Cantik Terlihat Jelek - Bab 194 Kanker Hati

Devan tidak menjawab Clover, dia memegang tangannya dan terus menatap ke Clover, Clover merasa malu dan sengaja bercanda : "Apakah kamu menyadari aku terlalu cantik?"

Devan mengangguk dan mencium bibir Clover, "Iya, sangat cantik! Tidur dulu, kita akan bahas masalah mereka besok"

Sudut mulut Clover terangkat dengan cantiik, ini adalah pertama kali dalam hidupnya Clover merasa memiliki wajah cantik merupakan sebuah hal yang bagus.

Hari kedua, luka Clover sudah lumayan sembuh, Clover sudah boleh turun dari tempat tidur, Clover merasa ingin menangis ketika dia melihat bekas hijau yang memenuhi wajahnya di cermin, wajah ini masih bisa berhubungan dengan kata cantik?

Setelah itu, Clover menutupi wajahnya dan memegang dinding sambil membelakangi Devan pada saat berjalan ke tempat tidurnya, kemudian Clover berbaring dan menggunakan selimut menutupi wajahnya.

Clover merasa dirinya sudah mau gila ketika dia teringat bahwa Devan menatap dia begitu lama semalam.

"Devan, kamu pembohong!"

Devan yang sedang membaca buku menoleh ke Clover pada saat mendengar kata-katanya, dia bertanya dengan sedikit merasa bersalah dan gugup : "Pembohong? Aku bohong kamu apa?"

"Kamu semalam masih bilang aku sangat cantik, ini.... jelas wajahku terlihat seperti kepala sapi"

Devan menghela sebuah nafas lega dan sudut mulutnya terangkat, tatapan dia kembali tertuju ke buku, "Apakah kamu tidak pernah mendengar orang berkata di mata pria, wanita yang dia cintai selalu cantik? Di mataku, kamu tetap cantik walaupun terlihat seperti kepala sapi"

Mendengar kata-kata itu, Clover melamun sejenak, "Devan, kamu berkata siapa itu kepala sapi?"

Pada saat itu pintu ruangan terbuka.

Clover mendengar banyak saura langkah kaki, Clover sibuk menutupi wajahnya dan dia melihat Simon dan Momo dari jarak antar jarinya, Clover merasa bahagia, "Simon, Momo, mengapa kalian bisa datang?"

"Ma, kamu tidak perlu tutup lagi, kami sudah pernah melihatnya"

"Ma, apakah kamu sudah agak sembuh?"

Clover mengangguk dan menurunkan tangannya, dia duduk dengan tegak dan menarik Simon dan Momo ke pelukannya, "Mama membuat kalian khawatir, tenang saja, mama tidak apa-apa"

Momo mengulurkan tangannya dan memeluk Clover, Simon hanya mengeluarkan sebuah batuk ringan, telinganya saja sudah merah.

Di dalam rumah sakit terdapat banyak bakteri dan kuman, Clover tidak mau membiarkan mereka di rumah sakit terlalu lama, setelah beberapa saat, Simon dan Momo pun di antar kembali ke tempat tinggalnya.

Setelah mereka pergi, Devan bersuara, "Ali itu, sudah mati"

Nada suara Devan sangat tenang, Clover mengerutkan alisnya dan tidak bergerak pada waktu yang lama, meskipun Clover tidak dekat dengannya, tetapi Ali juga termasuk teman SMAnya, selain itu, kalau bukan karena mereka, mungkin dia.....

Devan bisa melihat Clover mulai menyalahkan dirinya lagi, "Walaupun tidak ada kejadian kali ini, dia juga sudah tidak bisa hidup lama, dia menderita kanker hati, selain itu, pada saat kejadian salju longsor, sebenarnya dia bisa menyelamatkan diri seperti yang lain, tetapi akhirnya dia memilih untuk mati"

"Kanker hati? kamu..... kenapa kamu bisa tahu?"

"Semalam aku menyuruh Dylan untuk mengantar sedikit uang ke rumahnya, tetapi keluarganya tidak menerima, katanya Ali itu bunuh diri, bukan salah mereka" Devan tidak mau memberi tahu Clover semalam karena takut menganggu Clover tidur.

Clover menjilat bibirnya, dia merasa sangat kaget, pria yang cerah seperti itu mati begitu saja, Clover merasa sedikit menyesal berkata seperti itu dengan dia.

Karena kejadian ini yang mendadak, rencana liburan 5 6 hari di daerah Seroja di perpanjang sampai 10 hari lebih, sampai Clover bisa turun ke lantai sendiri mereka baru kembali ke Daerah Ciput, dan kali ini mereka juga tidak sempat bermain, bahkan sampai membawa luka saat pulang.

Semuanya pun berjanji akan mengatur waktu dan berkunjung ke kota Seroja lagi.

Setelah pulang, Clover menghalangi Devan pergi ke kantor, akhirnya Dylan bolak balik setiap hari dan memindahkan urusan kantor ke rumah.

Tetapi, karena Tifa juga tinggal di sini, Dylan tidak keberatan bolak balik setiap hari.

Pada saat baru sampai rumah, Clover menerima pesan teks dari Mimi, Mimi minta maaf dan berkata dia seharusnya tidak mengajak mereka pergi memanjat gunung salju.

Clover membalas tidak apa-apa dan keluar dari grup obrolan teman SMA, setelah itu Clover juga menghapus kontak Mimi.

Clover tahu kelakuan itu sedikit kelewatan, tetapi, Clover merasa dia bukan orang yang satu dunia dengan mereka, jadi tidak ada keperluan untuk terus berhubungan.

Selanjutnya, hari-hari mereka kembali ke ketenangan, tetapi ada satu masalah yang membuat Clover sangat frustrasi, Tifa berkata tidak mau kembali ke luar negeri untuk sementara, kemudian setiap hari memasak berbagai jenis macam sup herbal untuk Clover, bibi di rumah sakit itu juga ikut kembali ke rumah Devan, meskipun luka di tubuh Clover sudah sembuh semua, bibi itu tetap melarang Clover untuk melakukan apa-apa, katanya Devan sudah memberikan dia gaji sebulan, jadi dia harus menjalankan tugasnya.

Kalau Clover membantah, Devan akan melayani Clover sendiri dan itu membuat Clover sama sekali tidak bisa menolak.

Selain itu, Devan melarang Clover keluar, termasuk ke kantor.

Hari ini adalah hari ke 30 setelah Clover terluka, sama seperti biasa, bibi itu melayani Clover cuci muka dan gosok gigi, kemudian menyuruh Clover untuk tidur.

Clover mengeluarkan sebuah batuk ringan, "Bibi, apakah hari ini adalah hari terakhir?" Setelah bersama dengan Clover begitu banyak hari, bibi itu tahu sifat dan personalitas Clover sangat baik, bibi itu senyum : "Iya, nyonya, kamu lihat, sekarang akhirnya bisa melihat sedikit daging di tubuhmu, wajahmu juga terlihat sehat"

Wajah Clover menjadi gelap, dia menundukkan kepalanya dan melihat ke dirinya, ini disebut sedikit daging? Clover jelas merasa dia menjadi sangat gendut, apalagi sup herbal Tifa yang 10 sehat 10 sempurna itu membuat Clover merasa takut.

"Bibi, terima kasih atas perawatan kamu"

Bibi itu mengangguk, "Ini adalah tugasku"

Setelah bibi pergi, Clover melihat waktu masih pagi, jadi Clover pergi ke ruang baca, setelah membuka pintu, Clover melihat Devan sedang mengurus masalah kerja, kecepatan pemulihan Devan sangat mengejutkan, di tambah pada waktu itu tulangnya hanya ada sedikit retak dan tidak patah, jadi selain tidak bisa olahraga dengan ekstrim, Devan sudah bisa berjalan dan gerak seperti biasa.

Tetapi, Clover mekhawatirkan dia, jadi Clover tetap menyuruh Devan untuk mengurus masalah kerja di rumah saja.

Setelah waktu sangat lama, Clover baru tahu ternyata Devan sengaja cari alasan dan tidak pergi ke kantor karena takut Clover tidak bisa bertahan di rumah terus.

Dalam waktu sejenak, seseorang dengan tubuh tinggi berjalan ke depan Clover dan melingkari pinggangya, "Cepat pergi tidur, tunggu sudah siap urus ini, aku akan tidur juga"

Clover memeluk Devan dan mengelus pelukan Devan menggunakan kepalanya, "Kalau kamu tidak temani aku, aku tidak bisa tidur"

Devan mencium pipinya, "Baik, kalau begitu kamu duduk sebentar, aku agak cepat"

Clover mengangguk dan melihat ke sekeliling ruangan, buku ada dimana-mana, Clover sembarang mengambil satu buku dan membacanya, setelah merasa tidak berminat, Clover meletakkan kembali buku itu ke rak, kemudian Clover berbaring di sofa yang berada di sudut dan terus menatap Devan.

Selanjutnya, Clover tertidur, pada saat dia bangun lagi, dia sudah berada di atas tempat tidur.

Clover duduk dan melihat Devan tidak berada di sisinya, dia melihat ke ponselnya dan menyadari sudah jam 2 subuh, alis Clover mengerut dan dia pun turun dari tempat tidur.

Clover mengira Devan di ruang baca, tetapi ternyata tidak ada, Clover pergi lagi ke ruang tamu dan dapur, tidak ada juga.

Kembali ke kamar tidur, Clover mendengar suara air di luar, dia merasa kaget dan menggeserkan tirai jendela, kemudian Clover melihat Devan baru saja naik dari kolam renang, melihat Clover berdiri di depan pintu, Devan membuka pintu kaca dan bertanya, "Kenapa? Kamu mimpi buruk ya?"

Air mata Clover mulai mengalir, "Kenapa kamu masih berenang di jam segini? Kamu tidak mau tidur?"

Devan menundukkan kepalanya dan mengeringkan air di tubuhnya, "Tidak apa-apa, kamu tidur dulu, aku juga sudah mau tidur"

Clover mengangguk dan kembali berbaring di atas tempat tidur, setelah beberapa saat Devan berjalan ke sisinya dan baring di samping Clover, kemudian Devan mencium bibir Clover, "Ayo tidur, selamat malam"

Setelah itu, Clover melihat Devan benar-benar sudah memejamkan matanya, setelah beberapa saat lagi, Clover mendengar suara napas Devan yang datar.

Hati Clover tiba-tiba merasa sedikit kosong, Devan sepertinya, sudah berubah!

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu