Cantik Terlihat Jelek - Bab 254 Kecelakaan

Mulut Mikasa sedikit bergetar, "per...perkosa?"

Suster mengangguk, "Hm, benar-benar sangat kasihan."

Gary yang berada di sebelahnya menepuk-nepuk pundak Mikasa, menenangkannya.

Mikasa berusaha untuk tersenyum di kondisi seperti ini, lalu Ia berjongkok di depan Ibunya, "Ma... Ini aku, Sasa."

Wanita itu melihat ke arahnya, tidak lama kemudian, tatapannya berfokus pada Mikasa, tiba-tiba wajahnya berubah menjadi gelap: "Kamu, kembalikan anakku, kembalikan anakku."

Sambil mengatakannya, wanita itu mengangkat tangannya, lalu menampar Mikasa, seperti telah menggunakan semua energi di dalam tubuhnya untuk menamparnya, sehingga wajah Mikasa terlihat adanya 5 bekas pukulan jari.

Gary langsung menuju ke Mikasa, lalu Clover melindungi Mikasa, "Kamu tidak apa-apa kan?"

Setelah itu, Ia menarik Mikasa untuk mundur menjauh.

Suster datang berkata, "Ma, ini adalah anakmu, datang untuk melihatmu."

Ibu Mikasa menatap Mikasa dan berpikir, "A... Anak? Aku, tidak ada anak perempuan, aku hanya memiliki Evi."

Evi adalah Levi, adik Mikasa.

Walaupun sudah ada persiapan hati, tetapi di saat seperti ini, perasaan Mikasa juga terluka.

Perasaan sakitnya membuat kepalanya terasa sakit, saking tidak dapat menahannya Ia memegang kepalanya.

Gary dengan perhatian bertanya: "Kamu tidak nyaman?"

Mikasa menggelengkan kepala, sebenarnya ibunya lebih mendahulukan anak laki-laki daripada perempuan, Ibu nya selalu memperhatikan dan lebih menyayangi Levi, beruntungnya ayah memperlakukan Mikasa dengan sangat baik, membuatnya tidak merasa sedih sama sekali.

Tetapi yang tidak dapat dimengertinya adalah, dalam ingatan ibunya ternyata Ia tidak memiliki anak perempuan, ini membuatnya merasa sangat sedih.

"Ma, aku Sasa, anak mu." Mikasa tidak menyerah, dan mengatakannya lagi.

Ibunya menggelengkan kepalanya, "Kamu pergi, aku tidak kenal kamu, aku tidak punya anak perempuan, aku tidak punya." Lalu ibunya pergi ke tempat tidurnya, dan masuk ke dalam selimut lalu menutupi kepalanya.

Mikasa langsung ingin mengikutinya, tetapi ditahan oleh Gary, "Hari ini begini dulu saja, 2 hari lagi, tunggu mood nya lebih stabil kita baru kesini lagi."

Hingga Ia naik mbil pun, Mikasa terus terdiam dalam pemikirannya, dan tidak dapat melepaskan dirinya dari pemikiran-pemikirannya.

Gary yang melihatnya seperti ini sedikit khawatir, dan terus berpikir. Pada akhirnya mobil memutar arah dan pergi menuju bioskop terdekat.

Begitu Mikasa tiba di pintu masuk, melihat poster-poster yang ada disana, barulah melihat Gary dan berkata, "Ini adalah?"

"Mau nonton film apa?"

"Tidak perlu, kamu di kantor sangat sibuk, lebih baik kita ke kantor saja." Ia berkata sambil membiarkan Gary pergi meninggalkannya.

Gary menggelengkan kepala, dan berbisik di sebelah telinga Mikasa: "Sebenarnya kalau dibandingkan dengan kamu memulihkan ingatanmu, aku lebih berharap kamu untuk lebih mencintaiku lagi."

Mikasa langsung melihat orang di sekelilingnya, menarik pakaian Gary, dan merasa sangat malu.

Akhirnya mereka berdua memilih film drama romantis.

Filmnya bukan film bagus, bahkan bisa dibilang film yang buruk, tetapi setelah mereka berdua selesai menonton, perasaan hati mereka menjadi jauh lebih baik.

"Kita dulu pernah menonton film bersama?" saat keluar, Mikasa bertanya pada Gary.

Pada saat itu, mereka berdua sudah tiba di basemen parkir, karena sepanjang berjalan mereka saling mengobrol, sehingga tidak menyadari ada beberapa orang laki-laki yang mengikuti mereka dari belakang.

Mikasa hanya menyadari adanya bayangan hitam yang mengganggu penglihatannya, lalu Mikasa melihat ada tongkat besi yang menuju ke arah Gary, Ia ingin menendang tangan pria itu, tetapi di ada 2 orang lain yang di belakangnya, membuatnya tidak dapat melakukan apa-apa.

Ia hanya melihat tongkat besi yang akan segera mengenai kepala Gary tanpa berbuat apa-apa.

Darah yang bercucuran membuat Mikasa merasa sakit, pada saat ini, kemarahan yang ada dalam dirinya meledak, Ia langsung menendak 4 orang laki-laki yang ada di sana, walaupun para laki-laki tersebut sedikit bisa melakukan seni bela diri, tetapi mereka bukanlah saingannya Mikasa.

Setelah 4 orang laki-laki itu dihajar sampai K.O oleh Mikasa, Mikasa langsung berlari menuju Gary, memegang kepala Gary yang dipenuhi darah segar itu, "Gary..."

Gary memegang tangan Mikasa dengan kuat, tangannya yang hangat itu berubah menjadi dingin, "Kamu tidak apa kan?"

Mikasa mengernyitkan dahi, menatap matanya "Kamu urusi dulu dirimu sendiri." Mikasa langsung mengambil HP untuk menelepon ambulan.

Mikasa mengatakan alamatnya dengan sangat jelas, Mikasa melihat tatapan Gary yang membesar dan menajam, "Hati-hati..."

Lalu, Mikasa merasakan adanya pukulan di belakang kepalanya.

Mikasa merasakan dirinya yang sedang berada di jalanan yang sepi, berjalan dengan sangat lambat, Ia sangat ingin berteriak meminta tolong tetapi tidak dapat mengeluarkan kata-kata.

Lalu Ia tiba-tiba melihat ayahnya, jauh lebih tua dibandingkan yang ada di ingatannya, terlihat anak muda yang sedang berdiri di sebelah ayahnya, saat Ia mendekat untuk melihat, itu adalah Levi, adiknya, Ia mencukur rambutnya, dan menggunakan anting, terlihat seperti sudah melewati masa remajanya, sangat tampan. Adiknya terlihat sedang dengan galaknya berdebat dengan ayahnya.

Lalu Ia juga melihat dirinya sendiri, melihat Suya, dan Gary...

Orang di sekeliling sangat banyak, tidak terdengar jelas apa yang mereka bicarakan.

Ia hanya melihat ayahnya yang keluar dari kerumunan orang banyak, berjalan menuju jalanan, mobil hitam itu menabraknya, dan ayahnya terbang di udara dan berakhir dengan terjatuh di jalan.

Ia melihat dirinya yang berjalan melalui kerumunan orang itu, dan berjalan pelan menuju ayahnya, jalanan sudah dipenuhi dengan darah.

Dan terdengar ada orang yang berkata: "Orangnya sudah meninggal."

Meninggal... Ayahnya sudah meninggal...

Mikasa langsun berteriak, "Tidak.... Ayah!"

Lalu Ia membuka matanya, hanya terlihat cahaya putih silau, Ia menutup kembali matanya lalu dengan perlahan kembali membuka matanya.

Terdengar Gary yang sedang berbicara dengan dokter di luar, mendengar suara Mikasa, Gary langsung berlari masuk ke dalam.

Melihat kepala Gary yang dibungkus dengan kain perban, ingatan Mikasa seperti air yang sedang tertuang keluar.

Air matana menetes, tidak tahu apakah karena teringat ayahnya yang meninggal, atau karena melihat Gary yang hangat di saat Ia tidak bisa melakukan apa-apa.

"Istriku, akhirnya kamu sadarkan diri, kamu sudah pingsan 2 hari, kata dokter kalau kamu hari ini tidak sadar juga harus dilakukan operasi."

Terlihat kebahagiaan di tatapan mata Gary, dan terdengar kata "Istriku" dari mulutnya.

Pandangan Mikasa, seperti sedang memikirkan sesuatu?

Saat Ia kembali membuka matanya, matanya penglihatannya masih buram, dan melihat ke arah Gary, "Suamiku, kamu tidak apa-apa kan?"

Gary menghela nafasnya, menggelengkan kepala, "Aku tidak apa-apa, kamu bagaimana, apakah merasa ada yang tidak nyaman?" Tatapannya penuh dengan kegelisahan dan kekhawatiran, membuat Mikasa tersedak.

Mikasa mengangkat tangannya dan meletakkannya di jidat Gary dalam beberapa waktu, Mikasa mengatakannya sepatah-sepatah kata, "Gary, ingatan ku sudah kembali."

Kalau saat itu Mikasa masih ingin menutupiya dari Gary, saat ini Mikasa tidak tega melakukan itu.

Tubuh Gary terlihat sedikit gemetar, Mikasa melihat kebingungan dan kegelisahan di matanya.

Setelah mereka berdua saling menatap satu sama lain, Gary berkata: "Kamu.... Kamu marah ya sama aku? Kamu mau meninggalkanku ya?"

Air mata Mikasa kembali mengucur, lalu menarik hidungnya yang tersumbat.

Ia duduk dengan tegap, dan memeluk Gary, "Aku suka kamu bertahun-tahun lamanya, sangat tidak mudah untuk membuat mimpiku menjadi kenyataan, mana mungkin aku meninggalkanmu, hanya kalau kamu sudah tidak ingin aku lagi aku baru akan meninggalkanmu, kalau tidak aku akan mengikatmu seumur hidupku."

Gary adalah mimpinya?

Saat pertama kali Mikasa tergila-gila dengan Gary, hingga menyukainya, mencintainya, hingga terbiasa dengan kehadiran Gary, lalu hingga sangat menyayanginya. Sangatlah sulit untuk membentuk sebuah keluarga dengannya. Meninggalkannya adalah tidak mungkin, seumur hidupnya tidak mungkin terjadi.

"Kalau begitu, bukankah sudah bisa mempersiapkan untuk mempunyai anak?" Lalu suara seorang perempuan terdengar dari arah pintu masuk.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu