Cantik Terlihat Jelek - Bab 72 Gabriel menyalahkan Dia 2

Bab 72 Gabriel menyalahkan Dia 2

Pandangan yang penuh darah merah, membuat Sherin ingin menarik tangannya kembali, tetapi ditahan oleh Gabriel.

Dengan tatapan yang ketakutan ia menatap Gabriel. Di sisi lain, tatapan Gabriel penuh dengan senyuman yang menjijikkan.

“Nona Sherin, aku benar-benar tidak bermaksud berada di depan begitu banyak orang, mengatakan bahwa kamu adalah seorang pengasuh, aku benar-benar tidak bermaksud demikian.” Wajahnya mulai pucat, mengerutkan alis, keringat jatuh dari keningnya, air mata menggantung dimatanya. Suaranya mungkin karena kesakitan, terdengar sangat lemah.

Suaranya yang tidak terlalu keras atau pelan, orang-orang yang berdiri mendekatinya bisa mendengar, sehingga tersebar cepat di kerumunan.

Kesimpulan yang didapatkan adalalah : wanita ini, ingin membalas dendam pada Gabriel.

Sherin mengigit bibir bawah, ia mengelengkan kepala, sedikit ketakutan ia mendongak kepala, berpapasan dengan tatapan Devan, ketika Devan mengetahui bahwa Sherin sedang menatapnya, ia segera memindahkan pandangannya.

Jantungnya seperti ditabrak oleh sesuatu, sangat sakit dan sangat menyakitkan.

Pada sudut matanya melihat wanita itu sudah jatuh kedalam pelukannya, sepertinya ia mengerti sesuatu.

“ Devan, bukan aku…..” dengan buru-buru ia ingin menjelaskan, ia takut akan kesalahpahamannya, ia bukan sosok seorang yang sangat peduli dengan pandangan orang lain, tetapi pada saat ini, ia sangat peduli dengan pandangan Devan.

“Devan, jangan salahkan Sherin, aku baru saja mengatakan bahwa ia adalah pengasuh dirumahmu, keceplosan, ia mungkin sangat marah, tidak… tidak sengaja ia melukaiku.” Gabriel menyela percakapan Sherin.

Sherin dengan pandangan yang tidak percaya ia menatap Gabriel, bagaimana ia bisa berkata bohong tanpa berkedip mata ?

Walaupun ia tidak pintarpun, ia tidak mungkin dihadapan banyak orang, langsung menusuknya dengan pisau ?

Tiba-tiba, ia sepertinya mengerti sesuatu, wanita ini, ia mengandalkan kepercayaan dari Devan, apabila Devan percaya padanya, apabila begitu, walaupun ia hari ini tidak bersalah, Devan akan memikirkan cara agar ia mengakuinya.

Bagaimana dengan Devan ? Apakah ia percaya padanya ?

“aku akan menbawa kamu ke rumah sakit.” Pada saat ini Devan, wajahnya tanpa ekpresi, tidak terlihat emosinya sama sekali.

Tetapi dari awal hingga akhir, ia tidak melihat Sherin sekalipun.

Melihat bayangan ia yang mengendong wanita itu pergi, dalam hati Sherin terasa sangat kosong, apakah ia begitu, ia mempercayai Gabriel ? mempercayai, bahwa ia melukai seseorang ?

Ia ingin mengikutinya, ingin menjelasin dengan jelas kepada Devan, tetapi lengannya ditarik oleh seseorang, “ ingin kabur setelah melukai orang ? siapa yang bisa menelpon 110, wanita yang seperti ini, harus dihukum sesuai peraturan. “

Kemudian, Sherin mendengar diantara kerumunan, ada yang menelpon ke 110…..

Otaknya kosong.

Polisi tiba dalam waktu yang singkat, hingga borgol tangan yang dingin menempel pada kulitnya, ia menoleh ke kerumunan, orang-orang tersebut atau tatapan yang dingin, atau tidak ada hubungan sama sekali.

Diantara kerumunan ada beberapa yang ia kenal, rekan kerja, Manager Lupus…. Dan gadis bontet yang ditarik oleh Manager Lupus…..

Hatinya, sangat kecewa……

Rumah sakit

“ lukanya sangat dalam, apabila pada bagian dada, ia akan meninggal.” Dokter sambil menjahit luka, sambil menghelakan nafas dan berkata.

Walaupun sudah disuntik obat bius, Gabriel masih merasakan sakit sehingga ia tidak bisa bicara.

Handphonenya berdering, Devan keluar dari kamar menjahit.

“ada saksi yang melihat Nona Gabriel yang meletakkan pisau ke tangan Nona Sherin.” Dylan berkata.

Devan mengerutkan alis, memegang kening, terdiam dalam waktu cukup lama, ia pelahan-lahan berkata, “ tutup mulut orang tersebut.”

“ polisi membawa pergi Sherin,” Dylan menarik nafas, berkata dengan lambat, ia terdiam sesaat, kemudian ia berkata : “ aku akan segera ke sana, kamu, bagaimana kondisi disana ?

“tidak apa-apa, kamu membawa ia pulang dulu, dan memberitahukannya, setelah aku membereskan masalah disini, akan pergi mencarinya.” Terdiam sesaat, kemudian ia lanjut berkata : “ tutupi semua informasi. “

Duduk di sudut ruang tahanan, kedua tangan Sherin memeluk lutut, di dalam pikirannya tidak berhenti menayangkan adegan-adegan yang baru saja terjadi di ballroom .

Sangat jelas, ini sudah rencanakan oleh Gabriel.

Tiba-tiba ia merasa dirinya sangat polos, sebelumnya ia merasa sangat bersalah terhadapnya.

Sedangkan, tatapan Devan sebelumnya, sangat jelas ia mecurigainya, memikirkan hal ini, tanpa alasan ia merasa sangat menyedihkan.

“ Tuan Yuta, silahkan.”

“ buka pintu.”

“ ini…..”

“ aku menyuruhmu untuk buka pintu….” Suara teriakannya menarik kembali pikiran Sherin. Ia mendongak, dibatasi oleh sebuah pintu, ia melihat wajah Yuta yang cemas, ia berhadapan dengannya, dengan terpaksa, ia senyum dengan sangat kaku.

Yuta bergegas untuk masuk kedalam dan berlutut didepannya, melihat ia dari atas sampai bawah, ia merasa lega, “ syukurlah, kamu tidak terjadi apa-apa.”

“ kamu sudah lupa, aku yang menyakiti orang lain, bukan orang lain yang menyakitiku.” Dengan tertawa pahit ia berkata.

“ Jangan sembarang bicara, sifat kamu seperti apa, apakah aku tidak mengetahuinya ? untuk membunuh ayam saja kamu tidak berani, bagaimana dengan melukai orang lain ?”

Sherin terbengong, “ bagaimana kamu bisa tahu ? “

“ baiklah, disini bukan tempat untuk ngobrol, berdiri, kita pulang ke rumah duluan…..”

“Tuan Yuta, apabila kamu akan membawa ia pergi, apabila atasan mengetahuinya , kita berdua bagaimana bertanggung jawab ?” saat mereka berdua jalan menuju pintu, polisi yang mengenakan baju polisi berdiri di samping, ia mengerutkan kening, dengan suara yang pelan ia berkata.

“Apabila ingin bertanggung jawab, Bagaimana jika aku dapat membuktikan bahwa ia tidak melukai siapapun ?”

Sherin mendengar, ia mendongak dan menatap Yuta, “ Yuta…”

Polisi merasa sangat dipersulit. “ Tetapi…..”

Yuta meliriknya, dan menarik Sherin keluar dari kantor polisi.

Ia merangkul pinggangnya, jalan dengan buru-buru, saat mereka berdua baru saja keluar dari kantor polisi, melihat Dylan yang datang dari depan.

“ Nona Sherin….” Dylan menyapanya.

Karena Sherin merasa sangat lelah, jadi, ia hanya menganggukan kepala, tidak menjawabnya.

Tatapan Yuta tertuju pada Dylan, “ apa yang ingin kamu lakukan ? “

“ Nona Gabriel masih dijahit di rumah sakit, Jadi….”

“ Jadi apa ? Jadi, aku tidak boleh membawa ia pergi ? kamu dan Devan sama, apakah otak kalian adalah otak binatang ? Apa ia bisa menyakiti orang, apakah didalam hati kalian tidak memiliki perasaan ? “ ia tidak memberikan Dylan kesempatan untuk menjelaskan, Yuta menarik Sherin dan jalan menuju kearah ia memarkirkan mobil.

Dylan mengerutkan kening, mengangkat kedua tangan di udara, kemudian meletakkan, membuang nafas dengan kuat.

Setelah berpikir, ia memilih untuk mengejarnya.

Mengetuk jendela, Sherin menurunkan jendelanya, menatap Dylan.

“Nona Sherin, Devan mempercayaimu.” Apabila tidak, Ia tidak mungkin saat Dylan ingin mengikuti ke rumah sakit, ia meminta Dylan berada di tempat kejadian, dan segera menemukan saksi mata.

Sherin mendongak, tatapannya tertuju pada Dylan, ia hanya merasa lucu dan menyedihkan, “ benarkah ? ia percaya Nona Gabriel, mengambil pisau menusuk dirinya sendiri ? “

Dylan ternganga, pada saat ini ia tidak bisa menjawab, hal ini berhubungan dengan Devan dan Gabriel, ia tidak bisa menjawabnya.

Pada hati Sherin tanpa alasan ia merasa sangat sedih, terdiam sesaat, ia menaikkan sudut mulutnya, tersenyum, tertawa dengan ironis, berpikir “ Percaya kepadanya ?

Percaya kepadanya, pada saat itu, bahkan ia tidak melihatnya.

Cinta ? bahkan kepercayaan yang paling dasar saja tidak ada, bagaimana dengan Cinta ?

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu