Cantik Terlihat Jelek - Bab 766 Lahir Denganmu?

Suara notifikasi pesan berdering, Kenbo mengeluarkan ponsel dan sekilas melihatnya. Itu adalah notifikasi pemakaian kartu. 3.360.000 rupiah dari toko pakaian di pusat perbelanjaan. Sudut mulutnya membentuk lengkungan yang sulit ditemukan orang.

Dalam hatinya menyembul semacam perasaan bahagia yang belum pernah ada sebelumnya, serta kegembiraan yang sulit dideskripsikan.

Ternyata perasaan bisa mengeluarkan uang untuk orang yang disukai adalah seperti ini.

Di ruang makan, sambil menuang air dengan membelakangi semua orang, dia mengirimi Grandy pesan, "Pergi ke sini dan beli pakaian yang dicoba Fisi, antar ke rumahku."

Pesan dibalas dalam hitungan detik, "Direktur Kenbo, tidakkah kamu terlalu tenang? Kamu bahkan masih memiliki niat untuk menaksir wanita di saat seperti ini?"

"Fisi, lagian Kenbo tidak akan pulang malam ini, tidur saja di rumahku. Besok siang kita bisa berangkat bersama dari rumahku ke pertemuan teman sekolah."

Fisi lantas menggelengkan kepala tanpa berpikir terlebih dahulu, "Tidak mau. Aura Direktur Mo di rumahmu itu tidak kalah dari Kenbo, terlalu seram, aku takut."

Mimi mencubit wajah Fisi, “Dia sedang dalam perjalanan bisnis, lusa baru pulang.”

Rumah Mimi tidak kekurangan apa pun, sehingga Fisi yang hendak pulang untuk mengambil baju ganti pun ditolaknya.

Oleh karena itu, meski Kenbo mencari alasan dan bergegas pulang pada malam hari, apa yang dia temui hanyalah rumah kosong yang hening.

Belasan kantong ditempatkan di ruang tamu, tampak jelas belum disentuh sama sekali.

Dia melihat ponsel, bahkan sebuah pesan pun tidak ada. Dia agak kesal hingga ingin membuang ponselnya ke luar jendela.

Dia jelas mengetahui isi pikiran Fisi, tapi dia masih merasa sedih.

Dia kira apa yang akan ditemukannya setelah pulang adalah penampilan Fisi yang diam-diam bahagia.

Devita membuka pintu. Terlihat Kenbo duduk di sofa dan dikelilingi setumpuk kantong.

Devita terengah-engah, menatap raut muka Kenbo yang agak buruk, hatinya tersentak. Dia tahu dia datang pada waktu yang salah.

“Lihat, apa yang kubawa untukmu?” Devita menunjukkan pada Kenbo apa yang dipegangnya di tangan guna membuat Kenbo senang.

Pandangan Kenbo tertuju pada arsip dokumen yang dibawa Devita, alisnya berkedut, tidak berbicara.

"Film laris internasional, orang yang bekerja sama denganmu adalah orang yang sangat diakuimu.”

Devita terlihat senang. Setelah menerima pemberitahuan dari pihak seberang, dia lekas bergegas ke sini pada tengah malam hanya untuk meminta komisi.

Kenbo merupakan orang yang tidak bisa menjaga perasaan orang. Terlalu banyak orang yang ingin menyenangkan hatinya untuk berbagai tujuan. Tapi dia selalu menolak orang-orang asing tersebut secara naluriah.

Perlu dikatakan bahwa sejak awal Fisi adalah sebuah pengecualian. Fisi jauh lebih sering menyangjungnya, jauh lebih suka menjeratinya.

Tapi Kebon sama sekali tidak merasa kesal.

Melihat Kebon mengabaikan dirinya, Devita melengkungkan bibir dan melihat ke sekeliling ruangan, "Di mana Fisi? Tidak di rumah?"

Kenbo seketika menjadi bersemangat. Dia menegakkan badan, mengambil dokumen di atas meja dan membalik-balikkannya.

"Tidakkah seharusnya kamu memberi tahu manajerku mengenai hal yang begitu penting?"

Devita mengerutkan kening, bertanya dengan wajah bingung, "Siapa yang harus diberitahukan? Fisi? Dia ... untuk apa memberi tahu dia?"

Sambil bicara, Devita tersenyum, "Kita bukannya tidak tahu, dia bekerja sebagai manajer hanya ..."

Belum selesai bicara, Devita menyadari raut muka Kenbo tiba-tiba memburuk. Dia pun lekas menutup mulutnya dan mengeluarkan ponsel.

"Oke, aku akan menginformasikan ... manajermu sekarang juga."

Namun, telepon langsung dimatikan begitu tersambung. Dihubungi lagi, diputuskan lagi.

"Tiga kali panggilan diputuskan semua. Apa yang terjadi? Ke mana dia pergi?"

Kenbo sontak berdiri dan memandang Devita, raut mukanya semakin buruk.

"Kamu tidak memarahinya lagi, bukan?"

Devita tampak gugup, menunjuk ke dokumen di meja kopi. "Sekarang ada beberapa adegan utama yang harus difilmkan, kamu tidak boleh membuat Fisi marah dan pergi pada saat ini."

"Apakah kamu sudah lupa akan kehidupan seperti apa yang kamu jalani selama lebih dari setahun itu? Seluruh perusahaan dikacaukanmu. Tidak ada yang bisa tahan emosimu, kamu juga tidak ingin bertemu dengan mereka. Jadi, kamu seharusnya lebih baik pada Fisi …”

Kenbo mengambil mantel di sofa, menggenggam ponselnya dan berjalan keluar. Sambil melangkah, dia berkata, "Keluar, jangan lupa tutup pintu."

Dia sama sekali tidak peduli dengan tampang Devita yang kesal dan heran.

Sisi lain

"Lian, sudah jam berapa, kenapa kamu belum tidur dan masih bermain dengan ponsel?"

Berlian menatap telepon dengan gembira, "Bibi, aku tidak sekolah besok, biarkan aku bermain sebentar lagi, oke?"

Ayah Mo dan Jina sering mengajak Tuan tua Mo untuk bertamasya dan tinggal di tempat wisata selama hitungan bulan. Oleh karena itu, Berlian sering menumpang di tempat Mimi. Agaknya ada 20 hari dalam satu bulan di mana Berlian tinggal di tempat Mimi.

Sambil bicara, kedua tangannya memegang telepon, berjalan ke arah Fisi, "Bibi Fisi, bisakah kamu mengajariku cara melewati level ini?"

Fisi duduk bersila di sofa. Mendengar pinta Berlian , dia mengambil ponsel dan mengutak-atiknya sebentar, level tersebut pun berhasil dilewatinya.

Permainan ini sering dimainkannya selagi bosan ketika menemani Kenbo akting, jadi dia sangat akrab.

Setelah melewati level itu, Fisi kembali mengalihkan pandangannya ke televisi .

Mimi memberinya segelas jus dan melihat Kenbo yang ada di televisi. Ekspresi penuh rasa jijik.

"Melihat orang sungguhan setiap hari pun masih belum cukup? Menonton televisi pun harus melihatnya."

Setelah menyesap jus, Fisi mengganti posisi, "Aku menonton televisi, siapa bilang aku melihatnya? Ini cuman kebetulan dia yang mengambil peran."

Mimi tersenyum, tidak berkata apa-apa.

Setelah beberapa saat, bel pintu berbunyi.

Melihat pria yang berdiri di luar pintu, Mimi tampak terkejut, "Bintang populer, kenapa kamu datang ke sini?"

Fisi nyaris melompat dari sofa dan menghampirinya, "Kenapa kamu datang ke sini?"

Sehabis mengajukan pertanyaan, Fisi menemukan bahwa raut muka Kenbo sangat buruk. Dia kemudian mengambil langkah mundur, "Ada apa?"

"Kenapa kamu tidak mengangkat teleponku?"

Tidak mengangkat telepon? Fisi menoleh untuk melihat Berlian yang masih tenggelam dalam permainan. Dia lekas tanggap, membuka mulut dan membujuk:

"Itu, Lian lagi main gim. Dia mungkin mematikan telepon dari kamu."

"Kamu meneleponku? Ada apa? Bukankah kamu bilang kamu tidak akan pulang malam ini?"

Mimi menyilangkan kedua tangan di depan dada, berjalan kemari dan merangkul pinggang Fisi, "Bintang Kenbo yang populer, Fisi mau tidur denganku malam ini."

Lian ikut berlari kemari dan menyerbu ke pelukan Fisi, "Bibi Fisi, malam ini aku mau tidur denganmu, oke?"

“Oke!” Fisi tersenyum penuh pemanjaan.

"Tidak boleh!"

Di dalam mobil

"Dia masih anak kecil."

"Iya!"

"Kenapa kamu masih berebutan dengannya, lihat betapa sedihnya dia menangis?"

Kenbo menoleh perlahan dan sekilas memandang Fisi, "Kamu suka anak kecil?"

Fisi menunduk dan tidak bicara.

"Kalau suka, lahirkan anak sendiri saja."

Setelah linglung beberapa saat, Fisi menatap Kenbo dengan senyum menawan, "Lahir denganmu?"

Mobil mendadak berhenti.

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu