Cantik Terlihat Jelek - Bab 288 Anaknya Masih Hidup

Segera setelahnya, ia langsung melihat Suya melihat keluar jendela, melihat sangat lama, Mikasa tidak berani memanggilnya, menyimpan telepon genggamnya, menunggu saja di samping.

“Suya, Eren bilang aku tidak paham, ia bilang kalian saling bertanggung jawab, apa kamu mengerti?” tidak tahan, Mikasa akhirnya bicara juga.

Suya mengedip-ngedipkan matanya, Mikasa melihat muncul air mata di mata Suya, usai keguguran, pertama kalinya Suya menangis, sekejap, Mikasa bingung harus melakukan apa.

Ia ingin bicara menghibur, tapi rasa sakit kehilangan anak, ia tahu, orang biasa, tidak mampu merasa simpatik, jadi, kata-kata yang hampir terlontar akhirnya ia telan kembali.

Bangkit berdiri, mengeluarkan tisu, menghapuskan air matanya, “nangis saja, nanti jadi lebih nyaman.”

Tapi, diluar dugaan, awalnya mengira, ia setidaknya akan curhat banyak, setelah mengeluarkan beberapa tetes air mata, Suya kembali tenang, ia melihat Mikasa, bicara sekaligus: “Mika, apa kamu tahu? Setelah kami menikah, mungkin seumur hidup ini, tidak akan bercerai!”

Saat bicara itu, Suya ternyata bukan depresi, bukan sedih, yang Mikasa lihat malah, kesenangan, bangga.......

Ini membuatnya semakin merasa bodoh.

Mengernyitkan alisnya, “kenapa tidak boleh bercerai?” ia awalnya ingin bertanya kenapa kamu sesenang ini, tapi, ia takut kalau sendirinya berpikir terlalu banyak.

Suya melihatnya agak tersenyum, “karena latar belakang keluarga kami, tidak mengijinkan kami bercerai.”

Tidak mengijinkan bercerai? Baiklah, masalah orang kaya, orang militer, pengetahuan Mikasa kurang, tidak paham kenapa tidak diperbolehkan bercerai, berpikir lagi, kemungkinan karena menyangkut keuntungan terlalu banyak pihak dan aspek.

“Kalau begitu, kenapa kamu masih mau nikah? Bukannya kamu ini sama saja dengan mengikat hidupmu dan Eren?”

Mendengarnya, Suya meraba bibirnya, tertawa semakin bahagia, sejenis yang sangat cerah, segera setelahnya ia membuka seliutnya, dengan kalem ia turun dari ranjang.

Mikasa sesungguhnya tidak paham melihat Suya, melihatnya turun dari ranjang, ia buru-buru bertanya: “kamu mau ke kamar mandi?”

Suya menggelengkan kepala, nada bicaranya meninggi, “bukan, aku mau keluar rumah sakit.”

“Keluar rumah sakit?” Mikasa panik, menarik lengannya, “Suya, sebenarnya kamu ributin apa? Meskipun kamu tidak melahirkan, tapi, kamu tahu tidak, kalau kamu tidak memulihkan diri dengan baik, kamu akan menyesal seumur hidupmu.”

Saat bicara itu, Suya sudah melepaskan genggamannya Mikasa, memakai seluruh baju dengan baik, melihat Mikasa yang khawatir parah, akhirnya ia bertekad, membungkuk, bicara di telinga Mikasa.

Beberapa kata masuk ke telinganya, mulut Mikasa seketika terbuka lebar, menarik Suya,“be……benarkah?”

Suya meliriknya, “tentu saja sungguhan.”

“Kalau begitu kamu, dokter itu……juga, darahnya……” karena Mikasa senang, ucapannya tidak jelas.

Ini sudah seperti plot twist besar di drama saja ya, anak yang ia tangisi itu, ternyata tidak terluka dan masih diam di perut Suya.

Suya memonyongkan bibirnya, “tidak kamu buat lebih realistis lagi, membuat bajingan itu percaya?”

Sambil bicara, memeluk Mikasa: “Mika, maaf, aku membiarkanmu sedih, aku awalnya juga ingin memberitahumu, tapi, aku takut kamu tidak menangis, jadi......jangan marah ya sama aku.”

Mikasa menggelengkan kepala. “tidak marah tidak marah.” anakmu masih ada, apalah air matanya itu.

Namun, Mikasa tidak paham, “Suya, kenapa kamu harus seperti ini?”

“Karena, Eren benar-benar ingin membunuh anak ini, hanya saja, aku menyadarinya lebih awal, aku itu ingin mencaritahu tentangnya, kemudian juga, aku takut kalau ketahuan olehnya, nantinya, ia akan melakukan apa-apa pada anakku lagi, jadi, dipikir-pikir, lawan rencananya dengan rencana juga saja.”

Sebenarnya kalau dibicarakan, Suya merasa berterima kasih pria yang hari itu datang mengantar sup, saat itu, ia bilang suruh taruh di meja, nanti ia makan kalau lapar, pria itu, pasti orangnya Eren, malah berdiri tegak dan tidak pergi dari sisinya, berdiri seperti tentara, bilang diperintahkan Eren, harus lihat dimakan sampai habis, baru boleh pergi.

Sejak Suya dewasa, Ibu Suya takut ia lelah belajar, lelah kerja, benar-benar diberikan macam-macam makanan kesehatan.

Jadi, Suya membuka tutupnya, reaksi pertamanya, langsung, baunya tidak biasa.

Tapi, saat itu, ia tidak mencurigai, lagipula ini anaknya Eren.

Hanya saja, saat ia sudah meminum seteguk, ia melihat pria itu matanya agak sedikit tidak tega saat ia menyerahkan mangkuknya ke pria itu, tangan pria itu bahkan agak gemetar.

Coba tanya, orang yang mampu bekerja untuk Eren, bagaimanapun pasti sudah sering lihat adegan kematian, bisa berekspresi seperti itu, Suya semakin berpikir semakin tidak masuk akal, Eren padanya, sejujurnya, ia sangat paham, Eren tidak mungkin begitu memperhatikannya, sampai-sampai, melihatnya menghabiskan suplemen, dan tidak pergi, jadi, saat pria itu pergi, ia masuk ke dapur, belakangan ini, ia sangat sensitif, terhadap bau asap, cium sedikit saja, akan muntah.

Sampai-sampai, ia lari ke toilet, merangkak di kloset, memuntahkan sampai habis makanan yang barusan dimakan.

Kemudian, ia mau mencaritahu, apa tebakannya sendiri benar, melalui seorang teman, membantu ia beli darah palsu impor.

Hanya saja, tahu Mikasa orangnya terlalu jujur, biasanya bohong saja akan ketahuan, jadi, ia tidak memberitahunya, mungkin karena reaksi dan air mata Mikasa, kepanikannya, ditambah lagi sorot lampu yang redup di malam itu, Eren jadi tidak curiga.

Setelah sampai rumah sakit, ia menjejalkan kartu bank yang sudah disiapkan dari awal ke dokter, tentu saja tanpa sepengelihatan orang tua.

Setelah kejadian itu, ia benar-benar membenci Eren, tapi, setelah Mikasa membawa rekaman-rekaman itu, ia malah merasa sedih lagi.

Kalau sebelumnya, berbuat seperti ini pada Eren, hanya saja tidak rela, hanya saja taruhan, mungkin saat ini, benar-benar jatuh cinta.

Jatuh cinta pada pria yang “kasihan” itu.

“Mika, kamu harus bantu aku menutupi? Setelah aku menikah dengan Eren, aku akan dengan alasan tidak akur, pindah dan tinggal bersamamu, tunggu sampai anakku lahir, ia juga tidak punya cara lagi, aku baru pelan-pelan membereskan dia.”

“Kalau, amit-amit ketahuan?” Mikasa buru-buru bertanya, masalah seperti ini, ia benar-benar tidak ingin terjadi lagi.

Suya berpikir, melihat Mikasa, “kalau tidak, di waktu hamil, kamu juga jangan kerja, aku rawat kamu? Gimana? Kebetulan kamu juga bisa melindungiku?”

Mikasa ingin bilang tidak, tapi….menunduk, tatapannya tertuju pada perut Suya, berpikir bertahun-tahun ini, pengorbanannya, menggertakkan gigi lalu mengangguk, “baiklah, aku jamin 24 jam tidak akan jauh darimu.”

Setelah tahu anak Suya masih ada, Mikasa kegirangan, menangis dan tertawa.

Saat itu, pintu bunyi “ceklek”, terbuka.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu