deh?” Usai mengatakan, mata lugunya melihat Devan.

Devan menggaruk atas hidung wanita itu, menoleh, alis mata mengunci menjadi satu, kedinginan di matanya perlahan muncul ke permukaan.

Namun juga tidak membuka mulut, hanya menolehkan kepalanya melihat ke luar dua kali.

Selanjutnya, Dylan membawa dua orang berbaju hitam yang tidak tahu dari mana.

Satu orang satu, menarik beberapa wanita itu keluar dari toko.

“Milik wanita itu, adalah milik perusahaan kami juga.” Sherin mengingatkan.

Devan mengangguk, memberi kode agar Dylan ikut pergi menyelesaikan.

Sherin mengangkat-angkat alis, akhirnya kepenatan di dadanya sudah banyak berkurang, wanita itu tidak ingin mengatur bagaimana Dylan menghukum mereka, di kemudian hari, terhadap orang yang tidak menyukainya, ataupun orang yang tidak dia sukai, wanita itu berencana, dia tidak perlu harus berbaik hati lagi.

Sekarang ini bisa dibilang ada gunung di belakang wanita itu, kalau dia tidak baik-baik menggunakannya, bukannya sia-sia?

Kemudian, Devan juga menemani wanita itu untuk memilih kado untuk Simon, tentu saja, kado itu menjadi kado dari wanita itu, namun uangnya dihitung ke tagihan Devan.

Di dalam mobil, Sherin terbaring dalam pelukan Devan, mengangkat kepala melihat ke laki-laki itu, bertanya: “Kamu rasa, aku sudah jadi jahat?”

Devan mengangguk, dengan cepat menjawabnya, “Iya………”

Sherin memelototi laki-laki itu, tangannya menyubit dengan kuat sebentar di pinggang laki-laki itu.

Raut muka satu orang tetap saja tidak berubah, detik selanjutnya, laki-laki itu membungkukkan badan, mengambil kesempatan untuk mencium sebentar di bibir wanita itu, suara rendah yang serak itu di samping telinganya berkata: “Aku menurut saja.”

Dylan yang ada di depan tidak bisa menahan diri untuk ngomel sebentar, dulu dia selalu berkata, Devan adalah manusia kayu dan tidak bisa menyanyangi wanita, di kemudian hari siapa yang ikut dengan laki-laki itu, diperkirakan bisa tersiksa hatinya disiksa sampai menagis.

Namun sekarang, Dylan baru menemukan jelas bahwa sebelumnya IQ orang itu terlalu rendah, hanya tidak menemukan orang yang tepat.

Kemampuan alami wanita ini, sampai-sampai profesor percintaan seperti dirinya, bisa saja mengemis cinta darinya.

Setelah membawa wanita itu dan Dylan makan bersama, Devan menyuruh Dylan pergi ke rumah Devan untuk membawa Simon kemari, kemudian mengantar Sherin ke tempat tinggalnya.

“Kamu sore, tidak perlu ke kantor?

“Tidak perlu, kamu beres-beres sebentar, ganti pakaian, sore bawa Simon pergi jalan-jalan.” kata Devan yang duduk di atas sofa dan menoleh ke Sherin yang baru keluar mencuci tangannya.

Sherin terlihat jelas kaget, “Tahun baru, kamu tidak perlu berkumpul bersama keluarga?”

Devan meletakkan ke samping buku di tangannya, berdiri, berjalan ke belakang Sherin, dari belakang merangkulnya, suara yang hangat dan lembut di samping telinga wanita itu, perlahan mengeluarkan kata, ia berkata: “Sherin, mulai saat ini, kamu juga adalah keluargaku.”

Tubuh Sherin sangat jelas bergetar sebentar, keluarga? Betapa tidak beraninya mendambakan kata ini, matanya pun memerah, membalikkan badan, wanita itu menjulurkan kedua tangannya, dengan kuat memeluk Devan, kepala menempel di dada wanita itu, dengan ringan berkata: “Devan, mereka bilang laki-laki menyukai seorang wanita, biasanya dimulai dari kecantikannya, kamu…. kenapa bisa menyukai diriku?”

Devan merapat-rapatkan bibir tipisnya, mengelus-elus kepala wanita itu, “Kamu juga bilang, itu laki-laki pada umumnya, mana bisa dibandingkan denganku?”

Sherin tidak bisa menahan diri, menjinjit ujung kakinya, mencium bibir tipis laki-laki itu.

Wanita itu mau lepas, namun seseorang tidak mengikuti kehendaknya, mulut dan gigi terjerat, nafas bercampur menjadi satu, laki-laki itu mencium dengan tenaga yang kuat, seakan ingin sekali menyatukan badannya menjadi satu dengan wanita itu.

Sherin hanya merasa tangan dan kakinya menjadi lemas, kedua tangannya tidak bisa tidak menarik erat baju belakang laki-laki itu.

Merasakan keaktifan wanita itu, Devan seakan seperti menerima dukungan, tangan besar yang ada di pinggang wanita itu mulai bergerak ke bawah.

“Sherin…..” Laki-laki itu dengan bergairah memanggil nama wanita itu.

Novel Terkait

Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu