Cantik Terlihat Jelek - Bab 708 Rutinitas Suami Istri Yang Saling Menggoda

ada revisi Selvi diubah menjadi Fisi tangal 05/08/20 dari bab 702]

“Sudah selesai mandi ? Makanan sudah dingin.”

Mimi mengangguk kepada Jina, lalu berbalik badan dan masuk ke kamar pakaian, dalam hatinya menghela nafas lega.

Mimi tidak tahu apa yang dikatakan Aderlan kepada Jina, pada saat Mimi masuk ke kamar pakaian, pintu kamarnya juga langsung tertutup, seharusnya mereka sudah pergi.

Mimi melepaskan baju tidur dan mulai memakai pakaian dalam.

Dia sama sekali tidak membawa baju dirinya yang dulu, sehingga semuanya adalah baju baru setelah dirinya tinggal di sini.

Setelah melihat pakaian dalam yang berkancing empat, Mimi mengerutkan alis.

Dikarenakan ingin menyamar sebagai pria, pada biasanya Mimi selalu melilit bagian dadanya dengan perban, semalam dirinya juga hanya mengenakan pakaian dalam olahraga pada saat keluar.

Namun dia hanya memiliki satu pakaian tersebut, pada saat dirinya bangun tidur di barusan, ternyata bajunya sudah dicuci.

Setelah ragu sejenak, Mimi tetap mengambil pakaian dalam tersebut dan mengenakan pada tubuh sendiri, namun setelah mencoba beberapa saat, dia selalu tidak berhasil dalam memasang kancing barisan terakhir.

Aderlan melihat Mimi yang masih tidak ada kabar setelah masuk beberapa saat, sehingga langsung membuka pintu dan masuk ke dalam.

Setelah itu langsung kaku karena pemandangan di depan mata.

Aderlan bukannya tidak pernah melihatnya, namun ini pertama kalinya dia melihat dengan terang-terangan.

Mimi menyadari pergerakan di belakang tubuh, lalu menoleh kepala dan melihat Aderlan yang sedang menatap dirinya, ekspresi wajahnya sangat aneh.

Mimi juga tidak sempat mempedulikan kancing pakaian lagi, dia mengambil sebuah kaos dan langsung mengenakannya pada tubuh sendiri.

Aderlan meredakan kejanggalan di dalam hatinya, lalu beranjak ke depan, tangannya menyelip ke dalam bawah bajunya, saat ini dia dapat merasakan seluruh tubuh Mimi yang terbengong kaku.

“Aku bantu kamu memasang kancing saja.” Aderlan berkata, lalu menarik kaos Mimi ke arah atas.

Dikarenakan berdiri di jarak yang dekat, saat ini Mimi bahkan dapat mendengar suara Aderlan yang sedang menelan ludah.

Setelah itu Mimi mengerut bibir dan menatap Aderlan.

Ternyata memang benar, saat ini wajah Aderlan telah kemerahan, tatapan matanya membawa jejak kegairahan yang sangat jelas.

“Dalam beberapa tahun ini, kamu sama sekali tidak pernah mencari wanita lain ya ?”

Aderlan mengangguk dengan turut.

“Jangan-jangan kamu sejak kecil sampai saat ini, hanya….hanya pernah terjadi dua kali itu saja denganku ya ?”

Aderlan mengalihkan tatapannya dari tubuh Mimi dengan kesusahan, lalu terdiam di tempat.

“Jadi beberapa pacarmu sebelumnya…”

“Pura-pura.”

Senyuman di wajah Mimi semakin dalam setelah mendengarnya.

Setelah itu tatapan Mimi turun dan beralih ke bagian bawah tubuh Aderlan, telinganya langsung kemerahan hanya dengan satu kali tatapan.

“Ayo, keluar sarapan.”

Setelah berbalik badan, Mimi langsung mendengar Aderlan yang sedang menarik nafas dalam, ketika dia masih belum sempat menyadari kembali, Aderlan sudah menekan Mimi ke dalam pelukannya.

“Aku..sudah hampir gila !”

Mimi langsung mengerti dengan maksud kata-katanya, setelah itu jantungnya berdetak kencang.

Mimi melirik sekilas ke arah luar, saat ini bahkan Jina saja sudah datang memanggil dirinya, apabila mereka tidak turun dengan cepat, takutnya tidak terlalu baik, namun apabila ingin melakukan hal seperti ini, Mimi merinding sekilas setelah kepikiran dengan pengalaman dirinya bersama Aderlan pada dua kali sebelumnya, apabila dia menyetujui permintaan Aderlan, takutnya mereka tidak akan bisa turun lagi dalam sementara ini.

Setelah berpikir sejenak, Mimi berkata, “Atau, kamu boleh lebih cepat lagi ?”

Tubuh Aderlan menjadi kaku sejenak, lalu mendorong tubuh Mimi dan menatapnya dengan tatapan kesal, masalah ini boleh dipercepat ya ?

Akhirnya Aderlan menghembus nafas dan berkata dengan tidak berdaya :”Kamu makan saja dulu di bawah, aku bentar lagi turun.”

Setelah itu dia keluar dan masuk ke kamar mandi.

Mimi menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat.

Mimi menggaruk rambut sendiri dan menempelkan wajahnya pada pintu, lalu sengaja bertanya :”CEO Mo, perlu bantuan ?”

Setelah itu terdengar suara bentakan seorang pria, “Kalau kamu mau main lagi, percaya tidak kalau aku akan langsung menarikmu ke sini ?”

Setelah mendengar suara langkah kaki yang semakin menjauh, Aderlan menyandar di dinding yang dingin, dia merasa dirinya telah menikahi seorang wanita yang lincah, sehingga sudut bibirnya terus menarik ke atas.

Dikarenakan bangunnya lebih pagi, sehingga waktu sarapan kakek Mo juga lebih pagi, pada saat Mimi turun dari lantai dua, di atas meja makan hanya menyisakan Kevin Mo.

“Kakak.” Mimi menyapanya.

Kevin Mo terus menatapnya, lalu melirik pada belakang tubuhnya, “Aderlan di mana ?

Mimi mengedipkan mata sendiri, “Dia…dia…ada sedikit perlu, sebentar lagi akan turun.”

“Sup sudah dingin, aku ke atas panggil dia saja.”

Setelah selesai bicara, dia bersiap-siap untuk naik ke atas.

Mimi buru-buru berdiri dan menahannya, “Dia di toilet, bentar lagi akan turun.”

Sepertinya Kevin Mo merasa kata-kata dirinya terkesan kasar, sehingga melototnya dengan tatapan yang merasa menjijikkan.

Alhasil, setelah empat puluh menit kemudian, Aderlan baru turun dari lantai atas, ujung rambut di bagian dahinya masih membawa jejak keringat.

Kevin Mo sedang duduk di atas sofa sambil bermain ponsel, lalu melipat kedua kakinya dan bertanya, “Aderlan, kamu jatuh ke dalam kloset ya, kenapa begitu lama turunnya.”

Aderlan melototnya, matanya mengelilingi sekilas pada seluruh ruang tamu, “Mimi di mana ?”

“Dia ? Cuci piring di dapur.”

“Cuci piring ? Cuci piring apanya ?”

“Empat orang bibi, satunya mudik, satunya hari ini suaminya sedang masuk rumah sakit, satunya sedang menyiapkan obat kakek, satunya lagi menemani ibu belanja di luar, jadi Mimi nekat mau cuci sendiri.”

Setelah selesai bicara, dia mengambil piring buah di sampingnya, lalu memasukkan buah anggur ke dalam mulutnya.

Aderlan melirik sekilas, lalu berbalik badan dan masuk ke dapur.

Setelah itu di melihat Mimi yang sedang mengelap wastafel dapur, “Buat apa kamu melakukan ini ? Bibi akan kerjakan.”

Setelah bicara, dia maju ke depan dan memeluk pundak Mimi, sepertinya ingin membawa dirinya keluar dari sini.

Mimi menoleh menatapnya, tatapan matanya mengalih ke bagian bawah tubuhnya, lalu bertanya dengan nada ringan :”Sudah selesai ?”

Aderlan menarik nafas dalam, lalu mengangkat dagu Mimi dan mengecupnya, “Kamu…”

“Aku kenapa pula ? Aku kan perhatian padamu.” Selesai berkata, Mimi mengulur lidahnya.

Mimi merasa seru juga setelah melihat wajah Aderlan yang menjadi kemerahan.

“Keluar dulu, biarkan saja mereka yang urus.”

Mimi mengetahui bahwa Aderlan sedang mempedulikan dirinya.

Namun dia benar-benar tidak berkenan.

“Ini hanya masalah sepele, aku panaskan sup dulu, kamu cepat duduk di luar.”

Setelah selesai bicara, dia dia menuangkan sup dari oven dan meletakkan ke atas meja makan.

“Kamu makan saja dulu, aku sini sudah mau selesai beres.”

Mimi meletakkan piring yang selesai dicuci ke dalam rak piring, lalu berbalik badan dan melihat kakek Mo yang sedang berdiri di pintu dapur, wajahnya penuh dengan senyuman kesenangan.

“Kakek, kakek masih mau makan lagi ?”

Kakek Mo menggeleng kepala, lalu balik menatap Aderlan dan duduk di sampingnya, “Sudah lihat kan, kakek sudah bilang, tidak akan salah kalau menikahi dia.”

Aderlan melirik sekilas pada wajah kakek Mo, lalu balik menatap lagi pada Mimi yang masih sedang sibuk di dapur, “Kakek, rumah kita tidak kekurangan pembantu.”

Setelah selesai bicara, kakek Mo langsung menepuk pada bagian belakang kepalanya, “Dasar budak kecil, kamu tidak mengerti dengan maksud kakek ya ?”

Aderlan menunduk dan terus meminum sup, setelah itu dia mengerut bibir dan berkata dengan reaksi serius :”Tentu saja mengerti, terima kasih atas perhatian kakek.”

Pada saat Jina kembali ke rumah, Kevin Mo memberitahukan masalah Mimi mencuci piring kepadanya, setelah itu Jina langsung mengerut alis dan berkata, “Ini seperti apa bentuknya ? Nyonya muda di rumah kita masih perlu mencuci piring ya ?”

Setelah itu langsung mengeluh panjang lebar.

“Memang kampungan sekali, tidak tahu juga apa yang disukai Aderlan padanya, seluruh tingkah lakunya memang terkesan kampungan sekali.”

“Ibu, bukannya kamu bilang mau merayakan tahu baru di keluarga Sumito ya ? Atau sampai saat itu…” Kevin Mo memeluk tangan Jina, lalu mengangkat alis dan ingin mengatakan sesuatu.

Jina melirik sana sini, lalu menepuk ringan pada punggung telapak tangan Kevin Mo, “Budak kecil, Aderlan sudah terjerumus ke dalam godaannya, kamu jangan mencari masalah lagi ya.”

Setelah bicara, dia mengambil remote televisi dan menyalakannya, namun jelasnya tidak terlalu berselera untuk menontonnya lagi.

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu