Cantik Terlihat Jelek - Bab 12 Kepanikan yang Sia-sia

Bab 12 Kepanikan yang Sia-sia

Kediaman Devan

“Bos, kata dokter, dia mungkin hanya terkejut saja dan pingsan sementara.” ujar Pak Hasan melaporkan kondisi Sherin ke Devan setelah mengantar pulang dokter, yang lalu mengangkat lengannya mengusap keringat di dahinya dan merasa lega setelah itu.

 Kalau bukan Devan mengamati semuanya tepat waktu, kalau bukan karena mencari Simon, dia sengaja menurunkan kecepatan mobil mereka, hari ini wanita itu mungkin sudah tidak bernyawa lagi.

Karena jalan itu adalah jalan tepi gunung ditambah dengan dua arah serta luas jalan yang sempit, dengan posisinya terbaring seperti itu di tengah jalan, kalau saja mobil mereka berkecepatan tinggi, seharusnya mobil mereka bisa melindas langsung ke atas badannya.

Walaupun beberapa jam sudah berlalu, tapi memikirkan kejadian tersebut, hati Devan masih saja merasakan ketakutan terhadap kejadian berbahaya itu.

“Tante, dia…. bisa seperti ini demi menyelamatkan diriku.” ujar Simon yang tidak bersuara dari tadi sejak kembali ke rumah, kemudian tiba-tiba berjalan keluar dari kamar. Dari suaranya yang serak dan matanya yang sedikit merah itu bisa terlihat dia sudah menangis lama.

Bagaimanapun cerdasnya anak itu, dia tetap masih anak kecil, berhadapan dengan masalah kematian pasti bisa membuatnya merasa takut.

Tangan Devan yang bergengaman erat itu perlahan lepas, dengan raut wajah yang masih sedikit tidak enak dilihat dia menyoroti anak itu sebentar lalu berkata “Sekarang sudah berani kamu yah pergi dari rumah.”

Simon menudukkan kepalanya, dan bergumam “Siapa yang menyuruh papa mengusir tante?” tapi dia juga tahu bahwa dia hampir saja membuat masalah besar, oleh karena itu, dia hanya menundukkan kepalanya tidak berani melihat Devan.

Dari perkataan papanya, dia tahu bahwa pengasuhnya pergi bukan atas kehendaknya sendiri, makanya dia berpura-pura tidur, dan saat pengasuh itu pergi dari rumah, dia sembunyi-sembunyi keluar dari pintu belakang dan mengikutinya meninggalkan villa tersebut.

Devan memandangi anaknya dan termenung kembali, saat itu dia sedang duduk di belakang, melihat samping-samping jalan karena takut lolos dan tidak melihat Simon, maka saat itu dia menyimak betul semuanya. Dia melihat wanita itu langsung membanting dan menelungkupkan badannya untuk melindungi Simon, dan spontan dia langsung memperingati pak Hasan, namun posisi mereka terbaring terlalu dekat dengan belokan tajam di jalan tersebut, ditambah kecepatan mobil yang jauh lebih cepat dibanding dengan kecepatan manusia.

Dia spontan dengan cepat langsung membongkokkan badannya ke depan, dan membelokkan stir yang dikemudikan pak Hasan itu ke kiri, untung saja pembatas jalan itu kokoh dan untung saja saat itu juga tidak ada mobil datang dari arah yang berlawaan. Kalau tidak, benar-benar sulit dibayangkan apa yang akan terjadi.

“Papa, Papa bukan karena takut pengasuh itu menyukai papa, makanya papa baru mengusirnya pergi kan yah?” gumam Simon dengan suara yang halus sambil menarik lengan baju Devan.

“Dia sudah pernah memberitahuku berkali-kali bahwa dia tidak ada perasaan apapun terhadap papa….. aku mohon pa, biarkan lah dia tetap tinggal di rumah kita, paling-paling gajinya aku sendiri yang bayar.” lanjut Simon karena tidak mendapat jawaban sedikit pun dari Devan. Tahun ini dia membantu situs-situs ternama memperbaiki beberapa kekurangan sistem situs mereka, dan dari sana dia memperoleh uang yang tidak sedikit jumlahnya.

Kali ini, Devan baru merespon, menundukkan kepalanya dan melihat anaknya, dari sorotan matanya terlihat bahwa dia ada sedikit terkejut bercampur sedih di hatinya. Sifat mereka sangat mirip, memohon kepada orang lain bukanlah prilaku yang seharusnya bisa mereka lakukan.

Kelebihan apakah yang dimiliki wanita ini sampai-sampai dalam waktu sesingkat ini dia sudah bisa meluluhkan hati Simon.

“Aku bisa mencari pengasuh yang lebih baik lagi untukmu?” jawab Devan dengan nada serak namun dari suara itu terdengar jelas bahwa dia sudah agak menyerah.

Melihat Devan tetap saja tidak menyerah, dia menarik kembali tangannya, lalu bersujud dan membungkukkan badannya, dan berkata: “Aku merasa dia seperti mama.”

Sambil mengatakan itu, Simon sembunyi-sembunyi melirik Devan lalu mengangkat tangannya dan mengusap matanya kemudian berkata “Wanita lain mendekatiku, baik terhadapku, semua itu karena kamu papa. Aku merasa hanya dia yang melakukan semua ini demi diriku….”

 Pandangan matanya terasa sedih. Sejak Simon perlahan-lahan mandiri, untuk pertama kalinya dia mendengar dua kata ini dari mulut anak itu.

Adalagi, mendengar kata-kata bahwa Sherin bukan karena dirinya, juga membuat Devan merasa agak tidak senang.

“Papa….”

Kalau kekhawatiran Devan sebelumnya adalah karena pengasuh baru ini bisa membahayakan Simon, pemikirannya ini seharusnya sudah terhapus dari benaknya sewaktu pengasuh itu menyelamatkan Simon tanpa memperdulikan nyawanya sendiri. Hanya saja yang membuatnya lebih bingung lagi adalah apa mungkin hanya karena dia benar-benar suka anak kecil, suka Simon makanya dia sampai tidak memperdulikan nyawanya sendiri dan pergi menyelamatkan anak orang lain?

Kalau saja wajah mereka sedikit mirip, mungkin saat ini dia bisa curiga bahwa pengasuh baru itu adalah ibunya.

Tapi, jelas saja ini tidak mungkin. Wajah anak itu tidak mirip dengannya, bahkan terlihat tampan, dia berpikir pasti ibunya adalah seorang wanita yang mempunyai kecantikan memukau yang luar biasa.

Mengangkat tangannya, mengelus-elus kepala Simon sambil berkata “Pergi lah tidur, aku akan membiarkannya tetap di rumah ini.”

Perilaku dan pengalaman seseorang bisa dipalsukan, tapi, seseorang hanya bisa hidup satu kali saja di dunia ini, dan dia bisa menyelamatkan Simon tanpa memperdulikan nyawanya sendiri benar-benar membuat Devan tidak beralasan lagi untuk mengusirnya. Malah sebaliknya, ketika itu dia takut sekali terjadi apa-apa dengan wanita itu.

“Papa serius kan yah?” tanya Simon yang lalu berdiri setelah mendapat jawaban berupa anggukkan dari Devan.

Dia dengan cepat berlari ke kamar sebelah, tapi tangannya ditarik oleh Devan tepat ketika ia memasuki kamar itu, dilanjutkan dengan gerakan “Sht..” lalu menarik Simon keluar dan dengan bersamaan dia pun menutup pintu kamar tersebut sambil berkata “Dia masih belum sadar. Dokter bilang dia perlu istirahat. Besok pagi baru cari dia lagi, ayo nurut yah.”

Kemudian dia menggelengkan kepalanya saat melihat dengan jelas tidak ada tetesan air mata lagi di mata Simon. Anak ini memang sengaja diberi oleh papanya untuk bertentangan dengan dirinya.

Keesokkan pagi harinya, ketika Sherin sadar, dia melihat dekorasi langit-langit yang ia kenal, dia pun terdiam sejenak. Ini bukannya rumah Devan? Tapi jelas-jelas dia semalam sudah pergi meninggalkan rumah ini.

Sambil memijat pelipisnya, dia perlahan bangun, dia merasa sedikit sakit di bagian lututnya. Dia buka selimutnya dan melihat bahwa kedua lututnya terbungkus kain perban putih.

Mengilas balik apa yang terjadi, barulah dia teringat kejadian semalam.

Dia menurunkan kakinya dari ranjang dan berdiri, lalu berlari ke arah pintu.

“Aduh” ucap Sherin yang merasa menabrak sebuah dinding.

“Ngapain berlari? kamu pikir mau reikarnasi?” balas Devan dengan suara datar tak berperasaan dan tak sabaran.

Sherin mengelus-elus dahinya dan tidak mempermasalahkan sumpahan Devan tadi, lalu langsung bertanya: “Bagaimana kondisi Simon semalam? Dia tidak apa-apa kan?”

Devan memandangi Sherin dengan rambut yang agak berantakan sampai-sampai menutupi separuh wajahnya, walau dia terlihat sedikit lemah tapi sudah berenergi kembali, ini membuat Devan terdiam sejenak melihatnya dan dari matanya terlihat perasaan suka yang tidak jelas dari mana datangnya terhadap wanita ini.

Hampir saja nyawa wanita ini hilang, sekarang baru saja sadar sudah memikirkan Simon, perhatiannya ini melebihi dirinya sebagai ayah dari anak itu, dan membuatnya salut pada wanita ini.

Dia berputar melewati laki-laki itu untuk memungut selimut yang terjatuh di lantai dan menariknya dengan remeh lalu melempar selimut itu ke atas ranjang.

Saat ini laki-laki baru menoleh ke arah Sherin dan berkata “Ayo katakan apa maumu?”

Novel Terkait

Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu