Cantik Terlihat Jelek - Bab 776 Membantu Dia

Setelah selesai berbicara, Kenbo berdiri dari tempatnya.

Kemudian mengelurkan tangannya untuk melingkari pinggang Mimi, selanjutnya berjalan ke hadapan semua orang, melepaskan kacamata hitamnya dan berkata kepada Mimi.

"Telah membuat kamu kesusahan!"

Selanjutnya dia berkata kepada semua orang, "Saya telah mengecewakan kalian semua!"

Setelah itu, dia berputar balik badannya, memegang tangan Fisi dan membawa dia masuk ke dalam mobil sebelum semua orang sempat berekasi.

Sampai mobil mereka sudah pergi beberapa saat, semua orang baru sempat bereaksi.

"Wah, benar-benar terlalu tampan!"

"Iya, seperti drama saja!"

"Tetapi, pria itu terlihat sangat familier..."

Ada yang berkata seperti itu.

Mimi mengeluarkan sebuah batuk ringan dan mengganti topik: "Ayo, bagian sini sudah dimulai"

Tanpa menunggu semua orang bereaksi, Mimi melambaikan tangannya dan selanjutnya pun ada orang yang datang membawa semua orang ke klub hiburan di seberang.

Sementara Mimi sendiri kembali ke hotel dan bertemu dengan pria berpakaian jas itu, "Kamu ke sana untuk mengawas, berikan apa yang dipesan, jangan merasa tidak nyaman. Beberapa guru mencari alasan untuk membawa merkea keluar, kemudian yang lain, waktu membayar, bayar sesuai dengan jumlah yang harus dibayar, tidak perlu memberi diskon. Sistem kita adalah bayar masing-masing, mereka masih sanggup membayar!"

Setelah itu, Mimi pun berputar balik badan dan naik ke lantai atas.

Kalau Mimi membawa Fisi datang menghadiri acara reuni seperti ini, maka Mimi bisa dibilang benar-benar sangat bodoh.

Sementara teman yang bernama Vinae itu berdiri di depan gerbang hotel dengan menyesal, mobil tadi adalah mobil edisi terbatas, biaya pengawatan setahun saja sudah membutuh harga puluhan juta rupiah.

Kalau tadi dia bisa mengambil pesanan itu, maka dia sekarang sudah membawa dewa kekayaan pulang rumah!

Sementara di dalam mobil.

Fisi melirik ke Kenbo secara diam-diam, setelah menyadari Kenbo sedang memejamkan matanya, dia baru menghela nafas panjang.

Menegakkan postur tubuhnya, Fisi berkata kepada Huben di depannya, "Abang 胡, terima kasih ya!"

Huben menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa"

Fisi tersenyum, kemudian menoleh ke Kenbo: "Abang....Xiao, terima kasi juga ya!"

Kenbo tidak menjawabnya.

Sampai tiba di rumah, masuk ke dalam rumah, Kenbo tetap memasang ekspresi dingin.

Fisi tidak mengerti apa yang membuat dia marah, dia marah Fisi membohonginya? atau marah Fisi berkata dia memalukan? atau...

Melihat Kenbo mau menutup pintu kamar, Fisi langsung bergegas mendekatinya dan memeluknya.

"Lepaskan!" Nada suara Kenbo terdengar sangat rendah dan berat, jelas dia sedang marah, tetapi tangan dia yang memeluk Fisi sama sekali tidak memiliki maksud mau melepaskannya, malahan tatapan dia dipenenuhi oleh sakit hati.

Untungnya Mimi ada memberi tahu dia, kalau tidak, wanita ini harus mengalami kesedihan dan kesusahan yang sebesar apa?

Kenbo mengangkat tangannya dan mengelus punggung Fisi, kemudian berkata dengan suara rendah: "Dimana duri di tubuhmu?"

Waktu kecil, asal ada yang berani menganggunya, Fisi akan menusuk orang itu dengan duri.

Kalau tidak bisa memukulnya, Fisi akan menggigitnya, kalau tidak bisa menggigitnya, dia akan menangis dan membuat masalah, seolah-olah tubuhnya dipenuhi duri.

Fisi mengerutkan alisnya dan melihat ke Kenbo dengan wajah bingung, "Duri apa?"

Kenbo tidak berbicara, dia hanya menekan kepala Fisi ke pelukannya lagi: "Maaf! Aku terlambat!"

Terlambat begitu banyak tahun, sampai Fisi harus menerima semua kesusahan ini sendirian.

Fisi mengedipkan matanya dan menggelengkan kepalanya, kemudian dia memegang baju Kenbo dengan erat dan akhirnya air mata yang dia menahan begitu lama pun mengalir begitu saja.

Kemudian, suara tangisan Fisi menjadi semakin kuat.

Fisi tidak tahu mengapa dirinya menangis, apa karena dia merasa sedih, atau dia merasa tersentuh dengan perlindungan Kenbo.

"Sama sekali tidak terlambut. Kamu tidak tahu, aku tidak pernah terlihat sebagus ini"

Berpikir tentang reaksi orang-orang tadi, Fisi berkata sambil menangis dan tertawa.

Kenbo memeluknya dengan kedua tangan, dagunya terletak di atas rambutnya yang lembut, tenggorokannya bergerak naik turun dan kabut mulai muncul di matanya secara perlahan.

Semua usaha dia hanya demi memberikan Catlyn Stacy yang berada di dalam hatinya kehidupan yang terbaik.

Tetapi Kenbo malah membiarkan Fisi yang berada di depan matanya mengalami begitu banyak kesusahan selama bertahun-tahun.

Berpikir sampai sini, hati Kenbo terasa sakit seolah-olah digali sampai kosong.

"Mulai sekarang, aku tidak akan membiarkan siapa pun menganggu kamu lagi"

Fisi mengangkat kepalanya dan melihat ke Kenbo, "Abang Xiao..."

"Iya?"

"Kamu jangan begitu baik kepada aku!"

".........."

"Aku takut aku jadi bergantung kepada kamu, bolehkah kamu memperlakukan aku seperti dulu? Marah kepada aku, jangan menghiraukan aku, kamu...Uh..."

Sebelum Fisi selesai berkata, bibirnya sudah ditutupi oleh ciuman Kenbo.

Kenbo sudah merasa sangat hati, wanita ini masih mengoles garam ke atas bekas luka dengna bodoh.

Kalau Kenbo tahu Fisi itu Catlyn Stacy, kalau dia tahu Catlyn Stacy begitu bodoh, begitu polos, dia tidak mungkin tega memerahinya!

Ciuman yang berlangsung beberapa saat ini membuat nafas mereka berdua menjadi sedikit sesak.

Dulu waktu akting, Kenbo sangat tidak mengerti, dia merasa bahwa penulis drama itu mengalami cacat otak, mana mungkin manusia menjadi emosional hanya karena ciuman.

Tetapi sekarang, Kenbo sudah mengerti ternyata penulis-penulis itu tidak salah.

Suasana masrah di dalam kamar tidak bisa dikendali.

"Ting...." Ponsel di atas meja mulai berdering.

"Tel... telpon!" Memanfaatkan waktu menarik nafasnya, Fisi mendorong Kenbo dan menunjuk ke arah kanan.

Kenbo menariknya ke dalam pelukan dan menundukkan kepalanya, bermaksud untuk berlanjut.

Tetapi nada suara ponsel itu sama sekali tidak sadar diri dan tidak bermaksud mau berhenti.

"Halo..."

Fisi merapikan bajunya dan berdoa di dalam hati bahwa penelpon itu harus memiliki urusan yang penting untuk mencari Kenbo, kalau tidak...

"Hanya masaah ini saja?"

Tidak tahu apa yang dikatakan penelpon, Kenbo berkata dengan dingin: "Minggir sana!"

Setelah itu dia langsung mematikan telpon.

Berputar balik badan, Kenbo melihat pintu kamar Fisi tertutup, dia pun membukanya tanpa berpikir banyak.

Fisi sedang mengganti baju, jumpsuit memang terlihat bagus, tetapi terlalu merepotkan untuk pergi ke toilet.

Hal yang tidak normal adalah kancing baju berada di belakang, jadi Fisi pun bermaksud mau mengganti pakaian, dia menggunakan beberapa saat untuk melepaskan kancing.

Pada saat dia baru melepaskan bagian atas dan belum sempat melepaskan sepenuhnya.

Pintu pun terbuka.

Fisi berputar balik badan dan melihati Kenbo berdiri di sana dengan ekspresi melamun.

Setelah mengikuti Kenbo begitu banyak tahun, ini adalah pertama kali Fisi melihat ekspresi dia yang begitu 'imut'

Sehingga Fisi pun melihat sampai melamun.

Dia sama sekali tidak menyadari kondisi dirinya pada saat ini.

Sampai Kenbo berputar balik badan dan keluar dari kamar.

Fisi mengerutkan alisnya dan baru menyadari bahwa tubuh bagian atas tidak mengenakan apa pun selain baju dalam, pada detik itu, wajah Fisi pun langsung memerah.

Pada saat Fisi keluar lagi dari kamar, Kenbo baru mau keluar.

"Kamu mau kemana?"

"Kantor"

"Ah? Kalau begitu aku ikut juga!"

Kenbo mengabaikannya dan berkata, "Nanti malam aku pulang makan"

Setelah itu dia pun meninggalkan rumah.

Karena mengerti sifatnya yang keras kepala, Fisi hanya bisa menurutinya.

"Kalau begitu kamu hati-hati, sebelum turun dari mobil minta Huben memeriksa sekitar dulu"

Kenbo hanya menjawab 'iya' dan meninggalkan rumah.

Fisi menghela nafas panjang dan pergi ke dapur, melihat kulkas yang kosong, dia pun mengambil ponsel, bermaksud untuk pergi membeli lauk.

Pada saat dia berjalan sampai pintu gerbang perumahan, Fisi melihat mobil Kenbo yang masih berhenti di depan gerbang.

Fisi menghampiri mobil dan bermaksud mau memberi sapaan.

Siapa tahu, melewati kaca spion, Fisi melihat Della Rimpon berada di dalam mobil.

Dia tampaknya sedang menangis, kedua bahunya bergerakn naik turun.

Setelah meragu sejenak, Fisi pun mundur ke belakang satu langkah.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu